Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Kisah Kenekatan Sadio Mane: Kabur dari Rumah demi Menggapai Mimpinya
14 November 2019 9:26 WIB
ADVERTISEMENT
Kisah perjuangan Sadio Mane untuk menjadi pesepak bola profesional bisa jadi amat menarik disimak. Faktanya, sosok yang kini menjadi andalan di lini depan Liverpool dan Timnas Senegal itu sempat tak direstui untuk menjadi pesepak bola oleh kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Kalau dibayangin, mungkin sama kayak kisah sebagian dari kalian: Maunya jadi musisi, tapi disuruh sekolah kedokteran. Huft.
Bagi orang tua Mane, sepak bola cuma buang-buang waktu. Mereka lebih ingin melihat Mane belajar yang rajin, lalu di kemudian hari menjadi guru.
Guru PNS? Bisa jadi. Biar dapat tunjangan tahunan, tunjangan pensiun, hingga gaji ke-13. Ya, mungkin begitu ibaratnya.
Namun, Mane tetap pada pendiriannya. Maunya jadi pesepak bola aja. Hingga akhirnya, saat usianya 16 tahun, dia melakukan hal yang nekat --bahkan kelewat nekat: Kabur dari rumah.
Mane meninggalkan rumahnya di Kota Sedhiou menuju Ibu Kota Dakar untuk bergabung dengan akademi sepak bola Generation Foot. Sosok kelahiran 10 April 1992 itu tak bilang-bilang ke siapa pun, kecuali seorang sahabatnya.
ADVERTISEMENT
“Saat matahari terbenam, aku menyembunyikan tas olahraga beserta barang-barangku di balik rerumputan tinggi depan rumahku, agar enggak ada yang tahu kalau aku mau kabur,” kisahnya kepada France Football.
Cukup cerdik juga, ya, si Mane. Ternyata, dia enggak cuma cerdik untuk urusan mengelabui bek-bek lawan.
"Dan pagi hari berikutnya, sekitar pukul 06:00, aku hanya menyikat gigi dan bahkan tidak mandi (lalu kabur dari rumah)," lanjutnya.
Sebentar. Tidakkah kalian membaca sesuatu yang aneh?
Sadio Mane mau kabur dari rumah, meninggalkan orang tuanya, kota kelahirannya, entah kapan kembali, demi mewujudkan mimpinya, tapi sempat-sempatnya sikat gigi dulu! Memangnya enggak bisa nanti aja sikat giginya pas sudah di pelarian??
Entahlah, Mane ini mungkin tipe orang yang punya prinsip bahwa "apa pun yang kulakukan, senekat apa pun itu, sikat gigi enggak boleh lupa". Siap!
ADVERTISEMENT
Apa mungkin dia mengincar karier menjadi bintang iklan pasta gigi andai dia gagal jadi pesepak bola? Wallahualam.
Tapi, kalau dilihat hasilnya sekarang, oke juga, sih. Kita kerap melihat wajah Mane senyum dengan gigi putih berseri setiap kali mencetak gol buat Liverpool di Premier League, Liga Champions, atau kompetisi lainnya.
Namun, terlepas dari itu semua, Mane memang kelewat nekat. Dia bahkan mengaku sebenarnya enggak punya uang sama sekali waktu kabur itu.
“Aku berjalan cukup lama untuk bertemu dengan seorang teman yang mau meminjamkanku sejumlah uang, sehingga aku bisa naik bus ke Dakar,” katanya.
Ya, itulah Mane. Mau kabur tapi enggak punya duit, tidak lantas membuatnya terpikir buat mencuri duit orang tua. Maklum, Mane ‘kan anak imam masjid. Subhanallah, ya, guys.
Di sisi lain, orang tua Mane akhirnya sadar bahwa Mane kabur. Mereka mendatangi rumah sahabatnya Mane, lalu menanyakan ke mana Mane pergi. Awalnya, si sahabat tak mau mengaku, tetapi akhirnya ia menyerah dan mengatakan sejujurnya bahwa Mane pergi ke Dakar.
ADVERTISEMENT
Mane lantas ditelepon oleh orang tuanya. Mereka ingin Mane pulang. Namun, Mane menolak. Dia lantas membujuk orang tuanya agar mau memberinya kesempatan. Dan, alhamdulillah, dikabulkan.
