Budi Soehardi, Pilot Malaikat bagi Pengungsi Timor

16 Januari 2017 7:14 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Budi Soehardi. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Ayah bagi mereka yang terlupakan. Itulah julukan CNN untuk Budi Soehardi, pilot Singapore Airlines yang “banting setir” menjadi pengasuh seratusan anak di Panti Asuhan Roslin, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Tujuh tahun lalu, 2009, CNN Heroes menganugerahkan gelar “pahlawan” untuk Budi dan menjulukinya “a father to the forgotten.”
CNN Heroes ialah penghargaan istimewa tahunan dari CNN untuk mengapreasi orang-orang yang dianggap memberikan kontribusi besar dalam kemanusiaan. Ajang ini digelar sejak 2007.
Pada 2009 itu, pertama kalinya --dan satu-satunya hingga kini-- orang Indonesia terpilih menjadi salah satu dari The Top 10 CNN Heroes. Sementara satu lagi pahlawan versi CNN tahun 2011 yang tinggal di Indonesia, Bidan Robin Lim yang melayani persalinan gratis bagi warga miskin di Ubud Bali, berkebangsaan Amerika.
Maka saat aktris Kate Hudson memperkenalkan Budi Soehardi ke khalayak internasional dan mempersilakan dia naik ke atas panggung Kodak Theatre di Hollywood, Los Angeles, 2009 lalu, raut wajah Budi dipenuhi keharuan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kabar Budi Soehardi kini?
Awal bulan ini, Sabtu (7/1), Budi Soehardi yang sekarang berdomisili di Kupang kebetulan sedang berada di Jakarta. kumparan berjumpa dengannya di Restoran La Moda, Plaza Indonesia.
Saat itu, Budi tengah berbincang dengan Beng Kheong Ong, warga Singapura kawannya yang dikenalnya melalui Rotary Club --organisasi elite internasional beranggotakan para pebisnis dan kaum profesional yang menjalankan misi kemanusiaan demi kebersamaan dan kedamaian di dunia.
Budi Soehardi bercerita kepada kumparan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Menjadi pelayan bagi kemanusiaan masih menjadi perhatian Budi sampai sekarang. Dan ia tak lagi sibuk menerbangkan pesawat.
Budi telah pensiun. Sejak Juni 2015, ia mundur dari dunia penerbangan dan dari tugasnya sebagai pilot. Kini ia mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengasuh anak-anak angkatnya di Panti Asuhan Roslin.
ADVERTISEMENT
Budi saat menjadi pilot Singapore Airlines. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Budi adalah pilot kawakan. Sebelum pindah ke Kupang, lelaki kelahiran 31 Agustus 1956 itu sempat tinggal lama di Singapura, seiring pekerjaannya sebagai pilot Singapore Airlines. Ia juga pernah bertugas di Garuda Indonesia, Korean Air, dan Scoot Airlines yang menginduk ke Singapore Airlines.
Budi Soehardi bersama istri dan ketiga anaknya. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Budi dan istrinya, Peggy, sudah sejak lama memberi perhatian pada anak-anak yang kurang beruntung, jauh sebelum mereka mendirikan Panti Asuhan Roslin.
“Saya berdua dengan istri menikah tahun 1987. Tahun 1988 banyak anak yang mulai kami bantu, urus, dan sekolahkan,” kata Budi.
Sementara Panti Asuhan Roslin yang mengantar Budi menjadi CNN Hero, berdiri pada Desember 1999, dan diresmikan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur pada 6 Maret 2002.
ADVERTISEMENT
Ide untuk membangun panti asuhan di Kupang muncul 1999. Bermula saat Budi sekeluarga sedang bersantap malam di tempat tinggal mereka di Singapura, sambil menonton televisi.
Waktu itu layar televisi sedang menampilkan berita tentang para pengungsi korban konflik Timor Timur. 1999 memang tahun huru-hara di Timor Lorosae. Itu tahun ketika referendum digelar dan rakyat Timor Timur harus memilih apakah hendak merdeka atau tetap di bawah naungan Republik Indonesia.
