Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
7 Upacara Adat Yogyakarta yang Masih Lestari sampai Kini
8 Desember 2023 12:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yogyakarta merupakan salah satu kota yang masih melestarikan dengan penuh kebanggaan berbagai upacara adat yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Sampai saat ini ada beberapa upacara adat Yogyakarta yang masih dilakukan .
ADVERTISEMENT
Keberlanjutan dan kelestarian upacara adat di Yogyakarta tidak hanya mencerminkan warisan budaya yang kaya. Tetapi, juga merupakan nyawa dari identitas kultural yang dijunjung tinggi oleh penduduk setempat.
Upacara Adat Yogyakarta yang Masih Lestari
Beberapa upacara adat itu terus dijalankan dengan penuh kekhususan. Menggambarkan semangat pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun temurun.
Inilah 7 upacara adat Yogyakarta yang masih lestari sampai kini.
1. Sekaten
Mengutip dari situs budaya.jogjaprov.go.id, upacara ini waktunya selama 7 hari dari tanggal 5 sampai 11 pada bulan Mulud atau Rabiulawal untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad saw. dengan puncak acara keluarnya gunungan dari keraton menuju Masjid Besar.
Dengan prosesi gamelan pusaka, upacara udhik-udhik, dan pembacaan Maulid, Sekaten menyatukan masyarakat dalam kesakralan, terutama saat gunungan dikeluarkan dari keraton.
ADVERTISEMENT
2. Grebeg
Grebeg diadakan tiga kali setahun, menjadi momen kegembiraan masyarakat Yogyakarta. Gunungan berisi hasil bumi disajikan dan diperebutkan dalam Grebeg Syawal, Grebeg Besar, dan Grebeg Maulud, melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
3. Tedak Siten
Tedak Siten adalah prosesi adat untuk anak berusia tujuh atau delapan bulan yang menandai langkah awal belajar berjalan dengan menginjakkan kaki ke tanah. Prosesinya dengan jadah tujuh warna dan kurungan benda-benda, menjadi simbol awal perjalanan anak.
4. Supitan
Supitan atau upacara khitanan, bukan hanya ritual keagamaan tetapi juga mencerminkan solidaritas dan kerja sama masyarakat. Dengan persiapan seperti rembug keluarga dan ater-ater, supitan menjadi momen penting dalam hidup anak laki-laki.
5. Nyadran
Nyadran dilakukan di bulan Sya'ban atau Ruwah, bukan sekadar ziarah ke makam, tetapi juga menyatukan masyarakat dalam nilai-nilai sosial dan keagamaan. Kegiatan ini mencakup besik, kirab, doa, dan kembul bujono sebagai wujud syukur kepada leluhur.
ADVERTISEMENT
6. Labuhan
Labuhan adalah upacara memberi sesaji kepada roh halus, menampilkan penghargaan terhadap kekuatan gaib dan spiritual. Melibatkan pembuangan benda-benda ke dalam air, Labuhan menjadi simbol persembahan kepada alam.
7. Gejog Lesung
Gejog Lesung, seni musik tradisional yang mengekspresikan kegembiraan petani setelah panen, menghadirkan kebersamaan dalam merayakan hasil bumi. Dengan alat musik lesung yang dipukul-pukul, Gejog Lesung menjadi ekspresi riang dalam kehidupan.
Itulah beberapa upacara adat Yogyakarta yang masih lestari sampai kini di kalangan masyarakat . Upacara adat tetap hidup dan berkembang, menjadi cermin kekayaan budaya masyarakat Yogyakarta yang patut dijunjung tinggi. (RIZ)