Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
5 Pelajaran Hidup dari Kekhilafan Cuitan Bos Bukalapak
16 Februari 2019 14:34 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Walau bos Bukalapak, Achmad Zaky, sedang banyak dikritisi karena cuitannya di Twitter-- tapi ia punya peran penting di hidup saya. Dibilang nge-fans nggak juga, sih. Tapi ia termasuk sosok yang memantapkan saya jadi pengusaha. Tepatnya, pengusaha media.
ADVERTISEMENT
Masih ingat ketika saya nyegat beliau di depan Kantin Masjid Salman ITB, minta quote inspiratif untuk dimasukkan di media saya waktu itu. Quote ini yang ia ungkapkan, "Bagi saya, dalam kata risk itu mengandukng rezeki. Jadi dalam risiko yang besar, terhadap rezeki yang besar pula."
Konsep 'kegagalan yang terukur' juga acapkali didengungkan Achmad Zaky. Dalam beberapa talkshow kewirausahaan, Zaky ajari saya buat nggak takut ambil risiko. Jangan takut gagal. "Karena dengan banyak gagal, jadi banyak belajar. Asal kegagalannya terukur untuk dipelajari." Gitu, katanya.
Jadi, pada Kamis (14/2) malam saat isu cuitan tendensius Achmad Zaky jadi heboh, saya jadi merenung. Saya nggak mau belain Achmad Zaky, dan juga sebaliknya-- ngehujat. Tapi, saya coba berpikir, "Apa yang bisa gue pelajari dari isu #UninstallBukalapak ini?"
ADVERTISEMENT
Dan hasilnya, pertama, saya belajar untuk hati-hati komunikasi di media sosial.
Saya nggak mau spekulasi apa bos Bukalapak ini sengaja mengarahkan 'presiden baru' pada calon presiden tertentu atau nggak. Hanya, ketika ingin nge-post sesuatu di media sosial, bener-bener cek lagi-- apa ini faktanya benar; apa diksi yang saya mau gunakan udah tepat; efek apa yang bakal terjadi jika saya nge-post ini?
Atau, kedua, just go for it, ketika saya udah tahu betul risikonya.
Ingat, taking risk, bisa ada rezeki di dalamnya. Tapi mungkin yang dilakukan Achmad Zaky nggak sengaja. Beda dengan yang dilakukan Nike dengan sengaja menampilkan atlet football Colin Kaepernick sebagai bintang iklan mereka.
Kaepernick kontroversial karena nggak mau berdiri ketika dikumandangkan lagi kebangsaan Amerika Serikat di pertandingan football. Setelah muncul iklan Nike tersebut, ada gerakan #BoycottNike karena pada nggak setuju Kaepernick dijadiin bintang iklan. Eh, tapi malah saham Nike melejit. Rezeki emang, ya.
ADVERTISEMENT
Iya, ada beberapa momen dalam hidup yang saya harus tempuh, walau berisiko tinggi. Bersetia ngejalanin bisnis yang nggak perempuan-perempuan banget (bukan fashion, hijab, tapi media dan ekosistemnya) itu cukup anti-mainstream.
Ketiga, legowo minta maaf. Terbiasa meminta maaf ketika salah.
Achmad Zaky buru-buru minta maaf ketika isu #UninstallBukalapak ini sudah mencuat. Walau orang bisa aja berpikir, "Yah ini sih buat nyelamatin bisnisnya". Tapi bagi saya, mau punya bisnis supergede atau bisnisnya jualan bakso keliling-- yang namanya orang salah-- nggak perlu ragu buat minta maaf.
Rasanya lebih lega ketika saya rendah hati, mengakui kalau saya manusia, rentan bikin salah. Di situ koneksi biasanya muncul, karena diri ini tulus minta maaf.
ADVERTISEMENT
Keempat, belajar berpikir adil ketika denger seseorang diisukan buruk.
Apapun kecenderungan kita-- baik dari pilihan presiden, preferensi minat dan hobi, bahkan pilihan agama-- berpikir adil adalah koentji.
Ketika lihat orang yang saya respek (dalam kasus ini Achmad Zaky ) diisukan buruk, saya harus bisa adil-- apa sih yang kurang tepat dari perilakunya (dalam hal ini pemilihan data dan diksi), dan sebenarnya apa sih kemungkinan maksud baiknya (ingin dunia research and development di Indonesia berkembang).
Begitu pun dengan orang yang berbeda dengan saya. Termasuk agama. Saya ingat kisah rumah seorang Yahudi yang digusur Amir Mesir Amr bin 'Ash karena akan dibikin masjid. Amirul Mukminin Umar bin Khattab pun marah pada Amr bin 'Ash dan memerintahkan agar mengembalikan hak Yahudi tersebut.
ADVERTISEMENT
Kelima, dari kegagalan, ada banyak pembelajaran. Sama seperti apa yang sering diucap Achmad Zaky.
Jadi ingat pepatah salah satu musisi Kanada, Leonard Cohen, "There's a crack in everything, that's how the light gets in." Dalam tiap kegagalan, ada cahaya hikmah yang terselip di dalamnya.
Kata Zaky, banyak gagal, banyak belajar . Ketika mengalami momen-momen memalukan, justru saya bersyukur, karena (1) Diajari rendah hati; (2) Siap-siap evaluasi untuk diri yang lebih baik. Asal, kegagalannya nggak dijadikan pembenaran terus. Tapi direkap dan dipelajari untuk perbaikan diri.
[Penulis & Editor: Tristia]