Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Alasan Subjektivitas dalam Interpretasi Sejarah Mungkin Terjadi
19 Oktober 2024 22:27 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika sedang mempelajari sejarah, sering dijumpai adanya perbedaan interpretasi dalam sebuah peristiwa. Sebenarnya terdapat alasan mengapa subjektivitas dalam interpretasi sejarah mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, La Ode Muhammad Rauda A.U.M., dkk, (2024: 5), interpretasi melibatkan analisis pemahaman masyarakat tentang peristiwa pada zamannya dan bagaimana pemahaman tersebut berubah seiring waktu.
Subjektivitas dalam sejarah terjadi ketika sejarawan memberikan makna atau penafsiran terhadap suatu peristiwa. Hal ini sulit dihindari karena dipengaruhi oleh latar belakang, nilai-nilai, dan perspektif pribadi sejarawan tersebut.
Mengapa Subjektivitas dalam Interpretasi Sejarah Mungkin Terjadi?
Interpretasi sejarah adalah penafsiran tentang sebuah peristiwa bersejarah yang berhubungan dengan pemahaman. Berikut adalah beberapa alasan mengapa subjektivitas dalam interpretasi sejarah mungkin terjadi.
1. Banyaknya Jejak Sejarah Lisan
Banyak sumber sejarah yang hilang, rusak, atau dihapus, sehingga sejarawan kesulitan menemukan bukti tertulis dan dokumentasi. Oleh karena itu, mereka mengandalkan analisis bukti lisan dari masyarakat terdahulu.
ADVERTISEMENT
2. Pandangan dan Latar Belakang Sejarawan
Faktor-faktor seperti agama, budaya, ideologi politik, dan pendidikan dapat memengaruhi interpretasi sejarawan terhadap peristiwa sejarah. Dua sejarawan dengan latar belakang yang berbeda mungkin memiliki pandangan yang berbeda mengenai peristiwa yang sama.
3. Perubahan Nilai Sosial dan Budaya
Perubahan nilai-nilai sosial dan budaya seiring waktu mempengaruhi cara sejarawan memahami sejarah. Sebuah peristiwa yang diterima pada satu masa bisa dianggap negatif di masa lain.
4. Fokus Interpretasi yang Berbeda
Para sejarawan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam menganalis peristiwa sejarah. Intepretasi dibagi menjadi lima jenis, yaitu verbal, teknis, logis, psikologis, dan faktual. Masing-masing pendekatan ini memiliki aspek yang berbeda dari masa lalu.
5. Bias Nasionalisme dan Politik
Pemerintah atau kelompok tertentu sering kali berusaha mengarahkan interpretasi sejarah guna memperkuat identitas nasional, melegitimasi kekuasaan, atau mendukung agenda tertentu. Upaya ini menghasilkan berbagai interpretasi sejarah yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Demikianlah pembahasan mengenai alasan subjektivitas dalam interpretasi sejarah mungkin terjadi. Adanya faktor di atas, mempelajari sejarah bisa membuat seseorang lebih kritis dan memahami berbagai sudut pandang . (Nabila)