Konten Media Partner

Gotrek, Sopir Truk di Film Tilik Sering Ditilang saat Antar Ibu-ibu Tilikan

23 Agustus 2020 16:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tri Widodo (39), pemeran Gotrek dalam film Tilik, saat ditemui di Bantul, Minggu (23/8/2020). Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Tri Widodo (39), pemeran Gotrek dalam film Tilik, saat ditemui di Bantul, Minggu (23/8/2020). Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Film Tilik menjadi trending belakangan ini berhasil melejitkan nama beberapa tokoh di dalamnya. Yang paling fenomenal adalah Bu Tejo karena kesukaannya Ghibah kejelekan orang lain yang belum tentu kebenararannya. Selain Bu Tedjo ada nama-nama lain seperti Yu Ning, Yu Sam, Yu Tri dan Erna serta suaminya Gotrek sang sopir truk. Di samping ada juga Ferdi dan Pak Lurah.
ADVERTISEMENT
Film Tilik sendiri dibuat berdasarkan sebuah tradisi yang ada di padukuhan Saradan, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Selain empat tokoh yang selalui menghiasai dialog dalam film Tilik, ternyata hampir semua peran di dalamnya itu adalah warga Saradan termasuk salah satunya adalah Gotrek, sang sopir truk.
Adalah Tri Widodo (39), pria yang sehari-hari juga menjadi Sopir Truk ini mengaku tak menyangka jika film pendek 'Tilik' menjadi tranding topic pekan ini. Gotrek mengaku terkejut dan bangga, tempat tinggalnya Dusun Saradan Desa Terong Kecamatan Dlingo Bantul kini menjadi dikenal khalayak lebih banyak.
Gotrek menyebutkan selain Bu Tejo, Yu Ning, Yu Sam, Yu Tri dan Erna yang menjadi istrinya, semuanya diperankan oleh kaum ibu rumah tangga di Padukuhannya sementara lainnya adalah pemain di luar Padukuhan Saradan. Semuanya natural, tidak ada yang sebelumnya pernah belajar akting.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya memang beberapa kali main ketoprak. Perannya sembarang, didhapuk (ditunjuk) apapun saya mau," ujar Gotrek ketika ditemui di sela kontes Sound di perbatasan padukuhan tempatnya tinggal, Minggu (23/8/2020).
Menurutnya, nama Gotrek sejatinya bukan nama yang diciptakan di dalam film itu, karena kesehariannya ia memang dipanggil Gotrek. Ia memang secara khusus diminta oleh sang Penulis naskah, Bagus 'Bacep' Sumartono untuk memerankan sopir truk pembawa ibu-ibu tersebut karena sudah terbiasa mengantar warga yang ingin tilikan.
Ia lantas menceritakan awal mula perkenalan dengan Bacep, sang penulis naskah film Tilik. Bacep yang merupakan kru dari Hanung Bramantyo dipercaya sutradara kondang tersebut untuk mencari kayu di wilayah Saradan. Kayu-kayu tersebut akan digunakan untuk membangun joglo di Studio Alam Gamplong Sleman.
ADVERTISEMENT
"Mas Bacep itu sering ke sini untuk mencari kayu. Saya sering mengantarnya, kemudian akrab karena beliau sering menginap di sini," ungkapnya.
Suatu ketika, Bacep menginap di rumah salah seorang warga. Ditemani beberapa pemuda Saradan, mereka berdiskusi sembari membakar ketela. Kemudian muncul pertanyaan kira-kira apa yang bisa diangkat dari Padukuhan Saradan dan membuat padukuhan ini bisa dikenal masyarakat.
Dari hasil pengamatan Bacep ketika tinggal di Padukuhan Saradan dan diskusi dengan tokoh pemuda termasuk Gotrek, akhirnya munculah ide untuk membuat film Tilik. Bacep saat itu heran dengan tradisi Tilikan yang ada di Padukuhan ini. Sehingga munculah ide mengangkat Saradan dengan film pendek Tilik.
