Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
8 Cara Efektif Mengurangi Sampah untuk Masa Depan Lebih Hijau
15 Maret 2025 12:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari DANIEL GAGARIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Krisis lingkungan yang kita alami saat ini bukan lagi sekadar ancaman di masa depan. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), emisi gas rumah kaca global harus mencapai puncaknya sebelum 2025 dan turun 43% pada 2030 untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5°C. Sementara itu, World Wide Fund for Nature (WWF) dalam Living Planet Report melaporkan bahwa populasi satwa liar global telah menurun rata-rata 69% sejak 1970 akibat kerusakan habitat dan polusi, termasuk dari sampah.
ADVERTISEMENT
Sebagai individu, Anda mungkin bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan di tengah tantangan sebesar ini?" Jawabannya jelas: tindakan kecil Anda memiliki dampak besar. Data dari United Nations Environment Programme (UNEP) menunjukkan bahwa setiap orang di dunia menghasilkan rata-rata 0,74 kg sampah per hari, dengan angka di negara maju seperti Amerika Utara mencapai 2,2 kg—hampir tiga kali lipat rata-rata global. Dengan langkah sederhana, kita dapat mengurangi angka tersebut dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
1. Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Plastik menyumbang 12% dari total sampah global, menurut OECD Global Plastics Outlook, dan produksinya menghasilkan 3,4% emisi gas rumah kaca dunia. Lebih mengkhawatirkan lagi, mikroplastik telah ditemukan di 90% garam laut, air minum, dan bahkan plasenta manusia.
Gantilah plastik sekali pakai dengan alternatif yang bisa digunakan kembali seperti botol stainless steel atau tas kain. Studi menunjukkan penggunaan barang yang bisa dipakai ulang dapat mengurangi 80% sampah plastik per individu jika diterapkan secara konsisten. Pastikan juga untuk mendaur ulang sesuai aturan lokal dan ikut serta dalam aksi bersih-bersih yang telah mengumpulkan ribuan ton sampah plastik dari sungai dan pantai.
ADVERTISEMENT
2. Tolak Fast Fashion
Industri fast fashion menyumbang 10% emisi karbon global dan 20% pencemaran air dunia. Produksi tekstil global diperkirakan meningkat dari 111 juta ton pada 2019 menjadi 145 juta ton pada 2030, dengan 85% tekstil berakhir di tempat pembuangan akhir setiap tahunnya. Fast fashion juga sering dikaitkan dengan eksploitasi tenaga kerja serta penggunaan bahan berkualitas rendah yang cepat rusak dan menjadi limbah.
Prioritaskan pembelian pakaian dari merek berkelanjutan atau pengrajin lokal. Berbelanjalah di toko barang bekas, karena pasar thrift global diprediksi bernilai $77 miliar pada 2026. Selain itu, perbaiki atau ubah pakaian lama, serta cuci pakaian dengan air dingin dan jemur secara alami untuk mengurangi pelepasan mikroplastik hingga 30%.
3. Pilih Produk Berkelanjutan
Konsumsi global menghasilkan 2,12 miliar ton sampah setiap tahun, dan 40% di antaranya berasal dari kemasan produk.
ADVERTISEMENT
Pilihlah produk dengan kemasan minimal atau yang dapat terurai secara alami. Dukung juga perusahaan dengan sertifikasi lingkungan, seperti ISO 14001, untuk memastikan praktik produksi yang bertanggung jawab.
4. Kurangi Sampah Makanan
Sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun di dunia, menyumbang 8-10% emisi gas rumah kaca global.
Rencanakan belanja bahan makanan dengan cermat, karena strategi ini dapat mengurangi sampah rumah tangga hingga 25%. Kurangi konsumsi daging dengan menerapkan "Senin Tanpa Daging," yang dapat menghemat 500 liter air per orang. Selain itu, buat kompos dari sisa makanan untuk mengalihkan sampah organik dari TPA.
5. Kelola Air Limbah dengan Bijak
Pencemaran air limbah menyumbang 80% polusi laut global, dengan banyak sungai tercemar oleh limbah domestik. Namun, air limbah dapat diolah menjadi sumber daya, seperti pupuk atau energi.
ADVERTISEMENT
Gunakan perangkat hemat energi, seperti shower low-flow yang dapat mengurangi penggunaan air hingga 50%. Pilih pupuk organik untuk kebun, karena mulsa dapat mengurangi kebutuhan air hingga 30%. Selain itu, tanam tanaman asli yang adaptif terhadap iklim lokal untuk mendukung ekosistem.
6. Manfaatkan Teknologi Digital
Di era digital, kita memiliki lebih banyak peluang untuk mengurangi konsumsi kertas. Produksi kertas menyumbang 1% emisi karbon global, dan deforestasi terus berlanjut dengan kecepatan mengkhawatirkan sebagian karena industri ini.
Pilihlah e-kuitansi saat berbelanja, karena transaksi digital dapat mengurangi 2,5 juta ton kertas per tahun secara global. Selain itu, berhenti berlangganan iklan fisik melalui layanan seperti ecocycle.org/junkmail.
7. Edukasi dan Sebarkan Kesadaran
Edukasi masyarakat meningkatkan kesadaran lingkungan. Survei menunjukkan bahwa 67% orang lebih mungkin bertindak ramah lingkungan setelah berdiskusi dengan teman atau keluarga.
ADVERTISEMENT
Bagikan pengalaman Anda di media sosial atau dalam percakapan sehari-hari. Seperti yang ditegaskan Dr. Katharine Hayhoe dari The Nature Conservancy, "Lakukan sesuatu, lalu bicarakan... suara kita mengubah sistem."
8. Dukung Kebijakan yang Pro Lingkungan
Kebijakan publik dapat mempercepat perubahan. Banyak negara telah menetapkan target ambisius untuk pengurangan sampah, tetapi implementasinya sering tertinggal.
Dukung regulasi lokal, seperti larangan plastik sekali pakai. Pelajari sistem pengelolaan sampah dan air di daerah Anda untuk mengadvokasi solusi yang lebih baik.
Menuju Perubahan Bermakna
Bank Dunia memproyeksikan bahwa tanpa intervensi, sampah global akan meningkat menjadi 3,4 miliar ton per tahun pada 2050. Namun, setiap langkah yang kita ambil—dari mengurangi plastik hingga mendorong perubahan kebijakan—membawa harapan. Alam bergantung pada kita, dan kita bergantung padanya. Mari wujudkan masa depan yang lebih hijau, dimulai dari hari ini.
ADVERTISEMENT
Sumber: IPCC, WWF, UNEP, OECD, FAO, Bank Dunia, nature.org, dan lainnya. Data diperbarui hingga Maret 2025