Namun lucunya, ketika diwawancarai The Guardian, Mane enggak mengaku kabur dari rumah. Dia bilang, waktu usia 16 tahun, dia duduk bareng dengan orang tuanya, lalu mengutarakan niatnya jadi pesepak bola dan kedua orang tuanya setuju.
“Sepak bola tidak berkembang di Casamance (Sedhiou), jadi ketika saya berusia 16 tahun saya duduk dan berbicara dengan orang tua saya dan mereka setuju untuk membiarkan saya tinggal bersama paman saya di Mbour (sebuah resor pantai kecil di selatan Dakar),” kata Mane kepada The Guardian.
"Saya bergabung dengan tim kecil di sana dan itulah mengapa saya dipanggil untuk uji coba di Center (Generation Foot)," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Well, sekadar informasi saja, hasil wawancara Mane dengan The Guardian itu dilansir pada April 2015. Sementara hasil wawancara ihwal kaburnya Mane itu --yang juga tayang di situs Mirror--- dilansir pada Juni 2019.
Kalian mau percaya yang mana? Tapi, terlepas dari itu semua, perjuangan Mane untuk menapaki karier sebagai pesepak bola tetap tidak mudah. Bukan permasalahan restu orang tua semata.
Soalnya, di akademi Generation Foot itu, dia dipandang sebelah mata cuma gara-gara enggak punya celana khusus pesepak bola. “Dan sepatu bolaku benar robek di bagian sisinya, aku hanya memperbaikinya sebisaku dengan kawat”.
Semua orang menertawakannya, bahkan memandang dengan tatapan yang seolah berkata, “Ini bocah serius mau jadi pesepak bola?”
Namun, ketika Mane menunjukkan skill bermainnya, semua orang terpukau. Mereka kagum. Hingga akhirnya, Mane benar diterima di akademi itu.
ADVERTISEMENT
Bagus, Mane. Lebih baik balas dengan karya daripada cuma menang gaya!
Sensasi Mane tak berhenti sampai di situ. Klub profesional pertamanya adalah klub Prancis, FC Metz. Cerita perjalanannya dari Senegal ke Prancis tak kalah gilanya.
Saat usianya masih 19 tahun, Mane memutuskan pergi ke Prancis demi karier yang lebih baik. Namun sekali lagi, dia enggak bilang-bilang ke orang tuanya. Mane hanya menceritakan itu ke pamannya.
“Aku ingat hari pertama sampai di sana, Prancis. Aku seharusnya berlatih tetapi pelatih mengatakan ‘tetap di rumah' dan aku tidak memiliki kredit di kartu telepon untuk menelepon ibu,” kata Mane, dilansir Mirror.
“Besoknya, aku pergi dengan beberapa temanku yang sudah ada di Metz untuk membeli beberapa kartu (telepon). Aku menelepon orang tua dan berkata, ‘Aku di Prancis’."
ADVERTISEMENT
Orang tuanya jelas bingung, "Prancis? Prancis yang mana?"
“Itu, lho, Prancis yang di Eropa,” jawab Mane. Ya, jelas Eropa. Bukan Prapatan Ciamis.
“‘Apa maksudmu di Eropa? Kamu tinggal di Senegal’. Aku berkata ‘Tidak, aku di Eropa’".
Jadi intinya, Mane baru memberi tahu dirinya pergi ke Prancis saat dia……. sudah di Prancis. Luar biasa.
Akan tetapi, andai Mane tidak melakukan semua kegilaan itu, kita tidak akan mengenalnya sebagai pesepak bola profesional yang melalang buana di Eropa: Prancis, Austria, hingga Inggris .
Mane sudah membela skuat pujaan publik Anfield sejak Juni 2016. Sejak saat itu hingga sekarang, Mane sudah mencetak 70 gol dan 27 asis dari total 140 laga resmi lintas kompetisi.
ADVERTISEMENT
Dan mungkin, jika tak ada Mane, Liverpool bisa jadi tidak akan menjuarai Liga Champions 2018/19. Jika tak ada Mane, mungkin kini trio utama di lini depan The Reds adalah Mohamed Salah , Roberto Firmino , dan Divock Origi (atau Xherdan Shaqiri ).
Dan kini, Mane dan rekan-rekannya di bawah asuhan Juergen Klopp sedang berjuang untuk mewujudkan mimpi para fans Liverpool saalam dunya: Jadi juara Premier League musim 2019/20.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League . Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer , gratis! Ayo, buruan daftar di sini . Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV , dan jersey original.