Kisah Relawan Membagikan Bantuan dari Rakyat Indonesia ke Somalia

19 Maret 2017 13:01 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Potret anak-anak Somalia menderita malnutrisi (Foto: Reuters)
Ujian untuk rakyat Somalia seperti tidak ada habisnya. Masalah keamanan dan perang sipil yang telah terjadi lebih dari 20 tahun. Pemberontakan dan konflik internal yang berujung pada kekerasan.
ADVERTISEMENT
Bencana kekeringan yang melanda Somalia pada tahun 2011 dan menyebabkan 260 ribu orang mati kelaparan tidak mampu menyurutkan pihak-pihak yang bertikai untuk menghentikan tindakannya.
Selain perang yang belum usai, rakyat Somalia kembali dilanda kekeringan. Enam juta orang menghadapi kerawanan pangan, kelaparan dan diserang penyakit. Mimpi buruk 6 tahun silam itu kembali membayangi mereka.
Perang sipil di Somalia. (Foto: Flickr)
Bambang Triyono relawan Indonesia dari lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang saat ini berada di Somalia bercerita kepada kumparan (kumparan.com) Sabtu (18/3). “Air adalah persoalan yang saat ini paling mendesak,” tuturnya.
Kekurangan air membuat produksi pangan mereka melorot. Tanaman kering dan ternak mati kelaparan.
ADVERTISEMENT
Bambang mengatakan, beberapa wilayah yang paling parah seperti Bakol, Bay Region, Banadir, Gedo, Lowr Jubba dan Lower (tepat di pinggir Ibu Kota Mogadisu), sudah tidak bisa lagi memproduksi air. Accute Water Disease atau dehidrasi akut yang merupakan pembunuh utama daerah kekeringan telah menyerang mereka di wilayah-wilayah ini.
Solusinya adalah bereksodus. Mereka beramai-ramai meninggalkan daerah itu menuju kota terdekat. Namun, tidak serta merta mereka mendapat air yang cukup. Sepuluh liter saja untuk satu keluarga beranggotakan 6 orang.
Senyum anak-anak Somalia walau dilanda kelaparan. (Foto: Dok. relawan ACT)
“Ini sudah dipakai untuk keperluan masak, makan, minum dan bersuci,” kata Bambang. Hampir seratus persen rakyat Somalia adalah Muslim, air 10 liter itu harus cukup juga untuk mereka berwudu.
ADVERTISEMENT
Menahan haus menjadi semakin sulit karena tempat mereka tinggal di pengungsian tidak mampu meredam iklim alam yang keras. Tempat bernaung mereka hanya ranting berlapis plastik seadanya. Ada juga yang memakai dinding dan atap seng, namun tidak membuat kondisi lebih baik, malah semakin menghantarkan panas.
“Bayangkan mereka tidur di tempat seperti itu, apalagi mandi,” tutur Bambang.
“Perasaan kasian, iba, dan miris melihat saudara-saudara di Somalia berpuluh-puluh tahun masih saja dalam kondisi seperti itu," tutur Bambang.
Wajah kelaparan di Somalia. (Foto: Dok. relawan ACT)
Keadaan mengenaskan ini ternyata sangat berbeda dengan warga di kota besar. "Yang di kota besar hidup normal, makan cukup, minum cukup, tidur cukup nyaman,” lanjutnya.
Meski banyak tentara bersenjata yang lalu lalang dan barikade berlapis, kehidupan warga kota besar terutama di ibu kota terbilang normal dan cukup nyaman. Di kota ada sumur umum yang bisa mereka ambil dengan drum-drum besar yang diangkut oleh keledai.
ADVERTISEMENT
Rabu (15/3) Bambang dan ACT mengunjungi Provinsi Baidoa, kota sebelah barat daya Somalia. Mereka menyampaikan 26,4 ton bahan pangan yang dititipkan rakyat Indonesia kepada ACT untuk Somalia.
Bambang mengatakan ada cukup banyak anak-anak usia balita yang mengalami penyakit dehidrasi, diare, hingga malnutrisi.
Anak penderita malnutrisi di Somalia (Foto: Reuters)
Di provinsi ini, kata Bambang, pemerintah lokalnya cukup tanggap untuk tidak membiarkan anak-anak yang mengalami penyakit itu berada di kamp pengungsian. Mereka semua dipindahkan ke rumah sakit meski tidak bisa tertangani dengan baik.
Abdullahi Yusuf Bashir seorang dokter muda di rumah sakit umum Bay Region mengatakan kepada Bambang bahwa pihaknya kekurangan tenaga medis ahli untuk bisa mengatasi masalah akibat kekeringan ini.
ADVERTISEMENT
Bantuan medis seperti obat-obatan dan relawan dokter sangat mereka nantikan.
“Memang ada bantuan rutin dari pihak internasional ke rumah sakit ini, tapi kami juga membuka diri jika ada saudara-saudara kami, LSM dari negeri muslim lain ingin membantu. Ada banyak kebutuhan yang perlu dukungan di rumah sakit ini," ujar Abdullahi seperti yang ditirukan oleh Bambang, kepada kumparan.
Dari semua kesulitan itu air adalah hal yang sangat diharapkan rakyat Somalia. “Kami ingin mengajak publik Indonesia ikut mengatasi problem air di Somalia dengan membangun sumur-sumur dalam di desa,” tutup Bambang.
Anak-anak Somalia yang kelaparan. (Foto: Dok. relawan ACT)