Konten dari Pengguna

Dari Rasa Takut Menjadi Rasa Tenang: Cerita di Balik Pendakian

Naysila Muharromah
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang
6 Juli 2025 9:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Dari Rasa Takut Menjadi Rasa Tenang: Cerita di Balik Pendakian
Tulisan ini menceritakan perjalanan Nadine Malwadinata saat mendaki Gunung Prau. Bukan sekadar mengejar puncak, pendakian ini menjadi proses penyembuhan dan keberanian untuk melawan rasa takutnya.
Naysila Muharromah
Tulisan dari Naysila Muharromah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Prau via Wates, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Minggu (11/05/2025). Foto: Nadine Malwadinata
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Prau via Wates, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Minggu (11/05/2025). Foto: Nadine Malwadinata
ADVERTISEMENT
Ada cerita yang menginspirasi serta pengalaman berharga di setiap pendakian. Salah satu kisah inspiratif datang dari Nadine Malwadinata. Seorang Perempuan yang berani melawan rasa takutnya. dia memutuskan mendaki gunung bukan hanya untuk mencapai puncak, tetapi juga untuk menemukan kedamaian yang sudah lama hilang. Alam adalah obat penyembuh bagi mereka yang merasa terjebak dalam pikirannya karena alam akan selalu menghargaimu selama kamu menjaganya. Awalnya, rasa takut selalu menyelimuti pikirannya. Apakah dia mampu melewati semua rintangan yang ada di depan? Nadine memilihuntuk menghadapi ketakutan itu dengan keberanian. Saat langkahnya terus berjalan tanpa henti, ketakutan itu justru berubah menjadi rasa ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Keindahan alam dalam perjalanan menuju puncak menjadi pengalaman paling berkesan. Puncak gunung mungkin menjadi tanda kemenangan, tetapi baginya, titik berharga hadir di tengah perjalanan.
ADVERTISEMENT
Keindahan alam dan udara segar saat mendaki mulai membangkitkan semangatnya. Meski menghadapi berbagai jalur yang berbahaya, melelahkan, dan curam, serta tantangan saat mendaki, Nadine menemukan bahwa setiap tantangan adalah pelajaran. Saat dia sampai di puncak gunung, semua rasa lelah dan takut terbayar. Sinar matahari yang hangat dan suara angin yang berbisik memberikan ketenangan di dalam hatinya, membawanya pada kedamain yang selama ini dia cari. Melihat keindahan alam di depannya, dia merasa semua beban dan masalahnya pergi menghilang. Nadine mulai menyadari bahwa kekecewaan adalah bagian hidup yang tidak bisa dihindari, tetapi cara menghadapinya adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan. Rasa takut yang awalnya menyiksa mulai terasa lebih ringan. “Gunung tidak menyelesaikan semua masalahku, tetapi Gunung mengingatkanku bahwa aku masih bisa berdiri di sini dengan rasa tenang dan damai. Itu lebih penting dari segalanya”, ujar Nadine Malwadinata”. Gunung tidak peduli siapa kita, dari mana kita berasal, atau banyaknya masalah yang kita bawa. Gunung hanya menawarkan ketenangan kepada siapa pun yang bersedia untuk diam dan mendengarkannya. Alam pun memiliki cara untuk menyembuhkan setiap hati yang terluka. Tidak ada tuntutan untuk selalu kuat; alam memperlakukan manusia dengan cara yang berbeda untuk menemukan ketenangan. Fiersa Bersari juga berkata,”Mendaki gunung adalah racun yang mematikan. sekali kamu terkena racunnya, kamu akan kecanduan seumur hidup”. Itulah yang dirasakan oleh Nadine. Kalimat itu mendorong keberaniannya. Gunung tidak pernah meminta untuk didaki; gunung justru mengajarkan kita bahwa hal-hal indah tidak datang dengan mudah; perlu usaha dan tekad yang berani.
ADVERTISEMENT
Pemandangan alam dari ketinggian Gunung Prau, Senin (12/05/2025). Foto: Nadine Malwadinata
Kisah Nadine mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi setiap masalah dan kekecewaan, kita harus berani mencari tempat untuk menyembuhkan diri. Dari rasa takut dan tenang itulah perjalanan yang dia alami. Ketika kita berani dan melangkah maju, kita bisa mendapatkan kekuatan dalam diri kita. Di saat kita berhasil melawan ketakutan itu, gunung yang kita anggap menyeramkan bisa berubah menjadi tempat yang paling tenang dan indah. Beragam karakter pendaki di setiap pendakian. Tidak ada yang pernah yang salah, karena mendaki gunung bukanlah sebuah kompetisi, melainkan mencari sebuah ketenangan di dalam pendakian. Sejauh apa pun melangkah, gunung akan selalu menjadi tempat pulang yang ternyaman.
Naysila Muharromah, Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Ilmu Komunikasi.
ADVERTISEMENT