Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Alasan Soeharto Selalu Terpilih Kembali Jadi Presiden di Setiap Pemilu Orde Baru
25 Januari 2025 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs esi.kemdikbud.go.id, Soeharto memerintah lebih dari 3 dasawarsa (Maret 1967-1998) atau sekitar 32 tahun dan mengikuti 6 kali pemilu.
Alasan Soeharto Selalu Terpilih Kembali Jadi Presiden di Setiap Pemilu Orde Baru
Apa yang menyebabkan Soeharto selalu terpilih kembali menjadi presiden dalam setiap pemilu yang diadakan selama masa Orde Baru? Berikut adalah alasan Soeharto selalu terpilih kembali menjadi presiden di setiap pemilu Orde Baru.
1. Sistem Pemilu yang Tidak Demokratis
Pemilu Orde Baru dirancang untuk memastikan kemenangan Golkar. Pengawasan terhadap pemilu dilakukan oleh pemerintah sehingga kecurangan, tekanan, dan manipulasi kerap terjadi.
Proses pencalonan presiden dilakukan oleh MPR yang mayoritas anggotanya ditunjuk atau diarahkan oleh pemerintah. Dengan MPR yang dikuasai oleh pendukung Soeharto, dia selalu terpilih tanpa pesaing.
ADVERTISEMENT
2. Dominasi Golkar dalam Pemilu
Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan kendaraan politik utama Soeharto. Golkar didukung penuh oleh pemerintah dan menjadi partai yang dominan di setiap pemilu Orde Baru.
Aparatur negara seperti PNS, TNI, dan Polri diwajibkan mendukung Golkar. Pemilu saat itu tidak kompetitif karena partai-partai lain seperti PPP dan PDI berada di bawah pengawasan yang ketat dan memiliki ruang gerak politik yang terbatas.
3. Militer sebagai Pilar Kekuasaan
Alasan Soeharto selalu terpilih kembali jadi presiden di setiap pemilu orde baru lainnya adalah menjadikan militer sebagai pilar kekuasaan.
Soeharto memanfaatkan dukungan militer lewat doktrin dwi fungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang memberikan peran ganda kepada militer sebagai alat pertahanan dan pengendali politik.
Posisi militer yang kuat memastikan stabilitas rezim Soeharto sekaligus menekan oposisi.
ADVERTISEMENT
4. Stabilitas dan Pembangunan sebagai Alasan Legitimasi
Soeharto menggunakan alasan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi untuk membenarkan posisinya sebagai pemimpin.
Orde Baru dikenal dengan program pembangunan seperti repelita (rencana pembangunan lima tahun) dan konsep trilogi pembangunan (stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan).
Dengan ekonomi yang relatif stabil, banyak rakyat menerima Soeharto sebagai pemimpin tanpa banyak perlawanan meski kritik dibungkam.
Dengan kombinasi berbagai faktor tersebut, Soeharto selalu terpilih kembali sebagai presiden hingga akhirnya lengser pada tahun 1998.
Dikutip dari situs esi.kemdikbud.go.id, setelah mengundurkan diri, atas tuntutan masyarakat, Soeharto sempat diadili dengan tuduhan korupsi dan penyalahgunaan dana yayasan-yayasan yang didirikannya.
Soeharto menyatakan bersedia mempertanggungjawabkan dana yayasan-yayasannya. Akan tetapi, dia jatuh sakit yang menyebabkan proses peradilannya dihentikan. Dia meninggal pada pukul 13.10 WIB tanggal 27 Januari 2008.
ADVERTISEMENT
Soeharto dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Alasan Soeharto selalu terpilih kembali jadi presiden di setiap pemilu Orde Baru menunjukkan bagaimana stabilitas politik dan kekuatan pengaruh rezimnya menjadi pilar utama yang sulit digoyahkan. (Mey)