"Untuk naskah dan skenarionya sepenuhnya berada di tangan Bacep meski sesekali meminta pendapat tokoh pemuda di Padukuhan Saradan. Kemudian kami shooting. Saya diminta mas Bacep karena memang sering mengantar ibu-ibu kalau tilikan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatan film itu sendiri berlangsung sekitar 2 minggu. Untuk pemeran figuran seperti ibu-ibu selain peran utama diambilkan dari warga Saradan. Karena hanya sebagai figuran, maka pengarahan mereka tidak terlalu sulit.
Untuk proses pengambilan gambar dirinya ketika beracting, memang cukup lama karena harus diulang beberapa kali. Ia mengaku tidak kesulitan dalam membawa truk yang mengangkut ibu-ibu tersebut karena sudah terbiasa. Namun sedikit sulit ketika harus mengikuti arahan para kru seperti bagaimana menjaga ritme laju kendaraan termasuk ketika akan berhenti.
"Kalau truknya yang saya pakai adalah truk rentalan milik warga Dodogan Dlingo. Soalnya mas Bacep minta untuk mencari truk yang agak tua usianya,"paparnya.
Adegan awal dalam film tersebut diambil di dekat Balai Desa Muntuk Dlingo kemudian pertigaan di jalan Patuk-Becici. Untuk adegan ketika dirinya menghentikan truk karena ibu-ibu ingin buang air kecil itu berada di sebuah masjid di wilayah Kalurahan Wukirsari Imogiri.
ADVERTISEMENT
Sementara adegan ketika truknya mogok dan dihentikan polisi ada di sebelah utara perempatan Ringroad Manding Bantul. Dan terakhir adalah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Ia sendiri mengaku lupa berapa honor yang diterimanya, termasuk para ibu-ibu yang lain
"Soal upah, itu biar urusan kami saja. Berapapun upahnya, kami bangga daerah yang terpencil seperti tempat tinggal kami kini dikenal," kata Gotrek.
Meskipun film Tilik tersebut lebih banyak disorot karena peran ghibah yang cukup apik dibawakan oleh Bu Tejo, namun Gotrek memiliki harapan tersendiri dalam film ini. Karena menurut Gotrek, di dalam film tersebut sebenarnya banyak simpan pesan-pesan moral lainnya selain Ghibah.
Salah satunya dan mungkin juga menjadi bahan trending topic adalah ketika dirinya ditilang polisi. Menurutnya, adegan tersebut sejatinya memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada para sopir bahwa membawa armada bak terbuka dengan ada penumpangnya adalah sesuatu yang salah dan melanggar aturan.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap itu menjadi nilai edukasi yang juga bisa diambil nilai positifnya," ujar bapak dua anak ini ketika dijumpai.
Gotrek mengatakan, adegan dirinya ditilang polisi karena membawa bak terbuka bernumpang sejatinya adalah keseharian dirinya. Bapak dua anak ini mengaku memang sering ditilang polisi karena terpaksa harus membawa bak terbuka dengan dipenuhi oleh ibu-ibu saat mengantarkan mereka tilik tersebut.
Menurut Gotrek, Tilik memang menjadi tradisi yang telah ada sejak jaman dahulu. Di mana setiap orang yang masuk rumah sakit minimal 3 hari maka masyarakat di Padukuhan di wilayah Dlingo tersebut akan menjenguknya alias Tilik. Biasanya, para ibu rumah tanggalah yang pergi ke rumah sakit menjenguk tetangga mereka.
"Nah biasanya mau hujan atau panas, pakainya selalu bak terbuka. Kalau naik bus katanya banyak yang mabuk," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kini, banyak warga sekitar Saradan yang memanggilnya layaknya artis. Pesan melalui WA ataupun DM di instagramnya kini cukup banyak sehingga Kotrek mengaku kewalahan.
Seperti diketahui, wilayah Padukuhan Saradan memang cukup terpencil. Jarak antara padukuhan ini dengan kota Bantul ada sekitar 25 kilometer. Wilayah Padukuhan Saradan memang cukup terpencil karena untuk sampai ke padukuhan ini harus menyusuri jalan corblok sejauh 2 kilometer dari jalan Patuk-Dlingo.