Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Gareth Bale: Putra Cardiff Ingin Menaklukkan Cardiff
31 Mei 2017 16:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Gareth Bale adalah anak Wales, putra Cardiff. Di halaman belakangnya sendiri itu, ia akan berusaha meraih kejayaan sekali lagi: membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions kembali.
ADVERTISEMENT
“Jika aku diminta untuk jadi starter, tentu saja aku akan melakukannya,” ujar Bale seperti dikutip oleh BBC.
Namun, ada satu masalah di sini. Kendatipun semangatnya sedemikian berkobarnya, Bale sesungguhnya belum bugar-bugar amat. Setelah menjalani operasi engkel, kondisinya kini belum 100%.
Bale paham itu. Tapi situasinya sekarang berbeda. Minggu (4/6/2017) dini hari WIB nanti adalah laga spesial untuk Madrid. Menang atas Juventus dan mereka akan mendapatkan trofi ke-12 di Liga Champions.
Makin spesial buat Bale, laga tersebut akan dihelat di kampung halamannya sendiri, Cardiff, tempat ia lahir sekitar 28 tahun silam. Hanya sedikit sekali pemain yang bisa menjadi juara Liga Champions di kampung halamannya sendiri —hanya ada lima, tepatnya.
[Baca Juga: Duel Para Full-back Brasil di Final Liga Champions ]
ADVERTISEMENT
Empat pemain sebelum Bale yang memenangi Liga Champions di kampung halaman sendiri adalah Enrique Mateos (kelahiran Madrid), Miguel Munoz (Madrid), Alex Stepney (Mitcham, London), Angelo Di Livio (Roma), dan Nicolas Anelka (Versailles, Saint Denis). Menariknya, Mateos, Munoz, dan Anelka menjuarainya ketika berseragam Real Madrid.
Jika Anda berharap hal-hal yang romantis dari panggung dunia si kulit bulat ini, bolehlah Bale dan Madrid didoakan sebagai pemenang. Bagi Bale sendiri, Cardiff adalah awal, sepak mula dari kariernya di mana kelak di kemudian hari, ia sempat mencicipi label “pemain termahal di dunia”.
Jauh sebelum kita mengenalnya sebagai bek kiri yang membuat Maicon pontang-panting (membuat cerita soal “Taxi for Maicon” tenar seantero Eropa), Bale hanyalah anak biasa yang lahir dari pasangan suami-istri bernama Frank dan Debbie.
ADVERTISEMENT
Di sekolahnya, ia adalah anak yang istimewa. Kendatipun harus bolak-balik Cardiff-Southampton, di mana ia menimba ilmu sepak bola bersama akademi Southampton FC, Bale masih bisa mendapatkan nilai A- untuk beberapa pelajaran. Tidak buruk, bukan?
Bale berlatih bersama Southampton pada hari Senin, Selasa, dan Sabtu. Sementara pada hari Rabu sore dia akan berlatih bersama akademi satelit Southampton di Bath. Dengan demikian, dia kerap tidak bisa masuk sekolah pada dua hari pertama di setiap pekan. Maka, bisa mendapatkan nilai A- untuk beberapa pelajaran tentu saja pencapaian yang layak diacungi (dua) jempol.
“Kakinya selalu menjejak tanah dan dia tidak pernah lupa dari mana dia berasal. Ketika sedang berlibur, dia akan datang ke Cardiff. Dia adalah bintang sepakbola kelas dunia dan akan menjadi inspirasi bagi anak-anak di mana pun,” ujar guru olahraga Bale di SMA, Gwyn Morris.
ADVERTISEMENT
Morris jugalah yang mengenali bakat alami Bale. Sadar bahwa Bale terlalu jago untuk anak-anak seusianya, Morris memintanya untuk tidak bermain sepak bola dengan satu sentuhan dan melarangnya menggunakan kaki kirinya.
Well, sebenarnya Bale tidak cuma jago dalam hal menyepak si kulit bulat. Selama masa SMA itu, ia juga pernah bermain untuk klub hoki, atletik, dan rugby. Dia bahkan pernah menawarkan dirinya untuk ikut bermain bersama tim B rugby U-16.
Pada usia 16 tahun, Bale juga sukses membantu tim sepak bola U-18 sekolahnya memenangi Cardiff dan Vale Senior Cup. Tepat ketika ia meninggalkan SMA, pada musim panas 2005, Bale mendapatkan grade A dan sederet penghargaan untuk prestasinya di bidang olahraga.
ADVERTISEMENT
Luar biasa.
Di Cardiff, di mana ia tumbuh besar dan mendongak pada pahlawan Cardiff lainnya yang bernama Ryan Giggs, Bale berusaha mendapatkan trofi Liga Champions ketiganya. Ini akan membuatnya melampaui Giggs, pria yang dijuluki The Welsh Wizard itu.
Selama kariernya, Giggs memang bergelimang gelar bersama Manchester United. Namun, raihan trofi Liga Champions-nya mentok di angka dua. Belum lagi, ia tidak pernah sekalipun membawa Tim Nasional Wales ke turnamen internasional.
Inilah yang membedakan Bale dan Giggs. Giggs boleh menjadi ikon, tetapi Bale adalah legenda baru Wales. Di hadapan puluhan ribu orang yang memadati Stadion Millennium, bolehlah sekali lagi ia menegaskan bahwa saat ini, dialah orang terpenting dalam sejarah persepakbolaan Wales.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya yang kini menghalanginya adalah —ya, itu tadi— kondisinya yang belum 100% bugar. Pelatih Madrid, Zinedine Zidane, masih menimbang-nimbang, apakah akan memainkan Bale atau pemain lain yang tidak kalah tokcernya, musim ini, Isco.
“Wajar kalau ada perdebatan karena keduanya adalah pemain bagus dan penting buat kami. Yang paling penting adalah para pemain berada dalam kondisi terbaik,” kata Zidane.
Jadi?