Wawancara Penjahit Bantul yang Bikin Seragam Keraton Agung Sejagat

Konten Media Partner
29 Januari 2020 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koko Santoso berfoto dengan seragam Keraton Agung Sejagat yang dibuatnya. Foto: dok. Koko Santoso.
zoom-in-whitePerbesar
Koko Santoso berfoto dengan seragam Keraton Agung Sejagat yang dibuatnya. Foto: dok. Koko Santoso.
ADVERTISEMENT
Baju mewah milik raja, ratu, dan para punggawa Keraton Agung Sejagat (KAS) ternyata dibuat di tempat pembuatan kostum drumben. Wahyu Agung Santoso (35) asal Dusun Sonosewu, Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul, menjadi pembuat baju kebesaran KAS.
ADVERTISEMENT
Melalui ceritanya, ia bahkan tak mengira bahwa baju buatannya akan digunakan sebagai kostum 'kerajaan' yang viral tersebut. Bahkan saat kedatangan Fanni Aminadia, ia pun belum mengetahui bahwa baju itu nantinya digunakan sebagai baju kebesaran.
"Dia (Fanni Aminadia) enggak ngasih penjelasan apa-apa. Saya enggak tahu itu baju buat apa," ungkap pria yang akrab disapa Koko Santoso saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Rabu sore (29/1).
Saat itu, tepatnya pada pertengahan November, Fanni ratu Kerajaan Agung Sejagat menghubungi Koko melalui pesan WA. Isinya ialah permintaan membuatkan baju dengan desain yang sudah ditentukan. Setelah itu Fanni lalu mendatangi kediaman Koko.
Salah satu detil seragam Keraton Agung Sejagat yang dibuat oleh Koko Santoso di Bantul. Foto: dok. Koko Santoso.
"Pemesanan langsung ke saya. Bu Fanny datang ke rumah. Sebelumnya dia WA. Ngasih gambar, 'bisa bikin baju kayak gini?' Saya jawab bisa," kenang Koko saat dihubungi ratu Keraton Agung sejagat kala itu.
ADVERTISEMENT
Setelah diusut rupanya yang menjadi alasan Fanni saat itu membuat baju di Bantul karena pernah melihat unggahan Koko saat mempromosikan baju di website. Berbekal dengan desain kostum Raja Brunei, kain raja dan ratu, lalu contoh kain prajurit, Fanni lantas mendatangi kediaman Koko.
Saat itu Fanni memesan kostum raja dan ratu sebanyak lima setel. Lalu ia juga memesan sebanyak 297 setel untuk pakaian yang ternyata digunakan oleh para punggawa Keraton Agung Sejagat.
"Bu Fanni kasih contoh baju Raja Brunei, terus dia minta dibikin kayak beskap. Habis itu dia pesan lagi tapi untuk aksesorisnya dibuat kayak baju yang punya raja Brunei," pungkasnya.
Baju tersebut lantas dikerjakan oleh Koko dengan durasi pembuatan sekitar satu bulan lebih sejak pemesanan yang dilakukan Fanni.
Salah satu detail seragam Keraton Agung Sejagat yang dibuat oleh Koko Santoso, di Bantul. Foto: dok. Koko Santoso.
"Proses pembuatannya satu bulan lebih sedikit. Pertengahan November itu baru pemesanan. Terus mulai pengerjaannya itu seminggu setelah pemesanan itu. Waktu itu (proses pembuatan baju) dibantu 12 orang," pungkas pemilik Jogjakarta Putro Moelyono Drum Band itu.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku saat membuat baju tersebut tidak mengalami kesulitan yang berarti. Waktu pengerjaan yang lama menurutnya ada pada bagian bordir yang memang cukup rumit.
"Sebetulnya enggak sulit. Sudah biasa ngerjain baju drumben seperti itu. Pengerjaan paling lama bordirnya. Malah yang paling lama ngerjain baju drumben karena aksesorisnya lebih rumit," kata Koko.
Untuk harga pakaian yang dipesan Fanni, Koko mematok harga sebesar Rp 900 ribu per setelnya. Sedangkan untuk kostum raja dan ratu dipatok harga Rp 600 ribu. Harga tersebut berbeda lantaran saat datang Fanni membawa sendiri kain yang akan digunakan untuk kostum raja dan ratu.
"Saya matoknya Rp 900 ribu per setel. Raja dan ratu itu (pesan) 5 itu bawa kain sendiri. Raja dan ratunya bawa kain sendiri 5 setel. Itu saya kasih harga Rp 600 ribu per setelnya. Saya kan cuma jahit sama aksesoris aja jadi lebih murah," katanya.
Salah satu detail seragam Keraton Agung Sejagat yang dibuat oleh Koko Santoso, di Bantul. Foto: dok. Koko Santoso.
Usai pakaian itu jadi, Fanni malah tak datang ke rumah Koko seperti saat pertama ia datang untuk memesan. Koko mengaku ia mengirimkan pakaian yang jadi itu melalui layanan transportasi online ke rumah kontrakan di Jalan Godean yang diketahui menjadi tempat Fanni dan Toto Santoso.
ADVERTISEMENT
"Fanni enggak ngambil baju, malah di Go-send ke Godean. Malah enggak tahu saya (kalau kerajaannya) di Purworejo. Saya malah tahunya dari berita itu," kata Koko.
Koko sendiri masih menyimpan baju model seragam Keraton Agung Sejagat untuk display. Seragam KAS itu terlihat didominasi warna hitam dengan ornamen warna kuning pada kerahnya. Di bagian pundak terdapat ornamen penanda pangkat dengan sentuhan aksara Jawa yang dibaca 'Keraton Agung Sejagat'.
Saat akhirnya mengetahui pakaian yang dibuatnya ternyata dipakai KAS, Koko mengaku kaget sekaligus senang sebab bajunya malah mendapat rekomendasi.
"Alhamdulillah semakin meningkat. Jadi rekomendasi juga. Ya (awalnya) kaget, kaget senang itu kan viral juga tuh bajunya. Baju saya jadi viral," ungkapnya.
ADVERTISEMENT