Konten dari Pengguna

Indonesia Membangun Perdamaian Dunia

Yudhi Andoni
Sejarawan. Dosen Sejarah Universitas Andalas, Padang.
7 September 2023 21:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudhi Andoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Joko Widodo (keenam kiri) berfoto bersama dengan pemimpin negara sebelum KTT ke-24 ASEAN-Korea di Jakarta, Rabu (6/9/2023). Foto: ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (keenam kiri) berfoto bersama dengan pemimpin negara sebelum KTT ke-24 ASEAN-Korea di Jakarta, Rabu (6/9/2023). Foto: ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru
ADVERTISEMENT
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengucapkan pidato yang berani. Ia menunjukkan kapasitas sebagai pemimpin berkaliber dunia. Tegas Indonesia meminta para pemimpin dunia yang hadir dalam KTT ASEAN-Asia Timur untuk membangun perdamaian dunia.
ADVERTISEMENT
Konferensi tingkat tinggi para pemimpin dunia itu dihadiri para kepala pemerintahan, seperti wakil dari AS, Rusia, China, Jepang, Korea Selatan, India, Sekjen PBB, dan negara anggota ASEAN tanpa Myanmar. Myanmar menjadi salah satu isu panas yang coba diselesaikan Indonesia.

Pusat Masalah

KTT ASEAN-Asia Timur kali membawa banyak masalah dalam kehidupan masyarakat dunia. Masalah itu di antaranya Perang Rusia-Ukraina yang melibatkan negara-negara Barat, seperti AS dan Uni-Eropa, kekerasan Junta militer di Myanmar, isu nuklir Korea Utara, konflik perbatasan di Laut China Selatan, dan lain-lain.
Para pemimpin yang berkumpul di KTT kali ini membawa kepentingan nasional masing-masing terhadap isu keamanan, HAM, dan kesejahteraan. Presiden Jokowi yang menjadi Ketua ASEAN meminta perhatian para pemimpin atas pentingnya menjaga perdamaian di kawasan yang menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi dunia.
ADVERTISEMENT
Pada pembukaan konferensi Presiden Jokowi mengajak, mendorong, sekaligus mencoba meyakinkan para pemimpin dunia yang hadir untuk bertanggung jawab atas nasib umat manusia.
Lebih jauh Presiden meminta agar negara-negara yang tengah berkonflik agar sudi menurunkan tensi yang panas di antara mereka, mencairkan ruang beku karena ego pemimpin, serta rela menciptakan ruang dialog sebagai jembatan perbedaan-perbedaan di antara negara yang tengah berkonflik.
ADVERTISEMENT
Presiden meyakinkan para pemimpin dunia itu, bahwa ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dunia yang hanya dapat dicapai melalui perdamaian dan stabilitas. Pada akhir pidatonya, Presiden terkesan menyindir perilaku pemimpin yang tidak arif dan bertanggung jawab pada nasib kesejahteraan umat manusia di dunia.
Masyarakat dunia menurutnya tengah menyaksikan apakah para pemimpin yang hadir dalam KTT ASEAN-Asia Timur memiliki kearifan terhadap permasalahan umat manusia atau tidak. Pidato pembukaan Presiden Jokowi ini mendapat sambutan hangat dari para pemimpin dan melahirkan kesepakatan strategis.

Dunia baru

Keberanian Presiden Jokowi berbicara tegas pada para pemimpin negara berkuasa dan bertikai itu mengingatkan masyarakat pada pidato Sukarno di hadapan Sidang Umum Majelis PBB tanggal 30 September 1960. Presiden Sukarno menyampaikan pidato bersejarah dengan judul hebat, To Build the World Anew (Membangun Dunia Kembali).
ADVERTISEMENT
Kedatangan Presiden Sukarno atas undangan PBB itu dibarengi persoalan dalam negeri yang membahayakan keutuhan negara. Masa itu (1960) Indonesia tengah diamuk gelombang pergolakan daerah yang menjurus pada disintegrasi, seperti PRRI/Permesta, DI/TII, dan persoalan Irian Barat yang belum masuk ke dalam bagian NKRI.
Tapi Presiden Sukarno mengambil risiko menghadiri Sidang Umum PBB dan mengucapkan pidatonya yang luar biasa di hadapan para delegasi dunia, termasuk negara-negara Asia-Afrika yang baru merdeka. Pidatonya disambut meriah dan menginspirasi banyak negara baru merdeka itu, sehingga dengan cepat Indonesia mendapat tempat terhormat dalam relasi internasional.
Pada pidato itu Presiden Sukarno lebih dulu menyatakan bahwa keputusannya untuk hadir bukanlah merupakan suatu keputusan yang mudah. Ia memulai pidatonya dengan menyatakan,
ADVERTISEMENT
Seorang pemimpin tak akan bisa mendapatkan tempat dalam berkas sejarah bila ia menghindari tanggung jawab zamannya, terang Presiden Sukarno. Para pemimpin di negara-negara baru merdeka mesti mengambil peran dunia, karena dunia hari ini tengah menghadapi polarisasi yang tak sehat.
Perbaikan dunia lama yang melahirkan negara-negara adikuasa yang timpang memerlukan nilai-nilai baru. Nilai-nilai yang menurut Presiden Sukarno memiliki prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa. Baginya semua bangsa yang berhimpun dalam wadah PBB mestinya “memiliki satu dasar, dan semua bangsa harus menerima dasar itu, demi perlindungan dirinya dan demi keselamatan umat manusia”.
ADVERTISEMENT
Presiden Sukarno pada kesempatan itu menawarkan Pancasila. Pancasila menurutnya dapat menaungi gagasan-gagasan baru tentang peradaban dunia akan datang.
“Jadi, berbicara tentang Pancasila di hadapan tuan-tuan, saya mengemukakan intisari dari peradaban kami selama 2.000 tahun”, demikian Presiden Sukarno dengan percaya diri menawarkan konsepsi keindonesiaan di depan para pemimpin “dunia lama” dan “dunia baru”. Presiden Sukarno percaya bahwa pedoman nilai dalam Pancasila dapat membangun perdamaian dunia akan datang.