Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Asal-usul Tahu Sumedang yang Terkenal
2 November 2024 19:47 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asal-usul tahu Sumedang bermula dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dan telah menjadi ikon kuliner yang digemari di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku RAGAM KUDAPAN JAWA, Murdijati-Gardjito, dkk, (2023:276), seperti namanya, tahu sumedang adalah akulturasi budaya kuliner Tionghoa (‘tao hu’ berarti kacang yang dilumatkan atau berarti juga daging tanpa tulang).
Kudapan yang satu ini cukup berbeda dengan tahu goreng pada umumnya karena tampak luarnya yang lebih kering tetapi bagian dalamnya justru tidak kering.
Asal-usul Tahu Sumedang
Mengutip buku Ragam Kudapan Jawa, Murdijati-Gardjito, dkk., (2023:276), asal-usul tahu sumedang berasal dari tahun 1900-an saat Ong Kino, imigran asal Tiongkok yang terampil membuat tahu, menginjakkan kakinya di Sumedang.
Pada awalnya, keterampilan tersebut hanya dipraktikkan untuk konsumsi keluarga saja tetapi lambat laun disukai oleh tamu-tamu yang berkunjung ke rumah Ong Kino.
Ong Kino akhirnya mempunyai ide untuk memproduksi tahu lebih banyak dan menjualnya. Anak Ong Kino, Ong Bun Keng, lalu meneruskan usaha ayahnya.
ADVERTISEMENT
Usaha tahu tersebut kemudian berkembang pesat sehingga Ong Bun Keng lebih dikenal sebagai pelopor tahu sumedang.
Dikutip dari buku Indonesia Poenja Tjerita, SejarahRI, (2016:63), setelah Ong Kino memutuskan untuk menjajakan tahu buatannya di sumedang, suatu ketika, kemasyhuran makanan ini sampai ke telinga Pangeran Soeriaatmadja.
Termasuk asal-usul tahu sumedang, dalam perjalannya ke Situraja, pangeran tersebut mampir ke Tegal Kalong yang merupakan tempat Ong Kino memproduksi tahu.
Seusai mencicipi tahu itu, sang pangeran lantas memuji kelezatannya. Bahkan, menurutnya, tahu tersebut akan laku dan disukai banyak orang.
Akan tetapi, tahu ini baru menggunakan merk bungkeng pada 1960-an. Ketika itu, Ong Kino kembali ke Tiongkok dan usaha pembuatan tahu diteruskan oleh anaknya. Dari tangan anaknya, Bun Keng, usaha ini lalu beralih kepada salah seorang dari 5 anaknya, yaitu Ukim.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1995 hingga sekarang, usaha tahu itu dipegang oleh Suriadi, salah seorang dari 7 anak Ukim.
Jadi, boleh dikatakan Suriadi merupakan generasi keempat pengelola tahu bungkeng. Suriadi mengelola usaha tersebut dengan cara yang tidak jauh berbeda dari leluhurnya.
Hingga kini, tahu sumedang tetap menjadi camilan favorit yang mampu bertahan di tengah perkembangan zaman, sekaligus menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumedang.
Dari asal-usul tahu sumedang diketahui bahwa warisan kuliner ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, membawa citarasa khas dan kenangan akan tradisi lokal yang kuat. (Mey)