Mungkinkah Kerucut Parasit Muncul Kembali di Kompleks Gunung Api Ini?

Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api)
Mempercepat Edukasi Vulkanologi di Indonesia - Master Student of Geology Engineering (UGM) - Bachelor of Geography Education (UNY) - SMA N 1 Martapura - Indonesia
Konten dari Pengguna
2 Juni 2021 9:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Misteri Berpindahnya Aktivitas Letusan Gunung Api Paling Utara di Sulawesi Daratan

ADVERTISEMENT
Haloo Sobat Gunung, pernahkah terpikir bisa tidak sih suatu gunung api yang aktif di suatu waktu aktivitasnya menghilang? Kemudian muncul kerucut parasit lain dan menjadi pusat erupsinya? Secara teori tentu saja hal ini bisa terjadi. Dasar utamanya, setiap gunung api memiliki karakter yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, faktor sumber, suhu, tekanan dalam dapur magma yang berkurang akan menyebabkan pendinginan dan pengkristalisasian mineral dalam dapur magma gunung api tersebut. Karenanya, magma baru yang masuk mengisi celah rekahan di sekitar gunung api tersebut dan menghasilkan kerucut parasit baru. Sebenarnya masih banyak loh faktor pendukung lainnya, namun Sobat Gunung tidak perlu khawatir dalam memikirkan teori yang rumit ini, langsung saja kita bahas kasusnya yaa!
Persebaran Gunung Api di Busur Sulawesi Daratan, Modifikasi Roni Marudut Situmorang, 2021
Kejadian menghilangnya aktivitas Gunung Api banyak terjadi di beberapa Gunung api di Indonesia. Salah satunya di Gunung api Tangkoko-Duasudara, Gunung Api paling Utara di Busur Sulawesi Daratan. Selain itu, Gunung Api Tangkoko-Duasudara menjadi Gunung api paling timur dan tenggara di Busur Sulawesi Daratan. Nah, Sobat Gunung, persebaran Gunung api Kala Holosen di Busur Sulawesi Daratan terbentang sejauh ±120 km antara Gunung Api Ambang di Selatan dan Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara di Utara.
ADVERTISEMENT
Gunung Api Tangkoko-Duasudara berjarak ± 38,38 km dari Pusat Kota Manado dengan arah mata angin Timur-Timur Laut. Jarak Gunung Api Terdekat dengan Kompleks Gunung api Tangkoko-Duasudara berkisar 18,38 km dari Gunung Api Klabat. Jarak Gunung Tangkoko-Duasudara dengan Gunung Soputan, Gunung api paling aktif di Sulawesi, sekitar 67,5 km.
Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara dan Sekitarnya, Modifikasi Roni Marudut Situmorang, 2021
Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara terdiri dari tiga kerucut gunung api. Adapun ketinggian Puncak Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara yaitu: Gunung Duasudara sekitar 1.351 mdpal, Gunung Tangkoko 1.149 mdpal, dan Gunung Batu Angus berkisar 700 mdpal. Iing Kusnadi, dkk., 1993 telah memetakan geologi Kompleks Gunung Api Tangkoko, diketahui urutan sumber erupsi dari tua ke muda yaitu sumber erupsi Duasudara, sumber erupsi Tangkoko dan sumber erupsi Batu Angus. Masing-masing sumber erupsi tersebut menghasilkan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik.
ADVERTISEMENT
Gunung Api Duasudara
Kerucut Gunung api Duasudara berada di barat daya Gunung Tangkoko berkisar 4,4 km dari puncak Gunung Tangkoko. Gunung Duasudara sering juga disebut dengan Gunung Dua Saudara, hal ini dikarenakan gunung api ini memiliki puncak yang kembar. Sumber erupsi Gunung Duasudara menghasilkan beberapa endapan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Komposisi lava Gunung api Duasudara adalah basalt piroksen sampai andesit basaltik piroksen dengan mineral utama plagioklas dan piroksen. Arah erupsi Gunung Duasudara terakhir menunjukkan arah Timur Laut. Gunung api Duasudara dan Gunung Tangkoko tersebut dipisahkan oleh sebuah pematang yang berarah barat laut-tenggara. Adapun daerah tersebut merupakan bagian dari Kelurahan Pinangunian, yang dapat dilihat dari Citra Satelit di atas.
