Konten Media Partner

Warga Kanggotan Bantul Ubah Sampah Plastik Jadi Batako

18 Agustus 2022 14:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batako yang terbuat dari sampah plastik. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Batako yang terbuat dari sampah plastik. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Pengelolaan sampah selama ini masih mengalami berbagai kendala. Salah satunya adalah penanganan residu plastik yang belum bisa dilakukan secara tuntas. Karena selama ini, penanganan residu plastik hanya memperpanjang usia plastik dan jika mampu diolah maka akan menimbulkan persoalan baru.
ADVERTISEMENT
Namun di tangan tim invertor senblok yang dipandegani oleh Tri Setyawati, persoalan residu plastik ini mampu diselesaikan tuntas. Tak hanya menimbulkan persoalan baru, namun mereka mampu memiliki nilai ekonomi tinggi.
"Produk kami pun mampu mensubstitusi benda yang selama ini dianggap mahal. Dan kualitasnya tidak diragukan lagi," ujarnya, Kamis (18/8/2022) di sela pencanangan Kampung Bijak Sampah di Kampung Kanggotan, Pleret, Bantul.
Tri mengakui jika sampah plastik berupa residu seperti tas kresek, bungkus mie instan, bungkus minuman ringan dan lain-lain selama ini menjadi salah satu persoalan yang belum ditemukan solusinya. Tak hanya itu, selama ini juga belum ada yang mengelola residu plastik tersebut.
Tri menyebut, penanganan residu plastik ini masih belum tuntas karena selalu menimbulkan persoalan yang baru. Sehingga sampah-sampah plastik seperti tas kresek, bungkus mie instan ataupun minuman ringan belum bisa ditangani dengan baik.
ADVERTISEMENT
"Kalau di pemulung, di bank sampah ataupun tempat lain, residu ini bingung mau dikemanakan karena tidak laku dijual. Sehingga terkadang hanya dibuang begitu saja ataupun dibakar yang tentu menimbulkan persoalan baru yaitu pencemaran," terang dia,
Ia mengakui sebenarnya sudah ada pihak yang mencoba mengolah residu plastik menjadi produk berdaya guna lainnya, namun selalu menimbulkan persoalan baru. Seperti ketika dikonversi menjadi minyak tanah, ternyata menimbulkan persoalan pencemaran udara.
Untuk memproduksi minyak tanah, plastik tersebut harus dibakar ketika disuling. Selain menghasilkan polusi udara, proses ini juga membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit. Sehingga jika ditinjau dari nilai ekonomi maka masih kurang.
"Dan kami mampu menciptakan teknologi yang kami beri nama Senblok," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Senblok adalah sebuah alat membuat berbagai conblock dengan bahan residu plastik dan pasir. Keunggulan alat yang mereka ciptakan ini tidak memerlukan pembakaran. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar euro.
Prinsip kerja dari alat mereka sebenarnya cukup sederhana yaitu pertama dengan menggiling residu plasti menjadi lebih halus berukuran serat. Hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencampuran, di mana ada pencampuran pasir dengan residu plastik yang telah dihaluskan.
"Di dalam mesin pencampuran tersebut, terjadi proses pemanasan residu plastik tersebut sehingga mencair dan mampu berfungsi menjadi perekat," terangnya.
Konsep yang mereka kemas sebenarnya memfungsikan residu plastik sebagai atau pengganti semen. Prinsip yang mereka sematkan pun sama setelah tercampur langsung bisa dicetak.
Selain tidak memerlukan pembakaran, keunggulan alat yang mereka ciptakan ini membutuhkan waktu singkat untuk mencetak batako atau benda lain karena hanya 5 sampai 10 menit. Dan batako yang dihasilkan bisa langsung digunakan.
ADVERTISEMENT
"Tidak seperti produk sejenis menggunakan semen yang butuh waktu 28 hari untuk dimanfaatkan. Di samping itu, produk kami juga lebih keras dibanding produk sejenis," tambahnya.
Tri menambahkan, mesin prototipe yang mereka hasilnya memang belum akan mereka kembangkan ke skala industri. Karena mereka masih belum mengetahui berapa ketersediaan bahan baku atau residu plastik yang ada di lapangan.
"Kami belum memiliki data berapa sih ketersediaan residu plastik ini," terangnya.
Untuk investasi, lanjut Tri, sebenarnya tidak membutuhkan dana yang besar. Dibanding dengan insemerator, modal yang dibutuhkan tidak begitu besar. Sehingga ia yakin semua kelompok peduli sampah seperti bank sampah mampu menerapkannya.
Seorang warga Kanggotan Bantul menunjukkan batako dari sampah plastik, Kamis (18/8/2022). Foto: istimewa
Koordinator Kampung Bijak Sampah, Megan Pramudia mengakui residu plastik selama ini menjadi persoalan bagi pengelolaan sampah selama ini. Jikapun sudah diolah, selama ini hanya sebatas memperpanjang usia plastik belum end product.
ADVERTISEMENT
"Ketika diolahpun selalu menimbulkan persoalan baru," ungkapnya.
Ia menambahkan, Kampung Bijak Sampah memiliki mimpi, nanti tidak ada lagi konsep 3 R (recycle, reuse dan Reduce) serta TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Karena semuanya sudah diselesaikan di masing-masing kampung.