Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Periodisasi Sastra Indonesia (2)
19 Mei 2017 22:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Tutur Literatur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagaimana zaman, sastra juga mengalami berbagai perkembangan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang situasi dan kemunculan-kemunculan berbagai paham, ideologi serta gebrakan pemikiran dari para sastrawan. Jika sudah berkenalan dengan Angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan 50, mari kita selami periodiasi sastra berikutnya.
ADVERTISEMENT
Angkatan 1966
Angkatan 1966 ditandai dengan terbitnga majalah sastra Horison. Pada angkatan ini banyak terdapat karya sastra dengan beragam aliran. Diantaranya aliran surealistik, arus kesadaran, arketip, absudr dan laim sebagainya.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu menerbitkan karya sastra pada angkatan ini. Sastrawan yang pada akhir angkatan 1950 termasuk juga ke dalam angkatan ini adalah Montinggo Busye, Goenawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk H.B Jassin.
Angkatan 70 - 80an
Karya sastra pada masa ini berperan untuk membangun pemikiran tentang keindonesiaan setelah mengalami kombinasi dengan pemikiran lain seperti budaya, ide, filsafat dan beberapa gebrakan baru.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1980 - 1990an banyak penulis berbakat, tapi terganjal ideologi suatu penerbit. Salah satu penerbit yang memperhatikan sastra dan membuka ruang untuk segala jenis sastra adalah Gramedia.
Sastrawan Angkatan Reformasi
Munculnya angkatan sastra ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra bertemakan sosial-politik. Khususnya seputar masa reformasi. Sastrawan pada angkatan ini merefleksikan keadaan sosial politik yang terjadi pada tahun 1990-an seiring dengan jatuhnya rezim Orde baru.
Proses reformasi politik yang bertitik mula di tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada saat itu. Bahkan para penyair yang semula jauh dari tema-tema Sosial Politik, seperto Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, Hartono Benny Hidayat juga ikut meramaikan panggung sastra dengan sajak-sajak sosial politik mereka.
ADVERTISEMENT
Sastrawan Angkatan 2000-an sampai sekarang
Pada tahun 2000-an sampai saat ini, sastra memiliki keragaman khazanah mulai dari yang populer, kritik, reflektif dan masuk ke dalam ranah erotika dan absurditas.
Pada tahun 2002 Korrie Layun melempar wacana lahirnya angkatan sastra tahun 2000. Seratus lebih penyair, cerpenis, esais, novelis dan kritikus sastra dimasukkan ke dalam angkatan ini, termasuk mereka yang sudah mulai menulis di tahun 1980-an seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Seno Gumira Adjidarma. Serta yang muncul di akhir tahun 90-an seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herlianny.
Sebagaimana kehidupan, sastra akan terus mengalami perkembangan. Pada tahun 70-an sastra memiliki karakter yang keluar dari paten normatif, 80 - 90an , sastra memiliki karakter yang diimbangi arus budaya populer dan pada tahun 2000-an, sastra menciptakan keberagaman khazanah.
ADVERTISEMENT