Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kerja Paksa pada Masa Penjajahan Jepang: Derita dan Perlawanan Bangsa
25 Maret 2025 18:56 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kerja paksa pada masa penjajahan Jepang menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia. Sistem ini diterapkan oleh pemerintah militer Jepang untuk mendukung kepentingan perang di Asia-Pasifik.
ADVERTISEMENT
Ribuan rakyat dipaksa bekerja tanpa upah, menghadapi kondisi yang keras, dan sering kali kehilangan nyawa.
Kerja Paksa pada Masa Penjajahan Jepang
Kerja paksa pada masa penjajahan Jepang disebut dengan romusha, yang awalnya bersifat sukarela tetapi kemudian berubah menjadi paksaan.
Hal ini seperti yang tertulis dalam jurnal online-journal.unja.ac.id, pemerintah Jepang memperkenalkan gerakan sosial melalui Kinrohosi atau kerja sukarela yang kemudian berubah menjadi kerja paksa demi kepentingan perang.
Para pekerja dikirim ke berbagai daerah untuk membangun jalur kereta api. Rakyat bekerja dalam kondisi buruk, kekurangan makanan, dan tidak mendapatkan perawatan medis yang layak.
Sejak awal pendudukan, kerja paksa pada masa penjajahan dijalankan dengan dalih membantu pembangunan infrastruktur perang. Namun, dalam praktiknya, rakyat dipaksa bekerja di proyek-proyek seperti pembuatan jalan, jembatan, rel kereta api, dan pertambangan.
ADVERTISEMENT
Dampak dan Penderitaan Rakyat
Akibat kerja paksa pada masa penjajahan, rakyat mengalami penderitaan luar biasa. Banyak pekerja meninggal karena kelaparan, penyakit, atau perlakuan kasar dari tentara Jepang.
Para romusha yang selamat seringkali kembali dalam kondisi lemah, bahkan mengalami trauma fisik dan mental. Selain itu, dampak ekonomi dan sosial dari sistem ini sangat besar.
Banyak desa kehilangan laki-laki dewasa yang menjadi tulang punggung keluarga, menyebabkan kemiskinan dan kelaparan yang meluas.
Perlawanan terhadap Kerja Paksa
Meskipun berada dalam tekanan, rakyat tidak tinggal diam. Berbagai bentuk perlawanan muncul, baik dalam bentuk sabotase, pelarian, maupun pemberontakan kecil.
Beberapa tokoh nasional juga berusaha menentang sistem ini melalui jalur diplomasi, meskipun hasilnya terbatas. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, sistem kerja paksa pada masa penjajahan Jepang berakhir.
ADVERTISEMENT
Namun, penderitaan yang ditinggalkannya tetap membekas dalam ingatan bangsa. Kisah romusha menjadi pengingat akan beratnya perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan. (Daniska)