Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Pembelajaran Mendalam Berbasis Perpustakaan
10 Februari 2025 11:26 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Taufiq A Gani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gagasan Pembelajaran Mendalam Berbasis Perpustakaan (Library-Based Deep Learning) muncul dalam pemikiran saya setelah kunjungan tim P3SMPT Perpusnas ke Kemendikdasmen (6/02/2025).
ADVERTISEMENT
Kunjungan tersebut terdiri dari dua sesi pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung di Pusdatin Kemendikdasmen, Ciputat, untuk membahas strategi konkret dalam mengintegrasikan perpustakaan ke dalam sistem pembelajaran (Library-Based Learning). Meskipun jaraknya cukup jauh dari kantor kami di Salemba, semangat rekan-rekan saya—Arlin, Ratih, dan Nesya, yang merupakan pustakawan—tetap tinggi untuk membahas pola baru dalam pembinaan perpustakaan sekolah. Dalam diskusi tersebut, Kapusdatin Bapak Yudhistira Nugraha dan Kepala BLPT bapak Wibowo Mukti keduanya mempromosikan pemanfaatan aplikasi Rumah Pendidikan. Saya setuju dengan mereka bahwa fasilitas baru ini sangat mendukung implementasi Library-Based Learning.
Kami menjadi lebih semangat akan tawaran Pak Wibowo kerja sama pembuatan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mendukung Library-Based Learning. Kami semakin optimis untuk memperbaharui model pendekatan pembinaan perpustakaan sekolah. Kami melihat peluang besar untuk mengintegrasikan teknologi digital guna memperluas akses dan meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Pada siang hari, kami berpindah ke bilangan Senayan untuk sesi kedua dengan pejabat fungsional di Ditjen PDM dan Ditjen GTK. Dalam diskusi ini, saya diingatkan bahwa arah kebijakan Kemendikdasmen sekarang adalah lebih menekankan pada Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran. Bu Lanny Anggraini dan Bu Medira Ferayanti, Pejabat Fungsional dari Ditjen PDM dan GTK menekankan pentingnya memastikan bahwa perpustakaan bukan hanya tempat penyimpanan buku, tetapi juga pusat pembelajaran yang aktif, interaktif dan eksploratif. Dari pertemuan ini, saya mulai menggali lebih dalam gagasan bagaimana konsep Library-Based Learning bisa diselaraskan dengan visi Deep Learning. Hasilnya adalah gagasan Library-Based Deep Learning—pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan, yang menempatkan perpustakaan sebagai pusat eksplorasi dalam proses pembelajaran.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menegaskan bahwa Deep Learning bukanlah kurikulum, melainkan pendekatan belajar yang bertujuan meningkatkan kapasitas siswa. Beliau menyatakan, "Deep Learning itu bukan kurikulum. Itu pendekatan belajar."
ADVERTISEMENT
Mu'ti juga menekankan pentingnya pengalaman belajar yang mindful, meaningful, dan joyful. Hal ini mengisyaratkan perlunya pendekatan yang tidak hanya mengandalkan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di lingkungan pendidikan, termasuk perpustakaan. Beliau menyatakan bahwa materi pelajaran perlu dirampingkan untuk memungkinkan eksplorasi yang lebih mendalam. "Pendekatannya adalah mengurangi volume materi namun dengan eksplorasi mendalam," jelasnya. Dengan demikian, pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan sejalan dengan visi Menteri Abdul Mu'ti untuk menciptakan proses belajar yang lebih sadar, bermakna, dan menyenangkan.
Sejalan dengan visi ini, penting bagi pemangku kepentingan pendidikan untuk memastikan bahwa perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi juga sebagai pusat eksplorasi dan pengembangan pemahaman mendalam bagi siswa. Langkah nyata diperlukan agar konsep ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar diimplementasikan dalam kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, kami di P3SMPT berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengintegrasikan pembelajaran mendalam dengan peran perpustakaan.
