Lurah Asal Bantul Wakili Indonesia Ikut KTT New Rural di Jerman

Konten Media Partner
7 Agustus 2022 14:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi,saat berada di Jerman. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi,saat berada di Jerman. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Kalurahan Panggungharjo Kapanewon Sewon Bantul selama ini dikenal dengan berbagai inovasi. Mulai dari Badan Urusan Milik Desa (BUMDes) atau yang kini dikenal sebagai Badan Urusan Milik Kalurahan (BUMKal), Desa Anti Korupsi hingga pengolahan sampah mandiri menjadikan Kalurahan ini menjadi kalurahan yang maju.
ADVERTISEMENT
Di bawah tangan dingin Lurahnya, Wahyudi Anggoro Hadi, Panggungharjo kini sering menjadi kalurahan rujukan untuk pengembangan Kalurahan mandiri. Karena berbagai inovasi yang mampu mengembangkan kalurahannya, beberapa waktu lalu lulusan Apoteker ini terpilih mewakili seluruh desa di Indonesia untuk ikut dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) New Rural, di Frankfurt, Jerman.
"Saya pergi ke sana (Jerman) pertengahan bulan Juli kemarin," tutur Wahyudi, Minggu (7/8/2022).
Wahyudi menambahkan, KTT New Rural banyak diisi dengan kegiatan diskusi dan bertukar gagasan soal sistem pemerintahan desa di masing-masing negara. Sebetulnya itu KTT tersebut adalah agenda pameran seni rupa 5 tahunan yang diadakan oleh Documenta Fifteen yang diselenggarakan di salah satu kota di Jerman, Kassel.
Di samping itu, dalam KTT tersebut juga ada New Rural Agenda. Dan pertemuan negara-negara tersebut bertujuan untuk merubah perspektif masyarakat desa untuk dunia di masa depan. Mereka banyak berbagi pengalaman berkaitan pengelolaan desa.
ADVERTISEMENT
"Selama 14 hari berada di negeri Panzer, kita memang lebih banyak berdialog dengan 41 negara peserta," terang dia.
pertemuan perwakilan negara-negara seperti Cina, Amerika Latin, Australia dan lainnya ini ingin merumuskan masa depan dunia dan peradaban dengan melibatkan desa yang dalam kenyataannya memiliki peran penting sebagai sumber kehidupan dunia dimasa yang akan datang.
Di mana dalam perumusan New Urban Agenda desa itu hanya dijadikan sebagai objek, padahal untuk sumber kehidupan utama ini mereka sebetulnya tidak memiliki. Sehingga masyarakat desa ini berkumpul, bersepakat dan merumuskan.
Selain dirinya, ia datang bersama kepala desa Grenggeng, Karanganyar, Kabupaten Kebumen untuk mewakili Indonesia dalam KTT tersebut. New Rural Agenda merupakan gagasan dari sebuah organisasi nirlaba asal Majalengka yang berfokus pada kajian kehidupan lokal pedesaan yang pada kesempatan itu turut diundang ikut bagian.
ADVERTISEMENT
Terpilihnya Wahyudi untuk mewakili desa-desa di Indonesia tak terlepas dari gagasannya membangun konsep ketahanan pangan melalui prinsip sosial, budaya dan agama, dimana hal ini menjadi tantangan dunia kedepannya.
"Pada kenyataannya desa ini memiliki tiga komoditas strategis yang tidak dimiliki oleh masyarakat kota," ungkapnya.
Tiga kekuatan tersebut adalah komoditas air bersih. udara bersih dan sumber pangan yang sehat. Air bersih menjadi kekuatan pedesaan karena masyarakat kota untuk minum mereka harus beli. Dan masyarakat pedesaan tidak perlu membayar untuk mendapatkan air bersih.
kekuatan kedua adalah, desa punya udara bersih. Udara bersih menjadi sesuatu yang sulit didapatkan di perkotaan. Sehingga masyarakat kota mau menghirup udara bersih harus ke pantai, ke gunung atau ke desa. Dan itu kini sudah mulai nyata terlihat.
ADVERTISEMENT
"Ketiga kita punya sumber pangan sehat. Komoditas ini yang menjadi komoditas primer yang hanya ada di pedesaan," paparnya.
Wahyudi mengungkapkan, bukti nyata dari kekuatan desa adalah saat seluruh dunia terguncang akibat pandemi Covid-19. Ekonomi masyarakat kota yang bergantung kepada kekuatan kapitalis dan pasar seketika runtuh.
Banyak perusahaan tak bisa menggaji karyawan sampai PHK besar-besaran membuat masyarakat kota banyak yang kelaparan. Sementara di desa, masyarakatnya masih bisa menghasilkan kebutuhan pangannya sendiri.
"Kekuatan desa kembali terbukti dimana masyarakat kota harus kembali ke desa untuk mempertahankan hidupnya dimasa pandemi COVID-19,"tegasnya.
Selama mengikuti kegiatan itu, selain bisa bertukar pikiran dan menyampaikan gagasan yang sebelumnya sudah ia bawa, Wahyudi juga banyak belajar dari setiap negara peserta yang mana masing-masing memiliki ilmu yang bisa dibawa untuk kemajuan desa kedepannya.
ADVERTISEMENT