Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Tradisi Selikuran dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat
22 Maret 2025 9:07 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi Selikuran merupakan budaya turun-temurun yang dilakukan pada malam ke-21 Ramadan sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi malam-malam terakhir di bulan suci.
ADVERTISEMENT
Masyarakat meyakini bahwa pada malam-malam tersebut terdapat keistimewaan, terutama terkait dengan lailatulqadar.
Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga dalam sebuah komunitas.
Makna Tradisi Selikuran dalam Kehidupan Masyarakat
Tradisi Selikuran merupakan salah satu budaya yang masih dilestarikan di berbagai daerah di Indonesia. Tradisi ini dilakukan pada malam ke-21 bulan Ramadan sebagai bentuk penghormatan terhadap malam-malam terakhir di bulan suci.
Biasanya, kegiatan ini diisi dengan berbagai kegiatan ibadah, seperti doa bersama, pengajian, dan penerangan dengan obor atau lampu sebagai simbol cahaya spiritual.
Seperti yang tertulis dalam jurnal jurnal.uns.ac.id, Tradisi Malem Selikuran mempunyai makna yang cukup luas. Tradisi ini tidak hanya sebuah perayaan, melainkan terdapat makna yang terkandung di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini sudah dikenal sejak zaman kerajaan Islam di Nusantara. Pada masa itu, raja dan masyarakat berkumpul di alun-alun untuk melakukan doa bersama serta penyalaan obor atau lampu minyak sebagai simbol penerangan rohani.
Hingga kini, tradisi ini masih dilakukan di berbagai daerah dengan beragam bentuk pelaksanaan. Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan tradisi ini.
Di beberapa tempat, masyarakat menggelar pawai obor sambil melantunkan doa-doa. Di daerah lain, acara ini disertai dengan pembagian makanan kepada fakir miskin sebagai bentuk kepedulian sosial.
Selain itu, ada juga yang mengadakan pengajian dan khataman Al-Qur'an sebagai bagian dari perayaan. Tradisi ini memiliki banyak nilai penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah mempererat rasa kebersamaan dan gotong royong.
ADVERTISEMENT
Pelestarian Tradisi di Era Modern
Di tengah perkembangan zaman, tradisi malam 21 Ramadan ini tetap dijaga agar tidak punah. Banyak komunitas dan pemerintah daerah yang turut serta dalam melestarikan tradisi ini dengan mengadakan acara yang melibatkan generasi muda.
Dengan adanya inovasi, seperti penggunaan lampu modern dalam pawai obor atau penyebaran informasi melalui media sosial, tradisi ini tetap dikenal dan dijalankan oleh masyarakat.
Tradisi Selikuran bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga warisan budaya yang memiliki makna mendalam. Keberadaannya menunjukkan betapa kuatnya nilai kebersamaan, kepedulian, dan spiritualitas dalam kehidupan masyarakat.
Dengan terus melestarikan tradisi, generasi mendatang dapat terus memahami dan menghargai warisan leluhur yang kaya akan nilai dan makna. (Rahma)
Baca juga: Asal-usul Tradisi Mudik Lebaran di Indonesia
ADVERTISEMENT