Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Lingkaran Setan Perfilman Indonesia di Mata Joko Anwar
30 Maret 2017 9:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi Joko Anwar, film maker Indonesia, persoalan perfilman di tanah air seperti lingkaran setan. Persoalan muncul dari hulu ke hilir, mulai dari proses produksi, distribusi, hingga eksibisi.
ADVERTISEMENT
Di bagian hulu, persoalan infrastruktur dan aturan perpajakan masih menjadi PR besar. Pun di hilir terdapat masalah jumlah layar bioskop yang terpusat di Pulau Jawa dengan jumlah yang juga masih jauh dari ideal.
Pun, setiap film seharusnya diperlakukan berbeda. Namun Indonesia belum memiliki distributor dan pemasaran film tersendiri. Potensi pasar yang luas dan keragaman cerita dari timur ke barat jadi belum optimal dimanfaatkan.
Persoalan seperti itu tentu harus diselesaikan bersama, tidak secara parsial dan jangka pendek saja.
"Makanya, harus barengan, harus sinergis. Sekarang kan asosiasi film sudah banyak, mulai dari produser, sutradara, penulis skenario, pemilik bioskop juga punya asosiasi, terus pemerintah juga sekarang ada Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif Indonesia). Seharusnya duduk bareng nih," ujar Joko Anwar kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (24/3).
ADVERTISEMENT
Joko Anwar sendiri percaya akan masa depan perfilman Indonesia, melihat perkembangan yang begitu pesat dalam tiga tahun terakhir ini.
"Kalau saya sih sangat optimistis, karena kemajuan, kesinergisan dari pemangku kepentingan 3 tahun terakhir ini luar biasa sih menurut saya. Progresnya betul-betul lumayan. Tapi memang ya tadi itu, nggak bisa sendiri-sendiri ," papar Joko Anwar selanjutnya.
Kalau menurutmu, apa masalah paling genting dalam dunia film Indonesia?