Pemandangan Pagi dari Gunung Klabat. Terlihat Gunung Duasaudara (timur) dan Gunung Tangkoko (barat), Oleh Chris Whiting, pada Tahun 2010
Gunung Api Tangkoko
ADVERTISEMENT
Gunung api Tangkoko merupakan Gunung api Strato yang telah mengalami ledakan dahsyat sehingga menghasilkan kaldera berbentuk elips dengan ukuran kawah 2,75 km x 1,3 km dan kedalaman 200 m. Di dasar kawah terdapat sumbat lava yang berbentuk kubah setinggi 100 meter, diduga sumbat tersebut terbentuk dalam kegiatan tahun 1801. Di lereng timur Gunung api Tangkoko sejauh 2 km terdapat kubah lava Gunung api Batu Angus dan endapan aliran lava sepanjang 2 km. Bagian atas kawah Gunung Batu Angus berukuran 325 m x 300 m dan diameter dasar kawah 200 m, sedangkan ke dalamannya 90 m.
Sumber erupsi gunung api Tangkoko menghasilkan 6 unit satuan lava, 4 unit satuan aliran piroklastik dan 4 unit satuan jatuhan piroklastik. Komposisi lava adalah andesit basaltik piroksen sampai andesit piroksen dengan mineral utama plagioklas dan piroksen. Sumber erupsi Batu Angus merupakan sumber erupsi termuda menghasilkan 4 unit satuan lava dan 1 unit satuan jatuhan piroklastik. Komposisi lava adalah basalt piroksen sampai andesit basaltis piroksen, dengan mineral utama plagioklas dan piroksen.
Pusat Erupsi Gunung Batu Angus dan Endapan Aliran Lavanya. Modifikasi Roni Marudut Situmorang, 2021
Kronologi Sejarah Erupsi
ADVERTISEMENT
Sejarah Pengamatan menunjukkan Kegiatan Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara dimulai dari Gunung Api Duasudara pada tahun 1680. Koperberg dan Kemmerling menduga bahwa erupsi tahun ini berupa Gunung Api Duasudara, sehingga muncul gunung api Parasiter Tangkoko, sedang Neumann van Padang menganggapnya erupsi normal dari kawah pusat yang mengakibatkan daerah sekelilingnya rusak membentuk kaldera. Adapun erupsi pada tahun ini diduga berskala 5 VEI.
Erupsi selanjutnya terjadi pada tahun 1683 dan 1694, diketahui bahwa aktivitas erupsi terjadi pada kawah pusat Gunung api Tangkoko. Erupsi tersebut memiliki Skala 3 VEI. Kompleks Gunung Api ini pernah mengalami masa dorman selama kurang lebih 107 tahun dari tahun 1694 hingga 1801.
Salah Satu Foto Tertua Kubah Lava Gunung Batu Angus, Oleh Sumailani, 1973, Dok. Direktorat Vulkanologi
Pada tahun 1801, Gunung api Tangkoko menyemburkan abu, pasir gunung api dan batu gunung api berwarna kemerahan seperti terbakar. Kolom Abu dan pasir mengepul tinggi dan terbawa hingga Kota Manado. Setelah itu, muncul sumbat lava yang berupa bukit kecil di dasar kawah Gunung api Tangkoko dan timbulnya kerucut gunungapi parasit Batuangus. Neumann van Padang (1951, p.244), menganggapnya sebagai erupsi normal dari kawah pusat, daerah rusak, erupsi parasiter, erupsi pada danau kawah dan aliran lava dari gunung api Batu Angus.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian tersebut aktivitas gunung api lebih intensif pada Gunung Api Batu Angus. Tahun 1821 Terjadi aliran lava dari gunung Batu Angus, material aliran lava terbawa hingga ke wilayah pesisir sehingga erupsi ini mempengaruhi material wilayah tanjung pesisir tersebut. 22 tahun berselang, tepatnya di tahun 1843-1845 terjadi erupsi normal pada gunung api parasit Batu Angus, dengan Skala 2 VEI. Erupsi terakhir Gunung api Batu Angus terjadi pada tahun 1880, erupsi ini terjadi pada danau kawah dan berbentuk aliran lava. Pada tahun 1952, di sekitar Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara terjadi peningkatan kegiatan, namun peningkatan tersebut tidak menghasilkan aktivitas erupsi.
