MUI Riau Imbau Masyarakat Rayakan Tahun Baru dengan Muhasabah
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sehingga tidak tepat rasanya jika ada muslim merayakan tahun baru dengan berlebihan.
"Islam tidak pernah mengajarkan perayaan tahun baru Masehi. Hanya tiga hari menjadi hari raya, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Jumat," kata Zulhusni, Selasa, 31 Desember 2019.
Hanya saja, dari pada masyarakat merayakan dengan cara berlebihan, seperti membakar kembang api, meniup terompet, huru-hara hingga pagi, maksiat di hotel atau narkoba, lebih baik berkumpul di masjid atau mushalla.
Ia meminta, jadikan setiap pergantian, hari, minggu, bulan dan tahun untuk bermuhasabah, merenungkan sejauh mana dosa pernah dilakukan.
"Semoga kedepannya lebih baik. Karena dalam Islam, setiap pergantian waktu harus dijadikan ajang intropeksi diri," jelasnya.
Kalau tidak ada masjid atau musala, tuturnya, bisa menggelar pengajian, atau ber-muhasabah bisa dilakukan di rumah saja. "Nanti saya juga akan mengisi tabligh Akbar di Masjid Pandau," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Zulhusni menjelaskan, MUI juga sudah rapat dengan Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) terkait perayaaan tahun baru di Riau.
Semuanya sepakat untuk menjadikan tahun baru sebagai ajang introspeksi.
MUI juga mengapresiasi surat Intruksi dari Pemprov Riau maupun Pemko Pekanbaru yang walaupun agak terlambat.
Ia berharap pengusaha yang bisnisnya berbau maksiat bisa menutup untuk sementara.
"Ya gak apa-apa lah terlambat, daripada tidak sama sekali," tutupnya.