Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Ada 53 Objek Wisata, Dlingo Mulai Dilirik Investor
16 Agustus 2018 22:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Dlingo, kecamatan yang dulunya paling tertinggal di wilayah Kabupaten Bantul kini telah berubah. Dlingo kini menjadi destinasi utama baru pariwisata di Kabupaten Bantul, bahkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
Sekitar 53 obyek wisata berada di Kecamatan yang sering disebut Bantul Lantai 2 ini. Ribuan orang selalu hadir setiap hari hanya untuk menikmati suguhan pemandangan alam yang ada di kecamatan ini. Dlingo menawarkan beragam spot wisata mulai dari sunrise, sunset, kabut, hutan pinus, air terjun, gua hingga titik-titik swafoto.
Hampir setiap pekan, jalan menuju Dlingo via Imogiri diwarnai dengan kemacetan. Antrian panjang kendaraan wisatawan selalu memadati jalan menuju ke arah Dlingo tersebut. Jalur Imogiri-Dlingo menjadi jalur sibuk karena jalur ini dinilai lebih dekat dan representatif untuk menuju ke Dlingo ketimbang melalui Chino Mati ataupun Patuk.
Camat Dlingo, Jati Bayu Broto, mengakui jika Dlingo kini telah berubah menjadi wilayah paling maju pariwisatanya dibanding dengan kecamatan lain di Bantul. Melalui swadaya dan tangan-tangan kreatif masyarakat Dlingo merubah kecamatan ini menjadi tujuan kelas wahid di Kabupaten Bantul. Bahkan, sejumlah investor mulai mengincar wilayah ini.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang bermaksud menginvestasikan modalnya ke Dlingo," ujarnya di Bantul, Kamis (16/8/2018).
Boomingnya industri pariwisata di Dlingo mengakibatkan bertumbuhnya perekonomian di wilayah ini. Serbuan investor tak bisa dihindari karena magnet ekonomi tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan pemerintah mulai berpikir untuk mengendalikan investasi. Harapannya, tak ada pencaplokan lahan milik warga oleh investor.
Banyak investor yang ingin mendirikan penginapan ataupun restoran dengan kekuatan modal cukup besar. Jika demikian, masyarakat setempat dikhawatirkan tidak akan mampu bersaing dengan kekuatan modal besar tersebut. Ia menginginkan adanya sinergi antara investor dengan masyarakat, agar masyarakat setempat tidak hanya menjadi penonton.
"Kita ingin masyarakat juga dilibatkan,"tambahnya.
Sampai saat ini, Bayu mengakui jika memang belum ada tata ruang yang pasti dari Kecamatan Dlingo. Sehingga ia belum mengetahui apakah investor yang berminat investasi akan di inkubasi ke salah satu wilayah saja. (erl/adn)
ADVERTISEMENT