Benarkah Tes Kepribadian Mengkotak-kotakkan Manusia?

Konten Media Partner
11 Januari 2020 14:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benarkah Tes Kepribadian Mengkotak-kotakkan Manusia?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tes kepribadian adalah salah satu kegiatan yang hampir semua orang pernah melakukannya. Biasanya, tes kepribadian bisa dilakukan atas keinginan atau kesadaran diri sendiri, atau atas instruksi orang lain, misalnya sebagai salah satu persyaratan dalam proses rekrutmen pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai macam tes kepribadian yang ada, sebenarnya memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang bertujuan mengetahui bakat, sikap alami, sampai mencoba memahami kepribadian dalam waktu yang singkat.
Syarat kelayakan dari sebuah tes kepribadian sendiri ada tiga, yaitu: validitas, atau sesuai dengan apa yang ingin dinilai. Kedua reliabilitas, yaitu tes yang dilakukan juga harus konsisten sehingga hasil yang diberikan selalu sama dan tidak terpengaruh dengan faktor luar secara signifikan, dan terstandarisasi, alias tidak bisa dilakukan secara sembarang dengan mengambil soal dari sumber apa saja.
Beberapa waktu ke belakang, muncul pendapat bahwa tes kepribadian justru mengkotak-kotakan manusia dan malah cenderung tidak membuat kita berkembang. Benarkah hal tersebut? Temali berbincang dengan Rama Royani atau biasa disapa Abah Rama, sebagai salah satu pencetus tes kepribadian yang populer di Indonesia, yaitu Talents Mapping.
Rama Royani, pencetus Talents Mapping Indonesia
“Sebenarnya bukan mengkotak-kotakkan manusia, tapi karena orang pada umumnya ingin memahami diri dengan mudah. Dan sampai sekarang baik tes kepribadian seperti MBTI dan DISC masih menjadi asesmen yang paling banyak digunakan di dunia karena sederhana dan mudah dimengerti," ujar Rama Royani.
ADVERTISEMENT
Tetapi, yang menjadi masalahnya menurut Rama adalah yang dikelompokkan oleh tes kepribadian tersebut adalah sifat manusia. Padahal, jika ingin digunakan untuk pengembangan diri, maka yang dibutuhkan adalah informasi tentang potensi kekuatan dan keterbatasan seseorang, serta informasi yang dibutuhkan bukan lagi sifat melainkan aktivitas produktif yang disukai dan mudah dikerjakan seseorang.
“Nah, semua hasil asesmen kepribadian yang ada saat ini memiliki dimensi yang terlalu sedikit untuk bisa menjelaskan aktivitas produktif yang ada,” lanjutnya.
Atas dasar itu lah Rama Royani merumuskan tes Talents Mapping, yang merupakan tes kepribadian untuk mengetahui bakat dan aktivitas produktif yang cocok bagi seseorang.
“Salah satu yang unik dari Talents Mapping bahkan juga berbeda dengan Gallup dan tes kepribadian lainnya, adalah adanya Strength Cluster yang terdiri dari 99 aktivitas produktif yang merupakan basic elements dari kompetensi," jelas Rama.
ADVERTISEMENT
“Jadi, di Talents Mapping ada juga 34 karakter kinerja yang ditemukan oleh Gallup dan dinamakan 34 tema bakat yang menjadi underlying character dari 99 elemen dasar kompetensi di atas tadi,” ujarnya.***