ADVERTISEMENT
Dari kedua sesi pertemuan ini, saya semakin yakin bahwa perpustakaan memiliki peran yang sangat strategis dalam mengimplementasikan konsep Deep Learning. Tanpa perpustakaan yang kuat, eksplorasi mendalam terhadap materi pelajaran sulit dilakukan. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis perpustakaan harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam ekosistem pendidikan kita.
Peran Perpustakaan dalam Pembelajaran Mendalam
Dalam tulisan saya sebelumnya di Kumparan, Perpustakaan Sekolah, Kunci Mutu Pendidikan , saya menyoroti pentingnya peran perpustakaan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Tulisan tersebut membahas bagaimana perpustakaan sekolah yang optimal dapat mendukung pengembangan literasi, meningkatkan hasil belajar siswa, dan menjadi bagian integral dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Pendekatan pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan merupakan kelanjutan dari gagasan tersebut, menegaskan bahwa perpustakaan bukan sekadar fasilitas pelengkap, tetapi pusat dari ekosistem pendidikan yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dalam artikel saya yang lain, Mencerdaskan Perpustakaan, saya membahas pentingnya transformasi perpustakaan agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Perpustakaan menjadi ruang interaksi, inovasi, dan kolaborasi. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran mendalam, di mana siswa harus didorong untuk tidak hanya mencari informasi, tetapi juga mengolah, menganalisis melalui berbagai sumber yang tersedia.
Salah satu kelemahan perpustakaan sekolah yang sering saya soroti dalam berbagai tulisan dan diskusi adalah minimnya kebijakan yang mengatur peran perpustakaan dalam pembelajaran.Penjaminan mutu yang memastikan kebijakan ini berjalan pun hampir tidak ada. Tanpa kebijakan yang jelas, peran perpustakaan dalam mendukung pembelajaran mendalam sulit terealisasi.
Dalam operasionalnya, peran pengelola perpustakaan pun sering kali tidak terdokumentasi dalam SOP yang mengatur keterlibatan mereka dalam pembelajaran. Padahal, agar perpustakaan dapat berfungsi sebagai pusat eksplorasi ilmu pengetahuan yang aktif, pustakawan harus memiliki peran yang jelas dan strategis.
ADVERTISEMENT
Kerja sama P3SMPT Perpusnas dengan Pusdatin, Ditjen PDM dan GTK Kemendikdasmen perlu berfokus pada dua aspek utama ini:
Saya berpendapat Library-Based Deep Learning tidak bisa terbentuk jika perpustakaan hanya berpola klasik, yakni penyimpanan dan pelayanan koleksi. Bahkan walaupun dengan dukungan teknologi informasi yang canggih sekalipun Library-Based Deep Learning tidak bisa dijalankan secara optimal. Pembelajaran jenis ini lebih menekankan pada aktivitas yang eksploratif, sehingga memerlukan persiapan yang matang, kerja sama erat antara pengelola perpustakaan dengan guru. Perpustakaan baru bisa memenuhi persyaratan Deep Learning ini jika memiliki kelembagaan yang kuat. Maksud dari kelembagaan yang kuat ini tidak lain adalah memiliki kebijakan dan SOP yang menyeluruh dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan peningkatan dalam satu siklus. Kebijakan dasar yang harus dimiliki adalah seperti pengembangan koleksi dan layanan, penetapan sasaran/target, monitoring dan evaluasi.
ADVERTISEMENT
Jika kebijakan dan SOP sudah tersedia serta diterapkan secara disiplin dalam siklus diatas, maka Library-Based Deep Learning baru dapat diimplementasikan secara optimal.
Implementasi dalam Kurikulum
Kita sering menganggap belajar hanya sebatas membaca materi, mencatat, lalu menghafal untuk ujian. Namun, dalam pendekatan pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan, proses belajar tidak berhenti di situ. Siswa diajak untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga menganalisis, mengaitkan, dan mengeksplorasi berbagai sumber pustaka guna mendapatkan wawasan yang lebih luas. Hal ini jauh lebih bermakna dibanding sekadar menghafal fakta tanpa memahami konteksnya.
