Konten dari Pengguna

Media Sosial dan Pilihan Politik Kita

Syafbrani ZA
X Cekgu II Suami penuh waktu dan penulis paruh waktu II Menulis buku, diantaranya: UN, The End... dan Suara Guru Suara Tuhan II Ketua Umum PTIC DKI 2021/2026 II Bergiat di Univ. Trilogi - Center for Teacher Mind Transformation (CTMT) FKIP Univ. Riau
26 Oktober 2023 16:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafbrani ZA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Polling kumparan: 88,14% Pembaca Tidak Follow Akun Media Sosial Parpol. Foto: Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Polling kumparan: 88,14% Pembaca Tidak Follow Akun Media Sosial Parpol. Foto: Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Awal Juli lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih. Artinya, selain dipandang sebagai pemilih, tapi itulah angka-angka yang akan dibagikan kepada para peserta pemilu, yang di antaranya adalah partai politik dengan para calon legislator (caleg) pilihannya.
ADVERTISEMENT
Sebagai warga negara yang baik dan juga sebagai pemilih yang baik pula. Tentunya memiliki hak untuk memilah dan kemudian menentukan pilihannya. Apalagi dalam kehidupan berdemokrasi yang telah berpadu dengan perkembangan teknologi dan informasi ini, segala sesuatunya semakin bisa dilihat secara transparan. Tentu, dengan syarat jika kita ingin membacanya dengan akal dan nurani yang sehat.
Jika dulu kita sering mengenal istilah ‘membeli kucing dalam karung’ saat pesta demokrasi berlangsung. Sekarang, istilah itu sepertinya sudah tidak bisa hidup lagi. Justru sebaliknya, para kandidat yang ingin dipilih itulah kelak harus membuka dirinya. Memperkenalkan dirinya sendiri dengan segala potensi dan prestasi yang dianggapnya layak untuk dipublikasikan secara luas. Di antaranya adalah melalui berbagai platform media sosial.
ADVERTISEMENT
Sangat beralasan mengapa mereka harus memanfaatkan sosial media. Karena selain hampir semua masyarakat (baca: pemilih) memiliki berbagai akun sosial media. Sosial media juga menjadi salah satu alat yang efektif untuk meningkatkan popularitas. Membaca dan memahami pola audiens sampai meningkatkan engagement rate — yang kelak berpotensi menjadi suara-suara yang memilihnya.
Oleh karena itu, setiap partai politik saat ini sangat intens mengelola media sosialnya. Bahkan memiliki tim khusus yang bertugas membaca arah ‘suka - duka’ audiens terhadap partainya masing-masing. Dan tentunya sekaligus dengan tokoh-tokoh atau figur publik di partai itu.
Misalnya, seperti data yang pernah dikumpulkan Kompas TV pada minggu pertama agustus (8/8) lalu . Ditemukan beberapa partai politik yang pengikut sosial medianya tembus di atas 1 juta.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari data tersebut, maka 9 partai politik yang hari ini berada di parlemen itu memiliki pengikut dari terbanyak adalah: Geridnra dengan total 4.570.000 (Facebook: 3.400.000, Instagram: 541.000, Twitter: 629.170), PDIP dengan total 2.039.000 (Facebook: 1.500.000, Instagram: 263.000, Twitter: 276.794), PKS dengan total 1.765.591 (Facebook: 1.000.000, Instagram: 306.000, Twitter: 459.591).
Lalu DEMOKRAT dengan total 1.045.529 (Facebook: 225.000, Instagram: 612.000, Twitter: 208.529), PKB dengan total 772.262 (Facebook: 87.000, Instagram: 574.000, Twitter: 111.262), PPP dengan total 545.072 (Facebook: 312.000, Instagram: 182.000, Twitter: 51.072).
Kemudian PAN dengan total 319.082 (Facebook: 183.000, Instagram: 59.600, Twitter: 76.487), NASDEM dengan total 293.969 (Facebook: 103.000, Instagram: 78.400, Twitter: 112.569), dan GOLKAR dengan total 147.740 (Facebook: 20.000, Instagram: 39.500, Twitter: 88.240).
ADVERTISEMENT
Salah satu lembaga riset, Evello, juga sempat merilis popularitas partai politik berdasarkan tayangannya di Instagram. Diantara hasilnya adalah tiga besar partai politik yang paling banyak mendapatkan views secara berurutan adalah Demokrat dengan 8.568.221 views (28.98%), PDIP: 6.837.972 views (23.12%), dan PKS 4.336.425 views (14.66%).
Kemajuan teknologi tanpa terasa membuat para partai politik itu tidak hanya kejar mengejar suara saat pemungutan suara. Saat ini salah satu tabulasi yang juga bisa berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat adalah bagaimana jumlah follower di sosial media itu bisa bersahabat.
Lebih hebat lagi adalah di antara follower itu bisa bertransformasi menjadi loyal customers yang kelak menjadi bagian dari tim digital marketing mereka. Menyebar kebaikan-kebaikan sang partai, termasuk figur-figur yang sedang dan ingin diperjuangkan untuk dikenal. Dan dipilih.
ADVERTISEMENT
Bahkan, sejak 3 Capres - Cawapres telah mendaftarkan dirinya ke KPU, banyak pemirsa yang sudah mulai melakukan komparasi jumlah follower sosial media masing-masing kandidat itu.
Lantas, siapa yang terbanyak memiliki follower di antara Capres - Cawapres itu?
Kembali pada konteks sebagai warga negara yang baik dan juga sebagai pemilih yang baik pula. Kita sebagai pemilih punya banyak cara agar tidak salah pilih. Seperti salah satu lirik dalam senandungnya Cokelat: ‘5 menit kita memilih, 5 tahun kan kita jalani.’
Oleh karena itu, agar 5 menit itu bisa berimplikasi pasti pada ketepatan pilihan. Kita perlu mengoptimalkan keberadaan sosial media partai politik, para kandidat, para caleg, untuk kemudian kita pelajari profil, rekam jejak, dan peta keberpihakan mereka. Sehingga nantinya kita tidak terjebak lagi dalam adegan ‘membeli kucing dalam karung’ hanya karena terbius pesan-pesan yang terpoleskan dari setiap postingan yang ada.
ADVERTISEMENT
Mari kita terus perhatikan dan pelajari, agar waktu yang sebenarnya tidak sampai 5 menit di bilik suara nantinya itu lebih bermakna untuk masa depan Indonesia.