Timor Timur akhirnya merdeka, lepas dari Indonesia. Rakyatnya yang memilih bergabung dengan Indonesia, atau ingin menghindari konflik di tempat asal mereka, berbondong-bondong mengungsi, menyeberang ke Nusa Tenggara Timur.
Budi Soehardi saat membantu pengungsi Timor Timur. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Melihat penderitaan para pengungsi dari televisi, Budi, Peggy, dan ketiga anak mereka yang semula berencana untuk berlibur keliling dunia, mengubah drastis peta perjalanan.
ADVERTISEMENT
Alih-alih keliling dunia, mereka terbang ke Kupang. Keluarga Budi membawa bantuan logistik untuk para pengungsi, termasuk makanan.
Namun Budi dan Peggy kemudian berpikir, bantuan semacam itu kurang tepat karena akan hanya untuk jangka pendek. Akan habis dalam waktu singkat. Sementara para pengungsi memerlukan uluran tangan dalam jangka panjang.
Budi dan Peggy merasa tak puas. Mereka ingin berbuat lebih.
Budi dan Peggy saat membagikan makanan. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Bermula dari rasa tak puas dalam hati Budi dan Peggy, Panti Asuhan Roslin berdiri. Mereka ingin membekali anak-anak korban konflik itu dengan pendidikan yang layak.
Bantuan tersebut dirasa Budi dan Peggy paling tepat untuk kemandirian dan masa depan anak-anak kurang beruntung itu.
Masa-masa awal Peggy merawat anak-anak asuh. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
“Orientasi saya mudah dan sederhana. Pemberian yang terbaik adalah pendidikan. Bukan gadget, bukan wealth, bukan lux. Jadi kalau anak-anak itu dikasih pendidikan, mereka nanti bisa melakukan apa saja dan berkontribusi ke mana aja. Itu yang menjadi fokus saya di panti asuhan,” ujar Budi.
ADVERTISEMENT
Prinsip Budi mulai terbukti. Upayanya merawat dan mendidik anak-anak di Panti Asuhan Roslin mulai menunjukkan hasil. Dua dari 138 anak di panti asuhan itu telah meraih gelar sarjana, yakni Gerson Mangi dan Sonya Ivoni Tanono. Gerson kini menjadi dokter, sedangkan Vonnie telah lulus kuliah ilmu komputer.
"Our best gift to them is education. Terbukti kan. Anak panti asuhan yang yatim piatu sejak umur empat tahun, si Gerson, sekarang sudah jadi dokter," kata Budi.
Ia menambahkan, "Dalam tiga-empat bulan ke depan, 3 anak akan lulus kuliah juga. Mereka jurusan teknik mesin, pertanian, dan keperawatan gigi.”
Budi Soehardi dan Gerson Mangi. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Selama ini, kebutuhan finansial Panti Asuhan Roslin ditanggung oleh Budi dan kawan-kawan yang berkenan membantunya.
ADVERTISEMENT
“Tuhan kasih saya pekerjaan yang bagus. Ya gaji saya semuanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan panti.”
Atas kerja kemanusiaannya itu, selain mendapat penghargaan CNN Hero, Budi juga meraih penghargaan dari lembaga-lembaga swasta lain.
“Pemerintah tidak tahu sama sekali,” ujar Budi soal gelar CNN Hero yang ia terima.
Bantuan untuk Panti Asuhan Roslin datang dari donasi ad hoc dan swasta, bukti masyarakat sesungguhnya amat berdaya membantu sesamanya tanpa kerumitan birokrasi.
"Itu dari teman-teman yang berkenan membantu pelayanan kami," kata Budi.
Budi mencontohkan pada kita semua, apa yang sepatutnya diperbuat sesama manusia: memberi tanpa pamrih, mengasihi tanpa syarat.
Simak lebih lanjut perjuangan Budi di kisah berikut:
ADVERTISEMENT
Gerson, Budi, dan anak-anak Panti Asuhan Roslin. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)