Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Justifikasi Ungu sebagai Warna Janda adalah Bukti Logical Fallacy Manusia
11 Mei 2021 10:09 WIB
Tulisan dari HANIF ZAID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagian dari kita mungkin enggan memilih ungu sebagai colorway dalam berpakaian. Mengapa? Beberapa orang akan mengarahkan jawabannya pada rasa takut atau malu diledek orang lain apabila mengenakan pakaian atau barang yang terdistorsi warna ungu. Alasan tersebut memang bukan hal baru. Sebab, sudah dari zaman leluhur, masyarakat Indonesia sudah mendapat justifikasi akan warna ungu yang selalu dikaitkan dan diidentikkan dengan warna janda . Ini merupakan salah satu contoh Logical Fallacy (kesesatan berpikir) manusia. Tapi pertanyaannya, mengapa warna secantik ungu ini diidentikkan dengan janda?
ADVERTISEMENT
Sejarah dan Sepak Terjang Warna Ungu di Berbagai Penjuru Dunia
Jika menelaah masa lalu, warna ungu sejatinya bukan menyimbolkan tentang janda, bahkan wana ungu merupakan warna yang sangat mahal dan mewah, bahkan lebih mahal dari warna emas dan perak. Hal ini juga yang mendasari mengapa bendera-bendera di dunia tidak ada yang berwarna ungu. Karena di masa lalu, untuk memperoleh cat berwarna ungu hanya bisa didapatkan dari seekor siput yang hanya bisa ditemukan di kawasan Mediterania . Untuk mendapatkan 1 kilogram cat ungu dibutuhkan paling tidak 10.000 ekor siput. Sehingga dianggap sangat sulit didapatkan dan mahal.
Dibuktikan ketika masa pemerintahan Ratu Inggris Elizabeth I , warna ungu dinobatkan sebagai warna terhormat bahkan sampai dikeluarkan regulasi resmi dari kerajaan bahwa warna ungu hanya boleh digunakan oleh anggota kerajaan. Fakta unik lain juga menyebutkan bahwa Ratu Elizabeth I dikenal sebagai "The Virgin Queen" (Ratu Perawan), "Gloriana", atau "Good Queen Bess" karena dikenal sebagai ratu yang belum pernah menikah sama sekali selama hidupnya, walaupun hanya beberapa kali sempat berpacaran.
ADVERTISEMENT
Di negara Eropa lainnya, warna ungu memiliki simbol kekayaan. Bagi orang-orang pada masa Kekaisaran Romawi menganggap warna ungu adalah simbol kemewahan, kekayaan, dan kemakmuran. Sedangkan bagi kaum Nasrani, warna ungu adalah simbol kebijaksanaan dan keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri. Kaum Nasrani biasanya mengenakan pakaian yang berwarna ungu digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti ibadah untuk bertobat. Dari contoh tersebut maka nampak aneh jika warna ungu dikaitkan dengan janda.
Dilansir dari berbagai literatur, semuanya bermula pada tahun 1856 ketika seorang pria berkebangsaan Inggris bernama William Henry Perkin secara tidak sengaja menemukan pewarna ungu sintetis yang awalnya dinamakan Mauveine. Awalnya saat Perkin masuk Royal College of Chemistry, London, dan menjadi asisten laboratorium. Tanpa disengaja, saat membersihkan gelas-gelas kimia kotor, Perkin menemukan zat berwarna ungu dengan sifat pewarnaan yang sangat jelas dan bagus.
ADVERTISEMENT
Perkin memutuskan untuk mematenkan, membuat, dan mengkomersialisasi pewarna ungu sintetis tersebut kepada masyarakat umum. Hal ini yang menandai warna ungu sudah bisa digunakan secara universal oleh berbagai lapisan masyarakat untuk berbagai kebutuhan baik dalam dunia tekstil, seni rupa, dekorasi, dan sebagainya.
Hal yang Mungkin jadi ‘Alasan’ Mengapa Warna Ungu Identik dengan Janda
Entah apa yang mendasari penobatan warna ungu dikaitkan sebagai warna janda di Indonesia. Namun kita dapat menengok sekian derajat pada peristiwa-peristiwa yang mendasari mengapa masyarakat kita lahap akan asupan mitos warna ungu yang selalu dikaitkan dengan janda.
Layaknya warna hitam, di mata orang Thailand dan Rusia mengartikan ungu sebagai tanda kesedihan, kemurungan, dan rasa berkabung. Di beberapa negara lain, wanita yang menghadiri upacara pemakaman suaminya dianjurkan mengenakan pakaian berwarna hitam selama berbulan-bulan untuk menunjukkan rasa duka. Kemudian mereka beralih mengenakan warna ungu sebagai representasi rasa kehilangan. Pada saat itu juga wanita yang sudah ditinggalkan oleh suaminya mendapatkan status janda di mata masyarakat. Kemudian wanita tersebut biasanya mulai memadupadankan warna ungu dengan warna lain dalam berbusana sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Beberapa sumber menyebutkan bahwa sebagian masyarakat negara Slovenia mempercayai mitos, jika mempelai wanita yang memakai warna ungu sebagai gaun pernikahannya maka umur pernikahan pasangan itu tidak akan langgeng. Mitos ini diperlebar dengan anggapan warna ungu identik dengan luka memar. Hal ini kemungkinan terjadi ketika KDRT dalam rumah tangga, dan biasanya yang menjadi korban KDRT adalah seorang istri. Dari berbagai alasan itulah yang mendasari mengapa warna ungu kerap diidentikkan dengan janda.
Pemaknaan Warna Ungu oleh Masyarakat Modern Hari Ini
Kendati demikian, di era modern sekarang ini, mitos mengenai warna ungu ini beberapa sudah mulai dilupakan dan terjadi alterasi makna sehingga warna ungu tidak melulu memiliki konotasi negatif. Warna ungu sekarang ini justru menjadi tren fashion bagi kalangan anak muda. Warna ungu menjadi warna yang versatile sehingga cocok untuk berbagai macam style fashion seperti formal, kasual, harajuku, grunge, bahkan punk.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama terjadi pada warna lilac (ungu muda) sebagai warna turunan ungu ini justru diangggap bagus bagi perempuan, warna lilac memiliki simbolisasi kreativitas, kegembiraan, kebebasan berekspresi, dan kemampuan eksplorasi potensi dalam diri seseorang.
Logikanya, warna ungu sejatinya tidak relevan jika hanya disandingkan dengan janda saja. Sebab, tidak hanya wanita saja yang merasakan kesedihan dan kehilangan apabila ditinggalkan oleh pasangan yang ia cintai, lantas pria pun sama. Bahkan dalam hal berpakaian, pria pun tetap dapat tampil keren jika dress up dengan pakaian berwarna ungu.
Namun mitos hanyalah mitos, perspektif warna ungu oleh masyarakat sudah semakin variatif. Anggapan bahwa warna ungu dianggap identik dengan janda pun sekarang ini hanyalah dijadikan sebagi bahan becandaan ringan. Pada akhirnya semua kembali pada interpretasi masing-masing.
ADVERTISEMENT
Jadi gimana, jaman sekarang masih percaya dengan stigma warna ungu yang identik dengan janda? Come on...
Penulis: Hanif Zaid, mahasiswa ilmu komunikasi, Universitas Amikom Purwokerto