Meninjau Kembali Model Bisnis Industri Televisi Indonesia: Kualitas atau Rating

Reza Agung Priambodo
Lulusan Sastra Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta
Konten dari Pengguna
13 Juni 2023 8:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reza Agung Priambodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menonton televisi. Foto: Dok. Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menonton televisi. Foto: Dok. Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kondisi pertelevisian di Indonesia saat ini cukup beragam. Terdapat berbagai macam saluran di industri televisi mulai dari televisi swasta hingga televisi pemerintah.
ADVERTISEMENT
Terdapat juga saluran televisi berbayar dan gratis yang menawarkan tayangan dalam berbagai genre seperti berita, hiburan, olahraga, dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin banyak pula platform-perangkat yang menawarkan tayangan hiburan di luar televisi, seperti YouTube, Netflix, dan sejenisnya. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi industri pertelevisian di masa depan.
Di sisi lain, industri pertelevisian di Indonesia kini masih menghadapi banyak masalah seperti minimnya program yang berkualitas, isu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang kurang efektif dalam menegakkan regulasi, kontroversi tayangan yang tidak pantas dan lain-lain.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) di tahun 2019 menunjukkan bahwa sekitar 50% responden menganggap bahwa kualitas tayangan televisi di Indonesia sudah menurun jika dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Imbasnya, beberapa stasiun TV swasta di Indonesia menghadapi tekanan karena penurunan pendapatan salah satunya adalah akibat pandemi COVID-19 yang masih terasa dan berkurangnya iklan yang masuk.
Kendati demikian, industri pertelevisian di Indonesia harus terus beradaptasi terhadap perubahan teknologi untuk tetap relevan dan tidak kehilangan pangsa pasar.

Faktor Penyebab Televisi Indonesia Sepi Iklan

Ilustrasi menonton TV. Foto: Tomas Urbelionis/Shutterstock
Ada beberapa faktor yang menyebabkan televisi Indonesia sepi iklan dan tayangan yang tidak berkualitas atau kontroversial, di antaranya:
ADVERTISEMENT

Beberapa Teori Faktor Penurunan Kualitas Televisi

Ilustrasi menonton Tv. Foto: Getty Images
Sejalan dengan beberapa faktor tersebut di atas, berikut merupakan teori-teori dari akademisi yang mungkin bisa dikatakan pembenaran tentang penurunan kualitas televisi, diantaranya:
Seorang sosiologis bernama Alvin Toffler pada tahun 1980-an menyebutkan bahwa televisi sebagai media massa utama selalu mengikuti tren pasar sehingga menghasilkan tayangan yang komersial dan cenderung memprioritaskan iklan daripada menampilkan tayangan yang lebih berkualitas. Pengertian inipun dikenal dengan teori komersialisasi.
Berikutnya adalah teori winning formula yang mungkin pelaku media sering mendengarnya. Teori ini terus berkembang dan menyebutkan jika stasiun televisi lebih memprioritaskan tayangan yang dapat meraih rating tinggi daripada mengejar kualitas tayangan dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena dalam jangka pendek rating tinggi akan membawa pendapatan yang besar karena nilai iklan akan meningkat.
ADVERTISEMENT
Pakar media Vincent Mosco dan Dallas Smythe pun pernah juga menyebutkan adanya faktor politik dan ekonomi dalam pengaruh tayangan dan kualitas televisi.
Teori politik dan ekonomi ini menampilkan bahwa kebijakan politik dan ekonomi yang tidak efektif dapat mempengaruhi kualitas tayangan televisi.
Ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur dan menegakkan regulasi televisi menyebabkan tayangan yang kontroversial dan melanggar norma etika penyiaran dapat dihadirkan dengan mudah.
Tidak sampai situ saja, pakar media lain seperti Stuart Hall, John Fiske dan David Morley juga mengembangkan sebuah teori audiensi dimana teori ini menekankan permintaan dari penonton terhadap tayangan yang sifatnya hiburan sana lebih besar daripada tayangan yang bersifat informatif, mendidik atau edukatif.
Tidak kalah pentingnya dari teori-teori seperti sebelumnya, teori media ownership dari peneliti media terkenal macam Ben Bagdikian dan Chomsky menyebutkan bahwa pemilik stasiun televisi memiliki pengaruh kuat dalam menentukan jenis tayangan yang diproduksi.
ADVERTISEMENT
Pemilik stasiun televisi yang terlibat dalam politik atau bisnis dapat memanipulasi produksi tayangan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Contoh Pengembangan Televisi Agar Terus Survive

Ilustrasi Menyalakan TV di Kamar Hotel Foto: Shutterstock
Selain membahas mengenai faktor dan teori pendukung terkait dengan kualitas televisi di Indonesia yang menurun, alangkah baiknya juga membahas mengenai kiat-kiat yang bisa dilakukan agar dunia pertelevisian di Indonesia kembali bangkit.
Ada beberapa pengembangan yang perlu dilakukan televisi untuk terus survive, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Bagaimana? kira-kira kita sebagai warga penduduk Indonesia, apakah membiarkan dunia pertelevisian kian menurun kualitasnya atau kita dukung sebisa mungkin agar kualitas televisi di Indonesia membaik dan kembali ke masa kejayaan.(RAP)