Siswa SD di Sleman Bunuh Diri, Praktisi Psikologi Ungkap Kemungkinan Pemicu

Konten Media Partner
10 September 2021 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gantung diri. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gantung diri. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Warga dihebohkan dengan kasus seorang siswa SD di Sleman bunuh diri berinisial NR (12). Seorang siswa kelas 6 SD itu ditemukan meninggal dunia oleh keluarganya dengan keadaan gantung diri pada Rabu (8/9/2021).
ADVERTISEMENT
Polisi menduga siswa SD tersebut mengalami tekanan psikis yang membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Sepertinya kurang perhatian," ujar Kanit Reskrim Polsek Sleman Iptu Eko Haryanto pada Kamis (9/9/2021).
Kejadian siswa SD di Sleman itu juga mendapat perhatian dari seorang psikolog. Ia menyoroti soal sejumlah hal yang perlu menjadi perhatian bersama tentang pentingnya kesadaran diri secara mental dan juga peran serta orang sekitar.
Intan Maria Lie, Pragmatic Psychology Practitioner mengatakan ada beberapa penyebab anak khususnya di usia muda bisa melalukan atau memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Melihat kasus yang menimpa bocah di Sleman itu, ada berbagai faktor.
Menurutnya, anak tersebut bisa menjadi kurang kasih sayang, hingga masalah terkait dengan inner child.
ADVERTISEMENT
“Bisa jadi ada isu inner child di situ. Mungkin di masa kecil ada pengabaian, ada kekerasan atau hal yang diharapkan kebutuhan emosional yang dibutuhkan pada orang tersebut,” kata Intan saat dihubungi.
Kemungkinan lainnya, juga bisa berasal dari adanya penolakan hingga menimbulkan luka dalam hal ini pada hati anak tersebut.
“Dia belum mampu merasakan sayang. Jadi ketika ada penolakan ada atau tidak dianggap oleh temannya itu bisa menjadi luka yang begitu besar,” imbuhnya.
Selain dari dalam internal, ia juga mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan ada permasalahan di lingkungan eksternalnya. Misalnya bisa lingkungan luar rumah bahkan sekolah. Apa lagi bocah itu masih di usia sekolah.
“Kalau di perkembangan di usia 6- 12 tahun masih school age. Di situ industry versus inferiority yang diharapkan kompetensi lebih kepada kemampuan di sekolah seperti apa. Kemungkinan juga ada permasalahan dengan sekolah sehingga dia memilih untuk menghilang,” katanya lagi.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ia sendiri tak berani memastikan terkait masalah yang jadi penyebab siswa SD di Sleman bunuh diri. Akan tetapi, ia meyakini bahwa ada peran serta inner child dalam diri si anak.
“Saya tidak berani memastikan tapi isu luka inner child ini membuat anak tidak kokoh jika diterpa masalah emosional,” paparnya.
Terkait kasus tadi, Intan mengatakan bahwa ada banyak pembelajaran yang bisa dipetik bersama baik dari orang yang kini sedang mengalami depresi dan sedang memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidup dan juga orang di sekitar mereka.
Beberapa tanda yang bisa diperhatikan, kata Intan ialah, jika seseorang depresi biasanya cenderung memperlihatkan kesedihan yang berulang, mengurung diri. Meski demikian ada pula yang tidak bisa dikenali yang biasanya tersamar dalam keadaan baik-baik saja dan tetap terlihat bahagian namun sebetulnya perlu diwaspadai.
ADVERTISEMENT
Ia pun memberikan beberapa tips hal apa saja yang bisa dilakukan baik pada mereka yang merasa sendiri dan depresi serta untuk orang di sekitarnya. Hal itu bisa dimulai dengan memberikan anak kasih sayang tanpa batas dan pembekalan emosi.
“Perlu dilakukan memberikan kasih sayang tanpa batas dan anak ini dibekali untuk memahami emosi dan bagaimana jika ada emosi berlebihan terkait dengan dirinya. Dia diajari untuk mengelola emosi itu dan diperlukan terlibat di grup coaching konseling atau mengizinkan untuk lebih banyak berdiskusi dengan orangtua atau tenaga profesional,” katanya.