Konten dari Pengguna

Mengopi di Warung, Menjadi Tata Cara Pertemanan Unik di Desa? Kok bisa?

Ni'amatus Shofiyah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas PGRI Semarang.
17 November 2024 13:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni'amatus Shofiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Warga di Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan ini memiliki kebiasaan tata cara pergaulan yang unik yaitu Njagong. Njagong adalah aktivitas meminum kopi di warung sambil duduk dan mengobrol berasama. Hal ini rata-rata dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari, “pagi sebelum berangkat bekerja, siang sebelum berangkat mencari pakan ternak dan malam setelah selesai bekerja” ucap Narto, seorang petani yang ditemui di salah satu warung di Desa Tambakselo.
ADVERTISEMENT
Njagong menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat di Desa tersebut, dengan tujuan utama untuk berkomunikasi dengan para tetangga, “kalaupun kita nganggur di rumah, ga ada pekerjaan, itu kita bisa dapet info dari temen-temen, eh mungkin ada yang kasih kerjaan disuruh ini-disuruh itu, lumayanlah buat nambah-nambah kalau lagi sepi pekerjaan” ucap Arul pemuda setempat yang juga sedang mengopi.
Rata-rata mata pencaharian warga Desa Tambakselo adalah petani dan peternak, para petani bukan hanya mengerjakan sawah mereka sendiri, tetapi ketika pekerjaan di sawah mereka sudah selesai, maka mereka menjadi buruh tani di sawah milik orang lain. Yang mereka dapatkan bukan hanya itu, “ya kalau petanikan mendapatkan informasi harga pupuk, harga benih jagung, bahkan gejala-gejala tanaman yang ada di sawah bisa dikonfirmasikan di warung” imbuh Narto. Mereka bertukar pikiran dan pengalaman mengenai cara yang baik dalam bertani dan berternak di warung kopi.
ADVERTISEMENT
Mereka jarang menonton TV walaupun memilikinya dan jarang dari mereka yang menggunakan HP, untuk mengetahui berita-berita di luar daerah mereka, mengetahui isu-isu politik dan informasi sosial lainnya, mereka mendapatkannya di warung. “apa lagi ini mendekati pemilihan Gubernur atau Bupati, saya dapet infonya juga dari warung” imbuh Narto.
Menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama teman-teman di warung kopi juga menjadi hiburan dengan harga terjangkau bagi mereka untuk istirahat dari lelahnya aktivitas hari itu.
Bukan hanya bapak-bapak, tetapi para pemuda di Desa Tambakselo juga lebih memilih pergi ke warung kopi dari pada Coffe shop (cafe), padahal yang terjadi saat ini, trend mengenai Coffee shop dengan estetika bangunan yang unik dan menyajikan makanan dengan berbagai tampilan yang menarik menjadi hal penting bagi generasi Z. “kalau di warung kita bisa sederhana jadi apa adanya, kalau di Coffe shop kita lebih kejaga image, ya harus kekinian banget outfitnya” pangkas Arul. Perbedaan harga kopi yang terbilang cukup jauh juga menjadi alasannya.
Para pemuda mengopi di pagi hari. Gambar diambil oleh @nmmtsss (Ni'amatus shofiyah)
Bapak-bapak sedang mengopi di siang hari sebelum melakukan aktivitas mencari pakan ternak. Gambar diambil oleh @nmmtsss (Ni'amatus shofiyah)
Mengopi pada malam hari, setelah selesai bekerja. Gambar diambil oleh @nmmtsss (Ni'amatus shofiyah)