Konten dari Pengguna

Evaluasi Penting untuk Penyelenggara Resepsi Satu Abad NU

Syamsul Maarif
Guru Agama Islam dan Pengagum Gusdur
10 Februari 2023 9:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syamsul Maarif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: NU Online
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: NU Online
ADVERTISEMENT
Acara Satu Abad NU terbilang sangat sukses hingga dapat dihadiri oleh jutaan orang. Saya mengapresiasi semua pihak penyelenggara atas kesuksesan ini.
ADVERTISEMENT
Mengingat acara Satu Abad NU yang begitu padatnya, mulai dari acara Seminar Fikih Peradaban yang diadakan di beberapa pondok, hingga puncaknya Fikih Peradaban International di Surabaya, semuanya berjalan lancar. Lalu acara inti di Gor stadion Sidoarjo yang acaranya lebih padat lagi hingga 24 jam, lagi-lagi, aman terkendali tanpa adanya gas air mata.
Tetapi tetap harus ada evaluasi untuk resepsi Satu Abad Nahdlatul Ulama ini, bagaimanapun acara besar selalu ada kekurangan di sana sini. Bisa dari hal-hal yang sepele hingga beberapa masalah yang sangat serius di lapangan, bila dirangkum ada sembilan point yang perlu menjadi catatan penting bagi penyelenggara Satu Abad NU.

Pengawalan Kiai NU

Pendakwah Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf (tengah) didampingi kyai KH Anwar Mansur (kiri) dan Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Saifullah Yusuf (kanan) menyapa pengunjung saat kegiatan bertajuk Lirboyo Bersholawat di Pondok Pesantren Lirboyo. Foto: Prasetia Fauzani/Antara Foto
Kecerobohan panitia dalam menyediakan pengawalan kiai-kiai sepuh yang seharusnya setara dengan pengawalan tamu VVIP, tanpa harus membeda-membedakan.
ADVERTISEMENT
Ini perlu ditegaskan karena Mbah Yai Anwar Lirboyo, Mbah Yai Idris Sidoarjo, Kiai Afifuddin Situbondo dan kiai-kiai sepuh yang sangat dihormati di kalangan NU malah disepelekan hingga terjebak di jalan tol dan tidak bisa mengikuti resepsi satu abad NU. Sedangkan para pejabatnya bebas lewat tanpa adanya kendala. Padahal ini acaranya NU, bukan acara pemerintah.

Akses Khusus Para Kiai dan Habaib

Tidak adanya akses khusus untuk para habaib dan kiai ataupun jemaah yang hadir pada acara dini hari (01.00-06.00). Ini perlu ditegaskan juga karena kisaran jam 05.00 sampai jam 07.00 WIB, sudah banyak jemaah yang duduk di jalan utama tanpa ada yang jaga. Tak lama, jalan itu harus dibubarkan karena mau dilewati rombongan habaib dan kiai yang hadir di acara dini hari dan hendak meninggalkan acara.
ADVERTISEMENT
Sehingga jemaah yang ikut pada acara dini hari ikutan juga menyerobot di jalan itu. Yang terjadi apa? Jemaah yang baru datang dengan khidmat mengikuti acara harus ikutan bubar karena jalannya sudah berantakan buat akses kendaraan. Saya melihat banyak jemaah yang datang jam 06.00 pagi, tapi jam 07.00 pagi sudah pulang karena jalan yang sudah nggak teratur.

Akses Khusus Ambulans

Panitia yang sedikit teledor karena tidak menyiapkan tempat akses khusus ambulans. Saya melihat kisaran jam 7-9 pagi masih banyak ambulans yang terjebak macet dengan durasi yang sangat lama di jalan, karena tidak adanya akses khusus. Ini masih ada hubungannya dengan yang nomor 2.

Minimnya Sound System

Suasana Puncak Resepsi Harlah 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (7/2/2023). Foto: NU Online
Panitia memang sudah menyiapkan sound system sampai di area kisaran 2 kilometer. Tapi ini acara satu abad, tentunya yang hadir lebih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Saya waktu itu ada di kisaran bundaran ini (kurang lebih 2 kilo lebih dari gor), dan saya begitu juga jemaah yang lain tidak mendengar sama sekali karena jauhnya akses sound system. Sehingga karena hal itu pula, banyak jemaah yang pulang karena tidak terdengar sama sekali pembacaan istigasah dan lain-lain. Ini sungguh sangat disayangkan sekali.

Kurangnya Layar Lebar

Dalam acara haul besar, semangat jemaah untuk tetap khidmat salah satunya selain adanya sound system juga adanya layar lembar (minimal TV) untuk bisa mengikuti serangkaian acara di pusat Gor. Sedangkan layar yang tersedia paling jauh hanya di kisaran wilayah 2 kilometer, di luar itu hampir nggak ada.

Tol yang Macet

Tol yang macet total sampai-sampai saya lihat di Instagram dengan hashtag #satuabadnu ada banyak jemaah yang terjebak macet di tol. Perlu adanya evaluasi agar tidak lagi terjadi macet. Merekapun ingin mengikuti acara yang super langka ini.
ADVERTISEMENT

Minimnya Toilet Umum dan Musala

Warga mengikuti pengajian dalam rangkaian Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di parkir timur Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Minimnya tempat toilet umum dan musala buatan. Saya datang sebelum subuh, saya harus keliling-keliling dulu untuk sekadar mencari toilet dan musala. Saya lihat, musalanya sangat kecil dan kamar mandinya cuma satu dengan antrean yang mengular panjang. Saya baru menemukan toilet kalau nggak salah 1 setengah kilo dari acara, itupun hanya dua.

Tempat Parkir yang Jauh

ADVERTISEMENT
Parkir yang terlalu jauh, hingga mencapai 4 kilo dari Gor. Mungkin ini bisa dimaklumi mengingat yang datang perkiraan mencapai 2 juta orang. Hanya saja, parkir yang jauh ini menjadi sangat disayangkan karena orang-orang sudah meninggalkan acara sebelum waktunya, jadi masih jam 8 pagi sudah banyak yang bubar karena poin nomer 2 yang tadi saya jelaskan.
ADVERTISEMENT

Banyaknya Baliho Politik

Warga mengikuti pengajian dalam rangkaian Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di parkir timur Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Banyaknya gangguan politik visual. Acara keagamaan sebaiknya tidak dikotori dengan baliho-baliho politik. Ada banyak baliho para pejabat yang cukup bikin risih dan mengganggu kekhidmatan acara suci. Jika hal kayak gitu dimaklumi terus menerus, bisa jadi ke depannya akan ditiru oleh para politikus lainnya saat ada acara keagamaan yang melibatkan massa banyak.
Semoga acara besar NU untuk ke depannya, bisa lebih terorganisir lagi. Saya memaklumi beberapa poin belum tercapai karena padatnya acara di resepsi Satu Abad. Selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama.