Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Selamatkan Harapan Anak dengan Melindunginya melalui Imunisasi
2 Agustus 2022 16:19 WIB
·
waktu baca 8 menitDiperbarui 15 Agustus 2022 9:28 WIB
Tulisan dari dr T Andi Syahputra MKM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
oleh: dr. T. Andi Syahputra, M.K.M
Dokter PKM Wonorejo Kabupaten Kediri; Direktur Lembaga Pemberdayaan dan Penguatan Kesehatan Masyarakat.
Sistem imun adalah salah satu fungsi tubuh yang sangatlah penting. Pasalnya, tanpa sistem imun tubuh kita akan mudah sekali jatuh sakit akibat virus, bakteri, dan kelainan tertentu. Sistem ini juga sering disebut sebagai sistem kekebalan tubuh, fungsinya harus dijaga dengan baik agar bisa melindungi tubuh dari berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
Sistem imun dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik. Imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung. Selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah bahan asing masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Disebut nonspesifik karena tidak menunjukan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen. Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila sel sistem imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistm ini disebut spesifik.
ADVERTISEMENT
Maraknya berbagai jenis penyakit yang diakibatkan oleh virus dan bakteri menjadikan pemerintah sadar bahwa upaya pencegahan harus diambil untuk menekan jumlah penderita pada semua golongan umur, tidak terkecuali bagi anak-anak, seperti polio, cacar air, pneumonia, hepatitis, difteri dan masih banyak lagi. Untuk mencegah beragam gangguan kesehatan akut tersebut, vaksinasi diberikan pada usia tertentu mulai dari bayi baru lahir hingga dewasa.
Imunisasi atau vaksinasi merupakan proses memasukkan bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh untuk merangsang produksi antibodi sehingga jika suatu saat patogen yang sebenarnya menginfeksi, sistem imunitas lebih mudah mengenali dan mengalahkannya. Dengan begitu, tubuh tidak sampai tumbang dan terserang penyakit akibat bakteri dan virus yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
Menurut observasi yang dilakukan oleh aktivis kesehatan, dr. Teuku Andi, pemberian vaksin hingga saat ini masih menuai pro dan kontra yang membuat keyakinan masyarakat terpecah. Kelompok masyarakat yang pro vaksin berpendapat bahwa vaksin yang dianjurkan dan diberikan oleh pemerintah itu aman karena pasti sudah melalui berbagai uji klinis yang bisa dipertanggungjawabkan. Golongan ini juga setuju bahwa pemberian vaksin dapat mencegah berbagai jenis penyakit yang bukan hanya mematikan, namun juga menular. Lebih lanjut, vaksinasi sebenarnya bukan hanya melindungi diri sendiri namun juga orang lain yang karena alasan tertentu tidak bisa menerima vaksinasi.
Perlindungan yang dimaksud adalah herd immunity atau imunitas kelompok. Di sisi lain, kelompok masyarakat yang kontra terhadap pemberian vaksin berpendapat bahwa memasukkan benda asing ke dalam tubuh sedikit banyak pasti menimbulkan efek samping setidaknya demam, atau yang lebih parah reaksi alergi dan kejang. Selain itu, ada pendapat kalau tanpa vaksin pun sebenarnya tubuh bisa siap melawan penyakit bila menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi dan olahraga secara teratur. Dan mendapatkan vaksin bukan berarti kebal terhadap serangan penyakit dimana kemungkinan terinfeksi bakteri dan virus masih tetap ada.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pro dan kontra yang ada di tengah masyarakat, sebenarnya tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian vaksin ini penting sekali sebagai bentuk usaha untuk mencegah terjadinya suatu penyakit.
Sejarah
Di sepanjang sejarah, manusia telah berhasil mengembangkan vaksin-vaksin untuk sejumlah penyakit yang mengancam nyawa, seperti meningitis, tetanus, campak, dan polio.
Pada awal 1900-an, polio merupakan suatu penyakit yang tersebar di seluruh dunia dan melumpuhkan ratusan ribu orang setiap tahunnya. Hingga tahun 1950, dua vaksin yang efektif terhadap penyakit ini berhasil dikembangkan. Namun, vaksinasi di beberapa belahan dunia masih belum cukup merata untuk menghentikan penyebaran polio, terutama di Afrika. Pada tahun 1980-an, suatu upaya bersama dunia untuk memberantas polio dari planet ini dimulai. Selama bertahun-tahun dan beberapa dasawarsa, imunisasi polio, melalui kunjungan imunisasi rutin dan kampanye imunisasi massal, dijalankan di semua benua. Jutaan orang, yang sebagian besar di antaranya adalah anak-anak, telah divaksinasi, dan pada bulan Agustus 2020, Benua Afrika ditetapkan bebas polio, bersama seluruh dunia kecuali Pakistan dan Afghanistan, di mana polio masih belum diberantas.
ADVERTISEMENT
Vaksin Apa Saja yang Harus Diberikan?
Semakin cepat vaksinasi diberikan akan semakin baik karena tubuh jadi lebih siap menghadapi serangan bakteri dan virus yang bertebaran di luar sana. Itulah sebabnya, beberapa jenis vaksin bahkan diberikan sejak bayi pertama dilahirkan. Pemerintah Indonesia sendiri mewajibkan beberapa jenis vaksin yang harus diberikan pada jenjang usia tertentu seperti berikut ini:
1. Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan
1 Bulan : BCG Polio 1, mencegah penularan tuberculosis dan polio
2 Bulan : DPT-HB-Hib 1 Polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan, retanus, hepatitis B, meningitis, & pneumonia
3 Bulan : DPT-HB-Hib 2 Polio 3
4 Bulan : DPT-HB-Hib 3 Polio 4
9 Bulan : Campak, mencegah campak
ADVERTISEMENT
2. Imunisasi lanjutan bayi usia 18-24 bulan
Imunisasi DPT-HB-Hib 1 dosis, berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis.
Imunisasi campak rubella 1 dosis.
3. Imunisasi lanjutan anak sekolah dasar pada program tahunan Bulan Imunisasi Anak Nasional
Imunisasi campak, rubella dan DT pada anak kelas 1
Imunisasi tetanus, difteri, td pada anak kelas 2 dan kelas 5
4. Tiga Imunisasi Tambahan
Vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), vaksin Rotavirus, dan vaksin Human Papilloma Virus (HPV).
Kegunaan Pada Vaksin yang Diberikan:
• Imunisasi Hepatitis B, merupakan vaksinasi untuk mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis B yang menyerang organ hati. Karena virus ini bisa terbawa lewat jalan lahir dan juga peralatan medis yang digunakan untuk membantu proses kelahiran.
ADVERTISEMENT
• Imunisasi BCG, merupakan vaksinasi yang diberikan untuk mencegah infeksi virus penyebab penyakit TBC. Indonesia merupakan negara endemis dengan tingkat penderita dan penularan TBC yang tinggi sehingga si kecil harus mendapatkan vaksin ini.
• Imunisasi Polio, merupakan vaksinasi yang digunakan untuk mencegah infeksi virus poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
• Imunisasi DPT, merupakan singkatan dari Difteri, Pertusis dan Tetanus dimana ketiganya disebabkan oleh virus.
• Imunisasi Campak, merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit campak. Vaksin ini juga ada yang dikombinasikan dengan vaksin gondongan dan campak Jerman yang disebut sebagai MMR.
• Vaksin Rotavirus berfungsi untuk mencegah penyakit peradangan pada saluran pencernaan sepertia diare yang diberikan pada anak usia 2 bulan, dan 4 bulan pada bentuk sediaan monovalen, sedangkan pada sediaan pentavalen diberikan sebanyak tiga kali, dimana batas dosis kedua dan ketiga berjarak 4 hingga 10 minggu.
ADVERTISEMENT
• Vaksin Pneumokokus (PCV), untuk mencegah penyakit paru pneumonia yang diberikan sejak bayi usia 2 bulan dan diberikan 3 kali dengan interval 4 hingga 8 minggu (usia 2, 4, 6 bulan).
• Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks yang diberikan untuk anak kelas 5 dan 6 SD atau usia 9 hingga 4 tahun yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jeda 6-12 bulan untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa. Dalam pelaksanaannya, imunisasi yang ditujukan untuk anak usia sekolah diberikan melalui petugas kesehatan yang akan ke sekolah pada saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Dimana Imunisasi atau Vaksin Bisa Didapat?
Imunisasi yang wajib dapat dilakukan di tempat pelayanan posyandu dari puskesmas di wilayah domisili masing-masing. Nantinya dalam sepanjang bulan Agustus yang dikenal dengan BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) akan diinformasikan oleh tim posyandu desa mengenai tanggal pelaksanaan program imunisasi yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu, menurut postingan dari akun resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan bahwa tempat lain seperti rumah sakit, klinik, praktik dokter juga menjadi tempat pelaksanaan BIAN. Berdasarkan data dari Kemenkes RI, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ambil Peran!
“Kegiatan Rembuk Aksi Kolaborasi untuk Imunisasi yang melibatkan 7 Gubernur di Jawa-Bali dibawah Kementerian Kesehatan sudah dilakukan. Tentu hal ini menjadi tugas rumah bersama bagi kita, tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, tapi turut serta peran tokoh agama, tokoh adat, perangkat desa, para kader, dan orangtua demi membantu menciptakan kehidupan dari harapan anak yang lebih baik lagi dengan tidak gampang terserang penyakit melalui mensosialisasikan, mempromosikan, serta mensukseskan kegiatan akbar BIAN di bulan Agustus ini”, tutur Direktur Lembaga Pemberdayaan dan Penguatan Kesehatan Masyarakat.
Perlu diketahui, bahwa BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi di Jawa dan Bali. Terlaksananya Bulan Imunisasi Anak Nasional meliputi kegiatan imunisasi tambahan Campak Rubela dan imunisasi kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib) dengan baik dan dapat mencapai target yang diharapkan. Dengan terselenggaranya kegiatan BIAN diharapkan kekebalan masyarakat terbentuk, sehingga pada akhirnya bisa mencapai eliminasi Campak-Rubela, mempertahankan status Indonesia Bebas Polio, mempertahankan eliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir serta mengendalikan penyakit difteri dan pertussis. Dengan melihat sisi kemungkinan, maka bukan tidak mungkin BIAN kali ini di Jawa bisa memecahkan rekor dunia, dengan menciptakan gebrakan baru. Hal ini tentu bukan hanya mimpi angan-angan saja. Karena kita bisa melihat sejarah saat pandemi, dengan kerjasama lintas sektor dan pemahaman yang kuat dari masyarakat hingga peran serta media dalam memberikan saran komunikasi, informasi dan edukasi diharapkan menjadi role model bagi wilayah-wilayah yang lain, jelas dokter internsip di Puskesmas Wonorejo Kabupaten Kediri Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Mari Bersama kita bantu sukseskan BIAN, dengan semangat bulan kemerdekaan dan slogan hari anak yang kita peringati bersama, “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.