Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Kisah Briptu Ima: Kini Kuasai 4 Bahasa, Waktu Kecil Cengeng dan Manja
13 Agustus 2019 16:03 WIB
ADVERTISEMENT
Polisi wanita (polwan), Hikma Nur Syafa, yang akrab dipanggil Briptu Ima ini mendadak populer di media sosial. Gadis ini viral karena tengah mengemban tugas sebagai Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangui, Republik Afrika Tengah.
ADVERTISEMENT
Dara kelahiran 1 Agustus 1994 tersebut sudah memiliki 15 ribu pengikut di akun Instagram-nya. Melalui akun media sosialnya tersebut, Briptu Ima yang menjadi polisi sejak tahun 2013 ini kerap membagikan aktivitasnya sebagai saat melakukan misi perdamaian di Afrika Tengah.
Balutan pakaian dinas pasukan perdamaian lengkap dengan senjata laras panjang tak menghilangkan aura kecantikan wanita asal Bantul tersebut. Di balik senyum riang Briptu Ima, tersimpan beragam prestasi yang membanggakan bagi keluarganya.
Briptu Ima adalah putri kedua dari pasangan Nur Hyang Sukmono Wahyudi (56 tahun)--biasa dipanggil Hanung-- dan Dwi Sulastri. Selain Ima, kakaknya juga menjadi seorang polisi. Namanya Briptu Rengganis, ia bertugas di Mapolda DIY.
Briptu Ima lahir di Padukuhan Tarudan Wetan RT 05, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Keluarga Briptu Ima bukanlah keluarga polisi, sang ayah adalah wiraswasta yang bekerja sebagai security di sebuah perumahan tak jauh dari tempat tinggalnya. Ibunya, Dwi Sulastri, adalah PNS yang mengajar di SD Monggang Sewon Bantul.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, waktu kecil Briptu Ima adalah anak yang sangat cengeng dan manja. Ayahnya kerap kesal pada anaknya itu. Bagaimana tidak, Briptu Ima 'kecil' acap kali menangis ketika permintaannya tak dituruti. Bahkan kalau keduluan mandi oleh kakaknya, saat bangun tidur dirinya pasti menangis.
"Pokoke njengkelke (pokoknya menjengkelkan)," ujar Hanung, Selasa (13/8/2019).
Briptu Ima adalah lulusan SD Muhammadiyah Karangkajen dan SMP 2 Sewon. Selepas lulus dari SMA Negeri 1 Sewon tahun 2012, Briptu Ima sempat mengikuti ajang pemilihan Putera-Puteri Bantul dan menyabet juara III. Karena keberhasilannya itu, Briptu Ima mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru dan diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Briptu Ima sempat berkuliah selama setahun. Namun, setahun kemudian ia mengikuti tes seleksi masuk anggota kepolisian dan dinyatakan diterima. Akhirnya ia memutuskan berhenti kuliah dan memilih menjadi polisi wanita.
Sang ibu menuturkan, anak bungsunya tersebut sebenarnya tidak memiliki cita-cita menjadi seorang polisi. Bahkan ketika lulus SMA, menjadi polisi belum terbesit di benak anaknya tersebut. Briptu Ima bersedia mengikuti tes seleksi menjadi polisi setelah sang kakak memaksanya.
"Kakaknya itu yang mendorong Ima jadi polisi. Pikirnya kan kalau kuliah nanti harus nyari kerja lagi, sementara nyari kerjaan susahnya bukan main," tambah ibunda Briptu Ima.
Menempuh pendidikan selama tujuh bulan, Briptu Ima lantas ditugaskan di Satlantas Kepolisian Resor (Polres) Gunungkidul. Setelah bertugas 1,5 tahun, Briptu Ima lantas pindah tugas ke Polres Bantul. Briptu Ima kemudian mengikuti seleksi pengiriman kontingen Pasukan Perdamaian PBB. Berbekal kemampuan bahasa Prancis dan Inggris (di samping Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa), Briptu Ima berhasil melalui beberapa tahap seleksi dan dinyatakan lolos.
ADVERTISEMENT
Mengikuti pendidikan selama 1,5 tahun, Briptu Ima akhirnya berangkat ke Afrika Tengah tanggal 27 Juni 2019. Ia dikirim ke Afrika Tengah untuk bertugas selama setahun mendatang. Di sana, bersama 13 polwan dan 140 polisi, mereka akan membawa misi perdamaian sekaligus misi budaya.
Dihubungi terpisah, Briptu Ima mengatakan pergi ke luar negeri merupakan cita- citanya sejak lama. Meskipun dalam suasana membawa misi perdamaian dari PBB, tetapi baginya mimpi pergi ke luar negeri itu akhirnya terwujud. Kendati berada di negara yang cenderung lebih terbelakang dibanding Indonesia, dirinya mengaku tak terlalu sulit untuk beradaptasi.
"Iklimnya kan sama, tropis suhu udaranya pun hampir sama dengan di Indonesia," kata Briptu Ima saat berbincang dengan Tugu Jogja via video call, Selasa (13/8).
ADVERTISEMENT
Kini, ia bersama dengan rekan-rekannya tinggal di tenda karena tempat tinggal permainan mereka belum selesai dibangun. Afrika Tengah merupakan negara baru yang menjadi tujuan penempatan Pasukan Perdamaian Dunia PBB, sehingga wajar kalau infrastruktur dan fasilitasnya belum memadai. (erl/adn)
Live Update