Barbie, Perlawanan Terhadap Patriarki yang Penuh Kontroversi

Syahra Maharani
Mahasiswi Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
29 Juli 2023 21:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahra Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Post credit scene film Barbie (2023). (Dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Post credit scene film Barbie (2023). (Dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Barbie, boneka kecil berbentuk manusia yang biasa dimainkan anak perempuan. Barbie adalah sebutan untuk boneka poduksi Mattel yang menyerupai wanita dewasa. Barbie telah menjadi salah satu ikon kecantikan dan kekuatan perempuan yang populer di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Pada 19 Juli 2023, film Barbie resmi tayang di seluruh bioskop pada kancah internasional, termasuk Indonesia. Trailer filmnya telah tayang dari awal 2023 dan meramaikan seluruh dunia. Film ini identik dengan warna merah muda yang sangat ikonik. Tak heran film ini dicap “khusus untuk perempuan”, padahal warna hanya sekadar warna.
Cerita dimulai dengan kehadiran Barbie yang terinspirasi dari adegan film 2001: A Space Odyssey. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan boneka Barbie diciptakan. Cerita berlanjut dengan kehidupan Barbie yang sangat sesuai stereotip di masyarakat. Barbie Stereotip (Margot Robbie) menjalani hidup yang sempurna setiap harinya di Barbie Land. Hingga akhirnya dia memikirkan tentang hal yang menyangkut eksistensi kehidupannya dan mengganggu kesehariannya.
Di sisi lain, Ken (Ryan Gosling) lelah dengan kehidupannya yang hanya menjadi “pendamping” Barbie. Kehidupannya dipenuhi dengan rasa rendah diri dan selalu membandingkan dirinya dengan Ken yang lain (Simu Liu) yang dia anggap keren. Hingga tiba-tiba Ken mengetahui apa itu patriarki dan merasa dirinya lebih punya kendali dibanding Barbie.
ADVERTISEMENT
Banyak perubahan terjadi setelah Ken mengetahui patriarki. Ken menyebarluaskan ideologi patriarki danmendoktrin teman-temannya. Barbie pun kini berada di posisi Ken yang dulu, yakni "pendamping" belaka. Untungnya pencinta Barbie, Gloria (America Ferrera) membantu Barbie untuk bangkit.
Film ini akan memberikan pandangan yang berbeda tentang peran perempuan dalam masyarakat. Barbie akan memimpin perempuan lainnya untuk meraih kesetaraan dan membuktikan bahwa mereka tidak hanya objek cantik yang hanya bisa dilempar-lontarkan.
Film ini mengisahkan bagaimana Barbie dan teman-temannya merencanakan cara untuk membebaskan diri mereka dari lingkaran dominasi patriarki. Mereka tidak gentar menghadapi hal ini. Bahkan, dengan berbagai kesulitan dan rintangan yang harus mereka lalui, mereka tetap berpegang pada tekad untuk mencapai kesetaraan.
Kisah ini terinspirasi oleh banyak perempuan yang terus berjuang untuk mendapatkan hak yang sama. Dalam film ini, Barbie menunjukkan bahwa perempuan juga bisa menjadi pahlawan dan membuat perubahan yang positif dalam dunia. Film ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak perempuan yang mengalami penindasan dan kesulitan dalam mencapai hak mereka. Barbie dan teman-temannya memberikan motivasi dan harapan untuk menjalani hidup mereka dengan cara yang lebih mandiri dan kuat.
ADVERTISEMENT
Film ini membahas tentang perlawanan terhadap patriarki. Patriarki adalah tatanan sosial yang dipenuhi oleh dominasi laki-laki. Patriarki sering kali berdampak buruk pada perempuan, serta orang-orang yang tidak memenuhi kriteria maskulin yang diterima masyarakat. Di dalam patriarki, perempuan seringkali dianggap lemah dan tidak sepadan, sehingga menjadikan mereka menjadi objek perlakuan diskriminatif yang merugikan.
Salah satu efek buruk patriarki terhadap perempuan adalah adanya kesenjangan gender di berbagai bidang, seperti dalam akses terhadap pendidikan, politik, dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh stereotipe yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan dianggap tidak mampu untuk melakukan pekerjaan yang dianggap sebagai bentuk maskulinitas.
Selain itu, patriarki juga menyebabkan adanya kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik, psikologis, maupun seksual, dan sering kali dilakukan oleh pria yang merasa berhak melakukan kekerasan terhadap perempuan. Hal ini terjadi karena patriarki mengajarkan pemikiran bahwa laki-laki memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan perempuan, sehingga mereka merasa memiliki hak untuk mengontrol dan menguasai perempuan.
ADVERTISEMENT
Efek buruk lain dari patriarki adalah adanya pembagian peran gender yang kaku, di mana tugas-tugas tertentu hanya menjadi tanggung jawab laki-laki atau perempuan. Hal ini menyebabkan kebebasan individual seseorang untuk berkembang menjadi sempit dan berdampak pada ketidakadilan dan ketidakseimbangan yang merugikan sejumlah orang.
Tidaklah heran mengapa film Barbie membahas isu-isu seperti ini karena produser film Barbie, Greta Gerwig, adalah produser yang aktif membahas isu feminisme dan kesetraan gender. Greta kali ini berhasil membuat film yang “berat” tapi ringan. Siapa sangka bahwa film yang dianggap hanya sekadar hiburan ini memberikan banyak pelajaran.
Dari pemaparan di atas, Barbie adalah film yang harus ditonton oleh semua orang, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Film ini memberikan pesan yang kuat dan mengajak semua orang untuk memperjuangkan kesetaraan dan menghapus patriarki agar dunia menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT