Konten dari Pengguna

5 Tokoh Perjuangan Non-kooperatif pada Era Pendudukan Jepang

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
25 Februari 2024 22:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi tokoh perjuangan non-kooperatif (Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi tokoh perjuangan non-kooperatif (Unsplash)
ADVERTISEMENT
Tokoh perjuangan non-kooperatif memegang peran penting dalam menentang pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Mereka menolak untuk bekerja sama dengan rezim pendudukan dan aktif dalam berbagai kegiatan perlawanan untuk mencapai kemerdekaan bangsa.

Pengertian Perjuangan Non-kooperatif

ilustrasi tokoh perjuangan non-kooperatif (Unsplash)
Mengutip situs repositori.kemdikbud.go.id, perjuangan non-kooperatif merujuk pada sikap dan tindakan yang menolak untuk bekerja sama atau berkolaborasi dengan penguasa atau penjajah.
Dalam konteks pendudukan Jepang di Indonesia, perjuangan non-kooperatif mencakup berbagai bentuk perlawanan aktif terhadap kebijakan dan kekuasaan pendudukan.

Beberapa Tokoh Perjuangan Non-kooperatif

Terdapat beberapa tokoh yang secara vokal enggan berkompromi dengan penjajah di era pendudukan Jepang di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa tokoh yang dikenal non-kooperatif di era pendudukan Jepang yang memiliki pengaruh yang luas:

1. Sukarni

Sukarni mulai terlibat dalam gerakan nasional yang menuntut kemerdekaan Indonesia ketika dia masih remaja, tepatnya pada usia 14 tahun pada tahun 1930, ketika ia menjadi anggota Perhimpunan Indonesia Muda.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, dia menjadi seorang pemuda yang militan dan revolusioner. Selain itu, dia juga mendirikan organisasi Persatuan Pemuda Kita.

2. Chaerul Saleh

Chaerul Saleh adalah seorang pejuang kemerdekaan yang gigih dalam menentang pendudukan Jepang.
Dia aktif dalam organisasi pemuda yang melawan kebijakan pendudukan Jepang dan berperan penting dalam menggalang dukungan publik untuk perlawanan.

3. Adam Malik

Adam Malik, yang kemudian menjadi diplomat dan politikus Indonesia terkemuka, juga terlibat dalam perjuangan non-kooperatif melawan Jepang.
Dia terlibat dalam kegiatan-kegiatan underground dan menjadi bagian dari gerakan pemuda yang menentang pendudukan Jepang.

4. Sutan Sjahrir

Saat Soekarno dan Hatta berkolaborasi dengan Jepang, Sjahrir fokus pada pembangunan jaringan gerakan bawah tanah yang menentang fasis.
Sjahrir yakin bahwa Jepang tidak akan mampu memenangkan perang, sehingga dia merasa penting bagi gerakan untuk bersiap-siap merebut kemerdekaan pada waktu yang tepat.
ADVERTISEMENT
Inti dari jaringan gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Sjahrir adalah terdiri dari kader-kader PNI Baru yang tetap setia pada gerakan serta kader-kader muda, terutama mahasiswa progresif.

5. Wikana

Wikana memegang peran yang sangat penting dalam peristiwa Proklamasi 1945 karena dia memanfaatkan koneksi-koneksi di Angkatan Laut Jepang, atau Kaigun, sehingga Proklamasi 1945 bisa diformulasikan di kediaman resmi Laksamana Maeda di Menteng yang terjamin keamanannya.
Selain itu, Wikana juga bertanggung jawab mengatur segala persiapan untuk Pembacaan Proklamasi di rumah Bung Karno di Pegangsaan 56.
Para tokoh perjuangan non-kooperatif merupakan pilar utama dalam perlawanan terhadap pendudukan Jepang di Indonesia.
Melalui keberanian, keteguhan, dan komitmen mereka, mereka menjadi teladan bagi generasi-generasi selanjutnya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan martabat bangsa. (AZ)
ADVERTISEMENT