Konten dari Pengguna

6 Penyebab Perubahan Hakikat Nasionalisme dalam Ruang dan Waktu

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
24 September 2024 8:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Penyebab Perubahan Hakikat Nasionalisme dalam Ruang dan Waktu, Foto: Pexels/Aep Saepudin
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penyebab Perubahan Hakikat Nasionalisme dalam Ruang dan Waktu, Foto: Pexels/Aep Saepudin
ADVERTISEMENT
Penyebab perubahan hakikat nasionalisme dalam ruang dan waktu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkembang seiring dengan perjalanan sejarah.
ADVERTISEMENT
Setiap periode memiliki tantangan dan dinamika tersendiri, yang mengharuskan nasionalisme untuk disesuaikan agar tetap relevan dan mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam konteks yang berbeda-beda.
Mengutip situs journal.ugm.ac.id, Nasionalisme pada hakikatnya merupakan suatu ideologi negara modern, seperti halnya demokrasi dan komunisme.

Penyebab Perubahan Hakikat Nasionalisme dalam Ruang dan Waktu

Ilustrasi Penyebab Perubahan Hakikat Nasionalisme dalam Ruang dan Waktu, Foto: Pexels/bima
Nasionalisme dalam ruang dan waktu dapat memiliki perubahan hakikat karena beberapa faktor yang memengaruhi dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya dalam suatu bangsa. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Perubahan Konteks Sejarah

Pada masa penjajahan, nasionalisme lebih diidentikkan dengan perlawanan terhadap penjajah dan keinginan untuk merdeka. Nasionalisme pada masa itu adalah semangat untuk membebaskan diri dari penindasan dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Setelah merdeka, nasionalisme bergeser menjadi semangat untuk mempertahankan kemerdekaan dan membangun negara yang kuat dan mandiri. Fokusnya berubah dari perjuangan fisik ke pembangunan negara.
ADVERTISEMENT

2. Globalisasi dan Modernisasi

Dalam era globalisasi, batas-batas negara semakin kabur, dan interaksi antarnegara semakin meningkat.
Nasionalisme yang tadinya bersifat eksklusif (mengutamakan identitas bangsa di atas segalanya) bisa berubah menjadi nasionalisme yang lebih inklusif dan kosmopolitan, di mana keterbukaan terhadap kerjasama internasional dan globalisasi dianggap penting.
Perkembangan teknologi dan informasi juga memengaruhi cara pandang terhadap nasionalisme.
Di era modern, rasa cinta tanah air tidak hanya diekspresikan melalui atribut fisik (seperti bendera atau lagu kebangsaan), tetapi juga melalui partisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial negara di dunia yang saling terhubung.

3. Perubahan Sosial dan Budaya

Nasionalisme bisa berubah sesuai dengan perkembangan sosial dan budaya di suatu negara.
Misalnya, meningkatnya kesadaran terhadap keberagaman etnis, agama, dan budaya dalam satu negara dapat mengubah bentuk nasionalisme menjadi lebih pluralis dan menghargai perbedaan.
ADVERTISEMENT
Di negara-negara multikultural, nasionalisme yang awalnya mengedepankan homogenitas budaya mungkin berubah menjadi nasionalisme yang menghargai keragaman dan toleransi.

4. Perubahan Ancaman dan Tantangan

Pada masa tertentu, nasionalisme bisa muncul sebagai reaksi terhadap ancaman eksternal, seperti invasi atau penjajahan.
Namun, dalam situasi yang lebih damai, nasionalisme mungkin difokuskan pada tantangan internal, seperti mengatasi kemiskinan, ketidakadilan sosial, atau korupsi.
Ketika bangsa menghadapi ancaman global seperti krisis lingkungan, nasionalisme juga dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih kolektif, di mana rasa cinta tanah air termasuk tanggung jawab menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam.

5. Pemimpin dan Ideologi

Pemimpin suatu bangsa seringkali memainkan peran penting dalam membentuk dan mengarahkan nasionalisme. Misalnya, dalam beberapa periode, nasionalisme bisa berfokus pada pembangunan ekonomi atau politik, tergantung dari visi pemimpin saat itu.
ADVERTISEMENT
Ideologi politik yang dominan juga memengaruhi bentuk nasionalisme.
Nasionalisme dalam konteks demokrasi, misalnya, mungkin lebih menekankan pada kebebasan, kesetaraan, dan hak-hak individu, sementara dalam rezim otoriter, nasionalisme bisa menjadi alat untuk menegaskan kontrol dan ketaatan pada negara.

6. Perubahan Identitas Nasional

Identitas nasional tidaklah statis dan terus berubah seiring perkembangan zaman.
Proses asimilasi, migrasi, dan interaksi dengan bangsa lain dapat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap konsep nasionalisme. Identitas yang terus berkembang ini juga menyebabkan nasionalisme menyesuaikan diri dengan realitas sosial yang baru.
Dengan mengetahui penyebab perubahan hakikat nasionalisme dalam ruang dan waktu, masyarakat Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan masa depan, di mana mampu beradaptasi dengan kebutuhan dan konteks zaman yang berbeda.
ADVERTISEMENT