Tough Love: Ada Kebaikan di Balik Komentar Negatif Orang Lain

Konten Media Partner
20 November 2019 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Punya perasaan yang gampang insecure emang kadang bikin cape. Apa-apa dipikirin, apa-apa dimasukkin ke hati. Otak dan hati juga kadang enggak sejalan kan? Makin rumit aja jadinya.
ADVERTISEMENT
Kamu pernah enggak ngerasa insecure sama fisik kamu, misalnya kamu ngerasa gendut atau terlalu kurus, jerawatan, dekil, kusam dan lain sebagainya. Hal itu bahkan kamu denger dari orang lain yang bikin kamu kepikiran terus sampai berhari-hari, sampai gak mau makan dan pokoknya kamu stres. Mikirin gimana caranya, biar kamu enggak dipandang gitu sama orang lain.
Kesal sih pasti, pengen marah kaya 'kenapa sih ngurusin hidup orang lain, urusin tuh diri sendiri'. Tapi kadang kita cuma bisa memendamnya dan jadi pikiran sendiri. Kesel sampai ubun-ubun, pengan nangis aja rasanya.
Foto: Unsplash.com
Tapi sebentar, di sini Temali ingin melihat itu dari sisi lain. Pernah enggak kamu dengar komentar orang lain disertai kalimat ini.
ADVERTISEMENT
"Tapi kan, aku ngomong begini untuk kebaikanmu sendiri!" katanya. Lantas, kita menghela nafas, fiuhh!!!
Menurut buku "Imperfect" karya Meira Anastasia, ketika seseorang memberikan komentar atau penilaian yang menyakiti hati, tapi dnegan maksud agar kita sadar dan berubah lebih baik lagi, ini dinamakan dengan tough love.
Namun, mungkin enggak ya ada pembenaran ketika kita mengomentari hal negatif pada fisik orang atau emang bener gak sih ketika dibalik komentar negatif pada fisik ada kebaikan di sana?
Meira menjawabnya dengan kisah pribadi bersama sang suami, Ernest Prakarsa. Dia bilang, dulu Ernest pernah mengomentari fisiknya yang kurang terawat. Gendut dan tidak pernah memperhatikan diri sendiri.
Ernest tahu Meira sering merasa insecure saat dikomentari soal fisik. Tapi di saat itu ia juga menjelaskan maksud dan tujuannya. Ernest mengatakan bahwa, dirinyalah yang paling mengerti Meira. Meira sering merasa kecewa saat memandang cermin, entah karena fisiknya yang mulai menggendut atau dari caranya yang kurang merawat diri.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, mereka berdua berdiskusi untuk meredakan amarah Meira karena sedikit tersinggung dan merasa insecure juga untuk solusi ke depan. Karena ingat, sebuah pernikahan harus dibuat nyaman satu sama lain, agar tak ada yang dikecewakan.
Foto: Unsplash.com
Temali setuju banget dengan pendapat Meira dan salut sama Ernest yang bisa jujur mengungkapkan rasa sayangnya dengan cara yang berbeda pada sang istri. Bahkan mungkin banyak komentar yang menyakiti hati tapi kita tidak sadar bahwa seseorang memberitahukannya agar kita bisa menjadi lebih baik.
Inget enggak sama komunikasi asertif yang pernah Temali bahas sebelumnya? Di artikel tersebut Temali membahas, bagaimana sih cara berkomentar tapi tidak menyakiti hati orang lain. Kalau sebelumnya kita bahas kita bahas dari sisi orang yang berkomentar, sekarang kita bahas dari orang yang dikomentarin. Nah, komunikasi yang dilakukan Ernest ini bisa disebut sebagai contoh komunikasi yang asertif.
ADVERTISEMENT
Ketika orang mengajak kita ngobrol berdua, berdiskusi di waktu senggang dengan maksud menyampaikan rasa tidak enaknya pada diri kita, mungkin hal itu bisa kita terima. Jangan dulu diambil hati dengan baper atau merasa dikhianati.
Coba perhatikan cara dia berbicara, resapi kata-katanya, karena bisa jadi dia menyimpan tough love pada kita. Dia ingin kita tidak dipandang buruk oleh orang lain.
Namun ingat-ingat nih, pesan dari Meira yang paling penting dan perlu dicatat berikut ini: