Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Banjir Sungai Opak, Lahan Pertanian di Yogyakarta Terancam Tak Subur
30 Juli 2018 18:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Petani asal Dusun Baros Desa Tirtohargo, Sunar mengatakan luapan muara sungai Opak sifatnya payau dengan kadar garam lebih banyak karena dorongan air laut lebih besar dibanding air sungai. Bekas luapan tersebut memiliki kandungan kadar garam semakin besar, sehingga tidak bisa ditanami.
"Untuk bisa ditanami harus menunggu hujan agak besar datang," tutur Sunar, Senin (30/7).
Dengan turunnya hujan maka akan melarutkan kadar garam yang ada dalam tanah. Namun untuk lahan yang berada di bibir muara memang kini lebih banyak menganggur karena tidak bisa ditanami tanaman yang menghasilkan. Pasalnya, kadar garam di tempat tersebut terlalu tinggi.
Meski membawa dampak pada efek kandungan tanah, namun hal tersebut tidak membahayakan. Justru, lanjut Sunar, para petani mengharapkan luapan yang lebih besar. Karena dengan luapan yang lebih besar dapat mengurangi populasi tikus yang tersebar di tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
"Di daerah ini, populasi tikus memang cukup banyak. Jadi dengan terendamnya lahan mereka, diharapkan populasi tikus semakin berkurang," tambah Sunar.
Sementara itu, Lurah Srigading, Wahyu Widodo menambahkan, untuk mengurangi genangan air di lahan pertanian akibat tersumbatnya muara sungai Opak, pihaknya mengajukan permohonan pinjaman mesin penyedot air kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul. Pihaknya akan berupaya mengalirkan genangan air langsung ke laut.
"Meski tidak mampu menghilangkan, tetapi minimal mengurangi genangan," ujarnya. (erl)