Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
![Kue Apem khas Jawa. Foto: adn.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1578098569/w3ssqa8fzkshyuse4vhs.jpg)
ADVERTISEMENT
Kue Apem adalah makanan yang terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan telur, santan, gula dan tape serta sedikit garam kemudian dipanggang. Bentuknya mirip serabi, hanya saja lebih tebal. Kata apem berasal dari bahasa Arab afuum yang berarti pemberian maaf (ampunan) atau pengayoman.
ADVERTISEMENT
Asal mula kue apem ini bermula ketika Ki Ageng Gribig yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya membawa kue ini saat kembali dari perjalanan tanah suci. Ia membawa oleh-oleh berupa tiga buah makanan. Namun karena terlalu sedikit, kue apem ini dibuat ulang oleh istrinya. Setelah jadi, kue-kue ini kemudian disebarkan kepada penduduk setempat. Pada penduduk yang berebutan mendapatkannya Ki Ageng Gribig meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan.”
Makanan ini kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai Kue Apem, yakni berasal dari saduran bahasa Arab “afuum” yang bermakna ampunan. Tujuannya adalah agar masyarakat juga terdorong selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Lambat laun kebiasaan ‘membagi-bagikan’ Kue Apem ini berlanjut pada acara-acara syukuran.
Kue Apem sangat akrab dengan orang Jawa, karena kue ini tidak hanya dipandang sebagai makanan, tetapi juga sebagai bentuk doa untuk memperoleh pengampunan dan pengayoman.
ADVERTISEMENT
Endang Nurhayati dan kawan-kawan, dari Fakultas Budaya dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta dalam makalahnya yang berjudul Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa Unsur Sesaji di Pasar-Pasar Tradisional Kabupaten Bantul, menulis bahwa hampir semua ritual upacara tradisional Jawa menggunakan apem sebagai sesaji. Misalnya dalam upacara selama masa kehamilan, upacara tradisional sunatan, upacara pernikahan, sampai upacara kematian. Bahkan tradisi-tradisi unik di Jawa juga terkait dengan kue ini. Selain itu, juga ada upacara ngapem di lingkungan Keraton.
Kemudian ada upacara Ruwahan yang kegiatan utamanya membuat kue apem. Ruwahan dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan. Kue Apem pada upacara ini bermakna permohonan ampun agar bersih dari dosa sebelum menjalankan ibadah puasa.
Selain itu terdapat pula upacara sebar apem yang dikenal dengan nama Upacara Yaa Qo Wi Yuu. Pada upacara ini, Kue Apem disebar sebanyak 4 ton apem yang diperebutkan oleh warga. Apem yang didapat pada upacara ini dipercaya dapat menyuburkan tanah, melariskan jualan, dan lain-lain.
Dalam artikel berjudul 'Kalap, Warga Yogyakarta Rebutan Apem 1,5 Ton di Wonolelo' , tradisi rebutan kue apem di Dusun Pondok, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta ini baru dimulai sekitar 52 tahun lalu. Dulunya kegiatan apeman ini berlangsung dengan sangat sederhana yakni hanya dibagi-bagikan pada yang lewat atau ke sekitar rumah. Namun semakin lama dikembangkan dan semakin besar, sehingga akhirnya menjadi salah satu event yang bertajuk kebudayaan ini.
ADVERTISEMENT
“Dulu ini sangat sederhana, terus ini dikembangkan, dikembangkan, malah tahun ini mendapat penghargaan dari menteri pendidikan (sebagai) penyelenggara budaya tingkat nasional” tutur Kawit Sudiono, sesepuh sekaligus salah satu trah ke-15 Ki Ageng Wonolelo. (Ayu)