5 Mitos yang Dipercaya Warga Jogja

Konten Media Partner
19 September 2020 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Pal Putih. Foto: Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Pal Putih. Foto: Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal akan kekentalan kebudayaan Jawa yang masih dipercayai oleh banyak orang. Mulai dari tata cara hidup, beberapa pantangan, hingga larangan untuk pergi atau melakukan sesuatu dalam berbagai kondisi tertentu.
ADVERTISEMENT
Di dalam setiap kepercayaan, tentunya akan terdapat kisah sejarah, mitos dan hal mistis yang dibuat sejak zaman dahulu oleh masyarakat. Percaya tidak percaya, terkadang mitos tersebut memang benar adanya bahwa hal tersebut dapat dibuktikan.
Tetapi, ada beberapa kepercayaan dan mitos yang masih jarang diketahui oleh orang. Oleh karena itu, berikut 5 mitos dan cerita mistis tentang Jogja yang belum banyak orang tahu.
Di Gunungkidul beredar mitos yang mengharuskan warganya untuk mengulek sembari menghadap ke arah selatan.
Bagi warga Gunungkidul, mitos dan kisah tersebut sudah jadi rahasia umum. Namun tidak semua orang mengetahui mitos tersebut.
Rupanya, hal ini bertujuan untuk menghormati penguasa ratu Pantai Selatan, yaitu Nyi Roro Kidul.
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu, Plengkung Gading merupakan gerbang yang dijadikan sebagai titik keluar dan masuk bangunan Keraton Yogyakarta.
Konon katanya, salah satu plengkung yang masih aktif hingga sekarang tersebut merupakan jalur satu-satunya bagi raja yang wafat, yang diikuti oleh pemakamakan di tempat persinggahan terakhir raja-raja Imogiri.
Oleh karena itu, banyak orang yang masih mempercayai hingga sekarang bahwa Sultan tidak diperbolehkan untuk melewati bangunan tersebut.
Perempatan Palbapang di Bantul sebenarnya sama seperti perempatan lain pada umumnya di Yogyakarta. Namun, kisah dan mitos dibalik perempatan tersebut adalah melarang pengantin yang baru saja menikah dan juga orang yang sedang sakit untuk melewati kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Percaya atau tidak, banyak orang masih mempercayai mitos yang mengharuskan pengantin untuk melepaskan ayam jago apabila terpaksa melewati daerah tersebut dan bagi mereka yang sakit untuk mencari jalan lain dan masyarakat bersikeras untuk tidak melewati daerah tersebut.
Banyak orang percaya apabila seseorang melanggar larangan tersebut hanya akan orang tersebut ke dalam musibah atau malapetaka.
Pasar Bubrah terletak di puncak gunung Merapi Yogyakarta, tepatnya di sekitar pos 4 jalur pendakian tersebut yang ada di bibir kawah gunung tersebut. Banyak masyarakat Jogja maupun wisatawan asing mempercayai bahwa kawasan tersebut merupakan tempat dimana mahluk gaib melakukan transaksi jual beli layaknya seperti pasar.
Bagi mereka yang memiliki indra keenam, dipercaya akan melihat aktivitas di sana dan berbagai macam mahluk halus yang menempati lokasi tersebut. Tidak hanya itu, bagi mereka yang tidak dapat melihat juga dapat mendengar kegaduhan dan kebisingan lokasi tersebut layaknya di pasar.
ADVERTISEMENT
Mereka yang tinggal sebagai warga asli maupun mahasiswa yang merantau ke Yogyakarta pasti sudah mengetahui cerita dan mitos di balik pantai selatan Yogyakarta. Kawasan Pantai Selatan terkenal akan ratu sang penguasa lautan tesebut, yaitu Nyi Roro Kidul.
Banyak orang percaya bahwa apabila seseorang berkunjung kesana dengan mengenakan pakaian berwarna hijau, orang tersebut akan dibawa oleh pasukan sang ratu penguasa dan dijadikan budak di alam gaib.
Oleh karena itu, masyarakat Jogja yang masih mempercayai hal tersebut melarang siapa pun untuk mengenakan pakaian berwarna hijau saat berkunjung kesana.
Secara logika dan geografis, hal tersebut dapat dijelaskan. Perairan laut Selatan memiliki warna laut yang sedikit hijau. Oleh karena itu, saat seseorang dengan pakaian yang berwarna hijau berenang dan akhirnya menghilang di tengah lautan tentunya akan sangat sulit untuk ditemukan karena warna pakaian dan lautan yang mirip. (Abraham Vincent)
ADVERTISEMENT