Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Melihat Tradisi Nyadran di Kampung Habaib Tuguran Magelang
19 Maret 2023 19:16 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di Kota Magelang , Jawa Tengah, keberadaan para habaib tersebar di beberpa daerah dan paling banyak bisa dijumpai di kampung Tuguran, kelurahan Potrobangsan.
Pada Minggu (19/3/2023) para habib yang ada di kampung tersebut, berbaur menjadi satu dengan warga turut serta menggelar tradisi Nyadran. Nyadran atau Sadranan adalah tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan di bulan Sya'ban atau Ruwah sebagai bentuk rasa syukur, yang dilakukan secara bersama-sama. Mereka berziarah ke makam leluhur kampung atau desa setempat untuk mendoakan arwahnya.
"Kegiatan Nyadran kali ini diawali dengan kirab budaya yang diikuti oleh Pondok Pesantren Al Usmani, Musholla At Taqwa, Al Amiroh, TK Al Iman dan grup Hadroh Tuguran," terang habib R. Imam Rohadi Basyaeban.
ADVERTISEMENT
Ia berpendapat bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang sangat baik. Kegiatan ini juga untuk mendoakan para leluhur.
"Ini juga merupakan tradisi budaya yang harus tetap dilestarikan dan tetap dilaksanakan. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa betapa guyup rukunnya warga kampung Tuguran yang berbeda agama namun tetap bisa menyatu untuk bersama. Sekira seribu orang nyengkuyung (bekerja sama) untuk terlaksananya acara ini," tambah habib Imam.
"Ada kurang lebih 2.500 Kepala Keluarga di kampung ini, dan kami dari para habaib ada sekira 80%, jumlah babaib di sini yang terbanyak yang ada di Magelang, yang lainnya tersebar di kampung-kampung lainnya, yang ada di kota dan kabupaten," tandasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh ketua RW Kampung ini, Indarto. Ia mengatakan, dengan kerjasama yang baik akhirnya Nyadran dan kirab budaya tersebut dapat digelar.
ADVERTISEMENT
"Terimakasih saya ucapkan kepada semuanya karena tanpa kekompakan tidak mungkin acara ini bisa sukses dilaksanakan, karena persiapannya hanya 6 hari. Untuk tahun depan akan kita persiapkan lebih baik dan kita rencanakan, akan ada semacam gunungan yang nanti akan kita arak," terang Indarto.
Sementara itu dalam tausiyahnya habib Ahmad Wildan menyampaikan bahwa birrul walidain (berbakti kepada orang tua) adalah perbuatan baik seorang anak kepada orang tuanya.
"Sebagai bentuk bakti seorang anak kepada orang tua yang sudah meninggal, anak wajib mendoakan orang tuanya yang sudah ada di alam kubur, dengan cara diantaranya dengan mendoakan arwahnya," terang pengasuh utama pondok pesantren Al Usmani, tersebut. (her)