Konten dari Pengguna

Mitos Makan di Wajan dan Dampaknya dalam Kepercayaan Masyarakat

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
30 April 2025 15:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mitos Makan di Wajan. Pexels/Clem Onojeghuo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mitos Makan di Wajan. Pexels/Clem Onojeghuo
ADVERTISEMENT
Mitos makan di wajan masih diyakini oleh banyak masyarakat tradisional sebagai perilaku yang melanggar norma dan berpotensi mendatangkan kesialan.
ADVERTISEMENT
Keyakinan ini telah menjadi bagian dari sistem kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun, dan sering kali dianggap lebih dari sekadar larangan etika.
Dalam banyak keluarga, tindakan ini diasosiasikan dengan nasib buruk, sulit jodoh, hingga rezeki yang seret.

Asal Usul Mitos Makan di Wajan dan Keyakinan di Baliknya

Ilustrasi Mitos Makan di Wajan. Pexels/Josh Eleazar
Dikutip dari buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia, Nurcahyo Prasetyo, 2015:89, dijelaskan bahwa mitos makan di wajan berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa yang menganggap wajan sebagai alat memasak.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa wajan sebagai alat memasak tidak boleh dijadikan wadah makan langsung karena mengandung energi negatif sisa api.
Selain itu, makan dari wajan dianggap simbol keserakahan, yang dalam pandangan adat bisa mengundang bala atau rezeki yang menjauh.
ADVERTISEMENT
Wajan, dalam pandangan tradisional, memiliki nilai simbolik sebagai pusat dapur yang sakral.
Maka dari itu, tindakan makan langsung dari wajan dianggap mencemari kesakralan tersebut.
Keyakinan ini bukan sekadar soal perilaku, melainkan refleksi dari hubungan antara manusia dengan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi.

Dampak Sosial dan Budaya dari Mitos Makan di Wajan

Ilustrasi Mitos Makan di Wajan. Pexels/cottonbro studio
Mitos makan di wajan tidak hanya berkaitan dengan nasib pribadi, tetapi juga menumbuhkan norma sosial yang membentuk perilaku masyarakat.
Larangan ini mendorong pentingnya tata krama dalam rumah tangga dan menghormati proses memasak sebagai bagian dari kehidupan yang teratur.
Secara tidak langsung, mitos ini membentuk kebiasaan yang menjaga nilai kebersamaan dan kedisiplinan dalam keluarga.
Meskipun generasi muda kini mulai meragukan kebenaran mitos tersebut, warisan ini masih bertahan di banyak daerah, terutama dalam keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat.
ADVERTISEMENT
Mitos makan di wajan merupakan bagian dari kekayaan budaya yang merefleksikan cara pandang masyarakat terhadap tatanan hidup, etika, dan spiritualitas.
Meski tidak semua generasi modern mempercayainya, mitos ini tetap menyimpan nilai edukatif tentang pentingnya sopan santun dan keharmonisan dalam keluarga.
Kepercayaan semacam ini menjadi cermin bahwa budaya tidak hanya soal tindakan, tetapi juga makna yang diwariskan lintas zaman. (Anggie)