Mengapa Belalang Kembara Terbang Bergerombol?

13 Juni 2017 7:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belalang yang terbang bergerombol. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belalang yang terbang bergerombol. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sabtu siang (10/6), ribuan ekor belalang kembara "menginvasi" Bandara Internasional Umbu Mehang Kunda (UMK), Sumba Timur. Mereka terbang bergerombol menutupi langit seolah hendak menyerang atau menyerbu sesuatu.
ADVERTISEMENT
Gerombolan belalang itu dikabarkan tak hanya beterbangan di atas landasan bandara, tapi juga menjejali permukaan landasan. Dalam video amatir yang dibuat oleh warga setempat, gerombolan belalang itu tampak mengitari tower dan penunjuk arah angin kawasan bandara tersebut.
Tak hanya “menyerbu” bandara, kawanan belalang kembara juga menyerang lahan pertanian di Sumba Timur. "Pertanian para petani ini kembali diserang oleh hama belalang setelah sebelumnya pada tahun lalu juga sempat diserang," kata Bupati Sumba Timur Gideon Mbilijora, Senin (12/6), seperti dilansir Antara.
Sebelumnya pada Juli 2016, gerombolan belalang kembara juga menyerang lahan pertanian di lima kecamatan di Sumba Timur. Ciri khas mereka dalam menyerang sama: selalu terbang bergerombol.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya mengapa mereka suka terbang bergerombol?
Mengutip dari LiveScience.com, sebuah studi pernah meneliti sebab perilaku bergerombol atau berkerumun pada belalang. Makalah penelitian yang telah dipublikasikan sejak awal 2009 di jurnal Science itu menyebut, zat serotonin berpengaruh pada perilaku berkerumun itu.
Adanya kenaikan zat kimia serotonin pada beberapa bagian sistem saraf belalang disebut memicu perilaku para belalang untuk berkerumun. Dalam tubuh manusia zat kimia ini disebut-sebut dapat meningkatkan mood.
Belalang kembara. (Foto: Aji Setiabudi/biodiversitywarriors.org)
zoom-in-whitePerbesar
Belalang kembara. (Foto: Aji Setiabudi/biodiversitywarriors.org)
Dalam penelitian di laboratorium, Steve Rogers dari Universitas Cambridge beserta rekan-rekannya menemukan, para belalang fase soliter (berperilaku individual) dapat dibuat menjadi fase gregarius (berkelompok) dalam waktu dua jam dengan menggelitik kaki belakang mereka.
ADVERTISEMENT
Penggelitikan kaki belakang itu sebagai upaya untuk mensimulasikan keadaan berdesak-desakan seperti yang para belalang alami di alam liar. Dengan cara ini, level serotonin dalam tubuh belalang dapat meningkat tiga kali lipat.
Steve Rogers menjelaskan, "Fase gregarius (berkelompok) adalah strategi yang lahir dari keputusasaan dan didorong oleh kelaparan, dan berkerumun adalah sebuah respons untuk menemukan padang rumput yang baru.”
Beberapa tahun sebelumnya, para ilmuwan juga telah menemukan bahwa dalam kepadatan populasi yang rendah, para belalang beraktivitas secara terpisah dan tidak terorganisir. Namun ketika kepadatan kelompok meningkat, mereka jadi memiliki kebiasaan bergerak dalam garis yang tertib dan mulai mengikuti arah yang sama.
Gerakan kolektif semacam itulah yang juga terjadi di antara para semut, burung, ataupun ikan.
ADVERTISEMENT
[Baca juga: Laron Mencari Cinta]
Gerakan kolektif seperti yang tampak pada para belalang yang terbang bergerombol, biasanya dilakukan untuk mencari sumber makanan baru. Gerakan kolektif itulah yang kemudian menjadi malapetaka bagi lahan-lahan pertanian para petani.
Sawah, ladang, dan lahan sejenisnya menjadi tempat-tempat yang rawan mereka serang.