Konten dari Pengguna

Mengenal Deep Learning yang Sering Disalahartikan, Apakah Solusi Tepat?

Sakina Aulia Rahma Prajoko
Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Desember 2024 17:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sakina Aulia Rahma Prajoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber gambar : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Pada awal November 2024, setelah terjadinya pelantikan presiden beserta jajaran menterinya, media dikejutkan dengan gagasan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, terkait rencananya dalam merancang sistem pendidikan Indonesia. Beliau berbicara mengenai deep learning atau metode belajar yang menjadi fokus utama untuk diterapkan di sekolah.
ADVERTISEMENT
Banyak masyarakat menyimpulkan bahwa perubahan kurikulum di Indonesia akan dilakukan kembali setelah Kurikulum Merdeka menjadi deep learning. Namun, ternyata deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan sebagai pendekatan belajar seperti yang diungkapkan Mendikdasmen dalam suatu pertemuan.
Sebagai seorang mahasiswa pendidikan, pembahasan ini cukup menarik perhatian saya untuk mengetahui lebih dalam mengingat semakin berkembangnya zaman, kemajuan teknologi maupun komunikasi kian berubah pesat. Masa ini berbeda dengan masa yang telah berlalu, begitu juga dengan kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bila dilihat bagaimana manusia menggunakan teknologi yang ada sekarang apalagi bagi usia pelajar.
Maksud dan Tujuan Deep Learning
Deep learning merupakan strategi yang diambil guna meningkatkan pemahaman siswa secara menyeluruh dan mendalam dengan tidak memberi banyak materi, tetapi mengeksplorasi lebih mendalam serta melibatkan pemikiran kritis siswa agar mereka bukan sekadar menghafal. Sebenarnya, deep learning bukan pendekatan baru. Dilansir dari Detikedu, "Deep learning itu bukan teori baru, tapi sudah ada sejak tahun 1976 dan perkembangan awalnya itu di negara Swedia,” ujar Mendikdasmen.
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, upaya yang dilakukan tersebut mencakup segala perubahan yang memengaruhi jasmani dan rohani seperti kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
Salah satu langkah dalam memperoleh pendidikan adalah dengan belajar. Belajar sendiri didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan individu secara sadar maupun tidak, baik melibatkan interaksi antarindividu atau individu dan lingkungan. Belajar juga dapat diartikan sebagai kondisi saat seseorang yang semula tidak mengetahui apa-apa menjadi tahu atau mengerti. Perubahan dari hasil belajar tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Ketika pengetahuan bertambah, keterampilan meningkat, perubahan perilaku, atau bahkan sebagai dasar bagi perkembangan berikutnya dapat disebut seseorang tersebut sedang belajar.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perubahan seseorang, sekadar mendapatkan pengetahuan tanpa tahu cara mengolah dan pengaplikasiannya dalam kehidupan akan menjadi suatu hambatan. Hal ini sejalan dengan tujuan penerapan deep learning yang mengharapkan agar siswa tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga aspek emosional. Siswa disiapkan untuk menghadapi perubahan serta tantangan era di mana keterampilan dan kreativitas seseorang lebih diutamakan.
Pembelajaran yang Menyenangkan
Abdul Mu’ti menjelaskan, deep learning memiliki tiga elemen utama, yaitu mindul learning, meaningful learning, dan joyful learning. Masyarakat mengenalnya sebagai deep learning ful-ful. Pendekatan deep learning mengajak siswa untuk belajar dalam kondisi menyenangkan, tapi bukan berarti proses pembelajaran berlangsung dengan santai. Maksud dari menyenangkan di sini, siswa tahu alasan mengapa mereka mempelajari sesuatu, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa dapat mengikutinya dengan sepenuh hati.
ADVERTISEMENT
Mindful learning berasal dari bahasa Inggris yang bila diterjemahkan menjadi pembelajaran penuh kesadaran. Pendekatan belajar mindful learning mengajak siswa untuk terlibat sepenuhnya dalam pembelajar, membantu siswa memahami suatu hal secara mendalam dan bermakna.
Meaningful learning atau proses belajar bermakna dikemukakan oleh David Paul Ausubel yang dikenal dengan Teori Ausubel. Belajar bermakna terjadi saat siswa mampu menghubungkan informasi atau pengetahuan baru dengan hal yang telah diperoleh sebelumnya. Ausubel menekankan pentingnya keterlibatan langsung siswa pada proses pembelajaran. Bukan menghafal, tapi memaknai informasi sehingga membuat informasi atau pengetahuan yang didapat tersimpan lama dalam ingatan.
Sementara joyful learning adalah pendekatan belajar yang mengutamakan rasa bahagia dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan ini dilakukan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada rasa tertekan atau terpaksa agar siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses belajar.
ADVERTISEMENT
Saat ketiga elemen tersebut dilakukan bersama, maka akan menghasilkan proses belajar mengajar yang tidak membosankan. Elemen-elemen di atas menegaskan bahwa keterlibatan siswa adalah inti dari kegiatan pembelajaran.
Kita ambil contoh pada pembelajaran matematika. Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan sama sekali. Siswa cenderung menjauhi matematika dan tidak ingin mencoba, bahkan sebelum pelajaran berlangsung. Sebaliknya, deep learning memberikan pandangan lain bahwa matematika dapat dipelajari dengan cara yang menarik sehingga siswa bisa merasakan sisi menyenangkan dari matematika.
Misalnya, saat mempelajari materi tentang pecahan, guru dapat memulai pembelajaran dengan sesi tanya jawab terkait pengertian kata pecahan yang siswa ketahui sebelumnya. Menggunakan benda konkret seperti permainan puzzle sebagai visualisasi atau memanfaatkan alat teknologi komunikasi agar siswa tertarik dengan pembelajaran karena dilihat dari pengalaman, siswa akan menaruh perhatian pada apa yang mereka suka. Kaitkan pemahaman yang sudah ada dengan benda yang guru tampilkan. Setelah dirasa siswa dapat mengerti hubungannya, guru baru memaparkan kumpulan rumus dan menjelaskan bagaimana rumus tersebut dapat diaplikasikan. Hindari meminta siswa menghitung tanpa pembukaan yang menarik.
ADVERTISEMENT
Di akhir, guru bisa bertanya kembali pada siswa apa yang telah mereka pelajari dan paham hari ini, atau bagaimana mereka akan mengimplementasikan pelajaran tersebut di kehidupan. Guru harus memastikan tiap siswa mengerti untuk apa mereka belajar. Guru juga dapat membuat pertemuan khusus dengan masing-masing siswa di luar jam pelajaran bila masih ada kendala di antara mereka.
Apakah Pendekatan Belajar Deep Learning Solusi Tepat?
Langkah Mendikdasmen dalam mempertimbangkan konsep deep learning sebagai pendekatan belajar untuk melengkapi Kurikulum Merdeka adalah solusi yang tepat. Kita bisa karena terbiasa. Sayangnya, anak-anak sekarang yang sudah hidup di zaman serba mudah malah terpengaruh dan hanya mengikuti alur. Kebanyakan dari mereka tidak ingin berusaha sendiri dan memanfaatkan teknologi tanpa memahami dasarnya.
ADVERTISEMENT
Dengan diterapkannya pendekatan deep learning, diharapkan siswa mulai sadar pentingnya belajar secara bertahap, apa manfaat dan tujuan mereka harus mempelajari suatu hal, serta bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak. Semua akan berjalan efektif saat tiap elemen mampu saling bekerja sama dan pelaksanaan yang tepat.