Pemandangan Kubah Gunung Batu Angus dari puncak Gunung Tangkoko, Oleh Dan Quinn, November 2012
Karakter Erupsi Kompleks Gunung Api Tangkoko bersifat eksplosif dan efusif, eksplosif merupakan erupsi dengan produk berupa abu, lapilli maupun bom vulkanik, sedang efusif adalah lelehan berupa aliran lava. Sejarah erupsi Gunung Api Tangkoko tercatat sejak tahun 1680, periode erupsi terpendek berjarak 3 tahun. Periode erupsi panjang berpotensi menghasilkan kerucut parasite gunung api, seperti kronologi terbentuknya Gunung Parasit Tangkoko (dugaan tahun 1680) dan kronologi terbentuknya Gunung Parasit Batu Angus (1801). Tentu saja hal ini masih hipotesis sementara, namun apabila ditanya “Mungkinkah Kerucut Parasit muncul lagi di sekitar Kompleks Gunung Api ini ?” Jawabannya Sangat Mungkin.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahuinya, tentunya memerlukan penelitian lebih lanjut tentang Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara ini. Apalagi Daerah penduduk padat di sekitar Kompleks Gunung Api seperti Kelurahan Pinangunian dan Kawasari akan berpotensi terdampak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan pengenalan mitigasi bencana Kompleks Gunung Tangkoko-Duasudara di Sekolah-Sekolah yang ada di sekitarnya.
KRB Kompleks Gunung Api Tangkoko-Duasudara dan Aktivitas Terkininya
Peta KRB Kompleks Gunung Tangkoko-Duasudara, Dok. Magma Indonesia, PVMBG 2021
Sekarang ini aktivitas Gunung Tangkoko-Duasudara berstatus Normal. Apabila terjadi peningkatan di masa yang akan datang, maka Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkoko-Duasudara yang perlu diwaspadai terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu:
ADVERTISEMENT
PVMBG merekomendasikan Masyarakat di sekitar Gunung Tangkoko dan wisatawan agar membatasi aktivitas (tidak berlama-lama) dan tidak bermalam di area kawah aktif, serta tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.
Terima kasih untuk semua Sobat Gunung yang membaca semoga dapat menginspirasi paginya ya!
Referensi
IAVCEI, 1973-80. Post-Miocene Volcanoes of the World. IAVCEI Data Sheets, Rome: Internatl Assoc Volc Chemistry Earth's Interior.
Kusumadinata K, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Bandung: Volc Surv Indonesia, 820 p.
Morrice M G, Jezek P A, Gill J B, Whitford D J, Monoarfa M, 1983. An introduction to the Sangihe arc: volcanism accompanying arc-arc collision in the Molucca Sea, Indonesia. J. Volcanol. Geotherm. Res., 19: 135-165.
ADVERTISEMENT
Neumann van Padang M, 1951. Indonesia. Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields, Rome: IAVCEI, 1: 1-271.
PVMBG, 2014. G. Tangkoko. Sumber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/537-g-tangkoko
PVMBG, 2021. Laporan Aktivitas Gunung Tangkoko. Sumber URL: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/163352?signature=2e33368e3c57c33e2f6e8010033613c1fe381d91e3bb5332a1fe673acd20f1cf
Tatsumi Y, Murasaki M, Arsadi E M, Nohda S, 1991. Geochemistry of Quaternary lavas from NE Sulawesi: transfer of subduction components into the mantle wedge. Contr Mineral Petr, 107: 137-149.