Sebagai bentuk implementasi konkret dari gagasan ini, saya akan memberikan contoh penerapan pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Misalnya, dalam mata pelajaran sejarah kelas XI dengan topik Revolusi Industri.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan tidak hanya membutuhkan ruang dan koleksi buku yang lengkap, tetapi juga peran pustakawan yang aktif dalam membimbing siswa dalam proses eksplorasi ilmu. Berikut adalah bagaimana perpustakaan dan pustakawan memainkan peran sentral dalam pembelajaran mendalam yang lebih eksploratif:
Eksplorasi Sumber Pustaka – Guru mengarahkan siswa untuk mencari berbagai sumber pustaka terkait dampak Revolusi Industri di berbagai belahan dunia. Pada tahap ini, pustakawan berperan dalam menyediakan akses ke berbagai sumber informasi, baik cetak maupun digital, serta memastikan bahwa siswa dapat menggunakan sistem pencarian pustaka dengan efektif.
Peran Pustakawan – Pustakawan tidak hanya menyediakan buku tetapi juga membimbing siswa dalam menelusuri literatur yang relevan dan menggunakan sumber digital yang kredibel. Mereka membantu siswa memilah informasi, memahami metode pencarian yang lebih sistematis, serta mengajarkan keterampilan literasi informasi agar siswa dapat membedakan antara sumber yang valid dan yang tidak.
ADVERTISEMENT
Analisis dan Pengolahan Data – Setelah mengumpulkan informasi, siswa bekerja dalam kelompok untuk merancang infografis atau mind-map yang menggambarkan perubahan sosial-ekonomi akibat Revolusi Industri. Pustakawan dapat membantu dalam menyajikan data dengan menggunakan perangkat lunak yang tersedia di perpustakaan atau menyediakan referensi tambahan untuk memperkaya analisis mereka.
Presentasi dan Diskusi Kritis – Setiap kelompok menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas. Dalam sesi ini, pustakawan dapat berperan sebagai fasilitator diskusi, mengajukan pertanyaan kritis, dan mendorong siswa untuk menggali lebih dalam argumen mereka berdasarkan sumber yang telah mereka gunakan.
Refleksi dan Kesimpulan – Siswa menuliskan refleksi pribadi mengenai bagaimana Revolusi Industri membentuk dunia modern. Pustakawan dapat mengajak siswa untuk menelusuri lebih lanjut bagaimana tren serupa terjadi dalam perkembangan teknologi saat ini dan mengaitkannya dengan referensi lain di perpustakaan.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan ini, perpustakaan benar-benar menjadi ruang eksplorasi yang aktif, bukan sekadar tempat menyimpan buku. Pustakawan berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan sumber-sumber berkualitas dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran mereka.
Dari kedua sesi pertemuan ini, saya semakin yakin bahwa perpustakaan memiliki peran strategis dalam mengimplementasikan deep learning. Tanpa perpustakaan yang kuat, eksplorasi mendalam terhadap materi pelajaran sulit dilakukan. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis perpustakaan harus menjadi bagian integral dalam ekosistem pendidikan kita.
Kesimpulan
Pembelajaran mendalam berbasis perpustakaan bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak dalam dunia pendidikan. Namun, tanpa kebijakan yang jelas dan peran pustakawan yang kuat, konsep ini hanya akan menjadi wacana tanpa implementasi nyata. Oleh karena itu, saya mengajak para guru, pustakawan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mulai mengintegrasikan perpustakaan dalam pembelajaran sehari-hari melalui regulasi yang jelas, SOP yang kuat, serta keterlibatan pustakawan dalam proses belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Dengan upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan buku, tetapi juga pusat dari ekosistem pendidikan yang lebih luas. Mari jadikan perpustakaan sebagai ruang eksplorasi, inovasi, dan pembelajaran yang mendalam bagi generasi masa depan.