Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kearifan Lokal Banten, Tradisi yang Masih Terjaga dalam Kehidupan Sehari-hari
14 Januari 2025 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berbagai tradisi yang ada di Banten masih dilestarikan dan memiliki nilai sejarah yang mendalam.
Kearifan Lokal Banten
Berikut adalah kearifan lokal Banten yang tetap terjaga hingga saat ini, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya, mengutip dari serangkota.go.id dan jurnal.unsil.ac.id.
Salah satu yang paling terkenal adalah seni bela diri, terutama pencak silat yang telah berkembang sejak berdirinya Kerajaan Islam Banten pada abad ke-15.
Pencak silat di Banten tidak hanya berfungsi sebagai alat pertahanan diri, tetapi juga sebagai seni budaya yang sarat dengan filosofi hidup.
Selain itu, seni debus juga berasal dari daerah ini dan mulai berkembang pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570), dengan ciri khas penggunaan kekuatan mental dan fisik dalam pertunjukannya.
ADVERTISEMENT
Selain seni bela diri, masyarakat Banten juga dikenal dengan tradisi masyarakat Baduy yang sangat kental dengan kebudayaan tradisional.
Salah satu tradisi unik adalah nyacar, yaitu tradisi membersihkan ladang secara gotong royong untuk persiapan menanam padi.
Pekerjaan ini dilakukan oleh masyarakat Baduy dengan penuh kerjasama dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
Tak hanya itu, masyarakat Baduy juga terkenal dengan kerajinan tenun yang dibuat dengan cara tradisional dan rumah adat yang ramah lingkungan.
Di bidang agraris, Banten memiliki tradisi Seren Taun yang merupakan upacara syukuran setelah panen padi.
Dalam upacara ini, masyarakat Banten mengadakan doa dan ritual untuk berterima kasih atas hasil bumi yang melimpah, serta untuk memohon keberkahan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini menggambarkan kedekatan masyarakat dengan alam dan rasa syukur atas hasil yang diperoleh.
Dalam tradisi pemakaman, masyarakat Banten memiliki ritual Ngagurah Mayit yang sarat dengan nilai-nilai spiritual.
Upacara ini dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dan sebagai bentuk perwujudan rasa hormat terhadap leluhur.
Masyarakat Banten meyakini bahwa kehidupan setelah mati tidak berakhir begitu saja, dan upacara ini menjadi bagian dari perjalanan spiritual mereka.
Masjid Agung Banten, yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin, merupakan simbol kearifan lokal yang masih ada hingga kini.
Masjid ini tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan sejarah bagi masyarakat Banten.
Selain itu, Keraton Surosowan yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin juga menjadi peninggalan bersejarah yang menggambarkan kemegahan kerajaan Banten pada masa lalu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Cagar Alam Pulau Dua di Serang menjadi tempat konservasi alam yang dilestarikan hingga saat ini, dengan banyaknya satwa burung migran yang beristirahat di sana.
Kehadiran kawasan cagar alam ini menjadi bukti bagaimana masyarakat Banten menjaga keseimbangan alam di sekitar mereka.
Kearifan lokal Banten tak hanya terlihat dalam tradisi, tetapi juga dalam cara masyarakat Banten mempertahankan alam dan warisan budaya mereka.
Meskipun zaman terus berkembang, kearifan lokal ini tetap menjadi identitas yang sangat penting bagi masyarakat setempat.
Keberagaman tradisi ini mencerminkan betapa kaya dan beragamnya budaya Banten yang patut dijaga dan dilestarikan.
Dengan demikian, kearifan lokal Banten bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai fondasi kehidupan masyarakatnya yang masih relevan hingga kini. (Khoirul)
ADVERTISEMENT
Baca Juga: Kearifan Lokal Sulawesi Selatan yang Menarik