Berjuang Sendiri Tanpa Orang Tua, Apakah Bisa?

Sasikirana Shafa Fathira
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
11 November 2022 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sasikirana Shafa Fathira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret seorang Yoma, pria asal Yogyakarta (Kamis(03/11/2022))
zoom-in-whitePerbesar
Potret seorang Yoma, pria asal Yogyakarta (Kamis(03/11/2022))
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sabana Adrian Dharmala atau biasa dipanggil Yoma. Ia merupakan anak tunggal. Nama Yoma diambil dari dua huruf nama kota asal kedua orang tuanya yaitu Yogyakarta dan Malang.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 19 tahun ini memiliki cobaan hidup yang cukup berat. Akan tetapi, semangat dan impian yang tinggi membuat ia bisa perlahan melewatinya.
Yoma bercerita sejak kecil sudah tidak tinggal dengan orang tua. Lebih tepatnya sejak berusia 3 tahun sudah tidak satu rumah dan bercerai pada tahun 2009 pada usia 6 tahun.
Beberapa tahun setelah perpisahan, Yoma belum bisa menerima keadaan. Ia masih belum mengetahui tentang penyebab perceraian mereka.
Setelah ditinggal kedua orang tuanya, Yoma diasuh oleh budenya. Sejak itulah ia pertama kali bekerja membantu budenya di parkiran bus Taman Pintar. Mulai dari menjaga toilet, warung, dan tukang parkir bus.
Ketika masa sekolah, Yoma beberapa kali mengikuti perlombaan salah satunya adalah OSN Matematika ketika SD dan SMP. Ia juga merupakan salah satu siswa berprestasi, terbukti dengan nilai kelulusan yang cukup memuaskan yaitu 90.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus SMP Yoma melanjutkan pendidikan di SMKN 7 Yogykarta dengan jurusan akuntansi. Ia memilih SMK karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal daripada SMA. Selain itu agar setelah lulus mempunyai keterampilan tambahan untuk terjun di dunia kerja.
Selepas lulus SMK Yoma memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah. Ia pun mendaftar SBMPTN dengan memilih kampus UIN Malang sebagai pilihan pertama dan UNY Yogyakarta sebagai pilihan kedua. Alasan memilih UIN Malang karena ingin kembali dekat dengan papahnya.
Namun ternyata takdir berkata lain, sebelum ujian SBMPTN tahun 2021 diselenggarakan, papahnya dipanggil oleh Allah Swt. Saat itu bertepatan juga dengan ujian kompetensi keahlian. Yoma yang diberi kabar tersebut kaget dan menangis.
ADVERTISEMENT
Yoma kemudian pulang dan bergegas ke Malang untuk melihat papahnya untuk yang terakhir kalinya sebelum dimakamkan. Ia berada di Malang selama kurang lebih seminggu untuk mengikuti rangkaian doa bersama sebelum memutuskan kembali ke Yogyakarta.
Hari ujian SBMPTN tiba, Yoma memutuskan untuk tetap mengikuti ujian tersebut. Tidak disangka saat pengumuman dinyatakan diterima dan lolos di UIN Malang.
Setelah melalui beberapa pertimbangan, Yoma memutuskan untuk menolak SBMPTN tersebut karena beberapa alasan, salah satunya adalah biaya. Karena pada saat itu diharuskan untuk membayar tujuh juta di luar UKT dan hanya diberi estimasi waktu selama kurang dari sepuluh hari.
"Aku sudah tanya ke kampus untuk meminta perpanjangan waktu pembayaran tetapi ditolak, selain itu aku sudah tidak ada alasan untuk menerima SBMPTN tersebut karena papahku sudah meninggal," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sekarang Yoma bekerja sebagai freelancer dengan kakak sepupunya di hari weekday dan bekerja di tempat parkir Taman Pintar membantu budhenya pada saat weekend. Berkat kerja keras ia berhasil memperoleh penghasilan lebih dari cukup untuk dirinya sendiri.