Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sejumlah Hasil Penelitian Menarik tentang Belalang Kembara
12 Juni 2017 16:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Bupati Sumba Timur Gideon Mbilijora, mengatakan, Senin (12/6), serangan hama belalang jenis kembara kembali menyerang lahan pertanian di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
"Pertanian para petani ini kembali diserang oleh hama belalang setelah sebelumnya pada tahun yang lalu juga sempat diserang," kata Gideon, sebagaimana dilansir Antara.
Sebelumnya pada Juli 2016 lalu hama belalang yang sama juga menyerang lahan pertanian di lima kecamatan di Sumba Timur, yakni kecamatan Kahaungu Eti, Kambata Mapa Mbuhang, Pandawai, Haharu, dan Matawai La Pawu. Akibatnya, hampir semua tanaman milik petani ludes diserang oleh ribuan hama tersebut.
Gideon menambahkan, serangan belalang kembara itu juga sempat menutup lintasan Bandara Waingapu yang berujung pada keterlambatan pendaratan pesawat yang akan mendarat di bandara tersebut.
Kepala Bandar Udara Internasional Umbu Mehang Kunda, Lambro Sihombing, secara terpisah mengakui sempat ada keterlambatan pendaratan pesawat milik maskapai penerbangan Nam Air.
ADVERTISEMENT
Lambro menjelaskan, "Sempat terjadi keterlambatan selama lima menit saja. Tetapi sekarang sudah kembali normal.”
Sejumlah akademisi pernah melakukan penelitian terkait belalang kembara. Hamim Sudarsono dan Rosma Hasibuan yang merupakan dosen jurusan Proteksi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, pernah melakukan penelitian terkait serangga yang bernama latin Locusta migratoria manilensis itu di laboratorium bersama Damayanti Buchori, seorang dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Semakin Banyak Jumlah Anggota Kelompoknya, Semakin Rakus Individunya
Hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium atau rumah kaca itu mereka tuliskan dalam makalah ilmiah berjudul “Biologi dan Transformasi Belalang Kembara Locusta migratoria manilensis (Orthopetra: Acrididae) pada Beberapa Tingkat Kepadatan Populasi di Laboratorium”.
ADVERTISEMENT
Isi makalah yang diterbitkan pada 2015 lalu itu menyebut, belalang kembara yang dipelihara di rumah kaca dalam kepadatan populasi tinggi secara umum lebih rakus daripada mereka yang dipelihara dalam kepadatan populasi rendah.
Rinciannya, pada kepadatan 2-5 pasang per kurungan, daya makan belalang kembara adalah 0,56-2,06 gram per ekor per hari. Sementara pada kepadatan 10 pasang, kisaran makan belalang kembara adalah 2,33-2,73 gram per ekor per hari.
Adapun pada koloni 20-30 pasang per kurungan, daya makan belalang kembara adalah 3,39-4,72 gram per ekor per hari. Pada koloni dengan jumlah inilah belalang kembara telah berubah fase menjadi gregarious atau kawanan di mana mereka jadi kerap tampak terbang berkelompok.
ADVERTISEMENT
Belalang kembara dalam koloni 2-5 masang masih berada dalam fase soliter (berperilaku individual). Sementara dalam kepadatan populasi telah berubah ke dalam fase transisi atau mulai berkelompok.
Semakin Tinggi Curah Hujan, Semakin Besar Serangan Belalang Kembara
Penelitian lain terkait belalang kembara dilakukan oleh Yonny Koesmaryono dan dua akademisi lainnya dari Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Mereka bertiga menuliskan hasil penelitian mereka ke dalam makalah ilmiah berjudul “Analisis Hubungan Tingkat Serangan Hama Belalang Kembara (Locusta migratoria manilensis) dengan Curah Hujan”.
Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2015 itu, disebutkan bahwa secara umum setiap kabupaten di Indonesia yang terserang hama belalang kembara mengalami peningkatan serangan pada Oktober-Maret, masa ketika terjadi musim penghujan di mana curah hujan tinggi.
ADVERTISEMENT
Serangan cenderung meningkat pada musim hujan, diduga berkaitan dengan ketersediaan makanan yang lebih melimpah bagi belalang kembara pada masa itu. Apabila kondisi lingkungan kurang menguntungkan, terutama berkurangnya jumlah makanan, populasi dan luas serangan kembara juga akan berkurang.
Selain curah hujan, faktor lokal yang menentukan perkembangan belalang kembara adalah kondisi vegetasi. Pada umumnya wilayah yang terserang hama belalang kembara memiliki vegetasi umum berupa hutan sekunder dan padang ilalang seperti Kalimantan dan Nusa Tenggara, wilayah dengan tingkat serangan belalang kembara yang relatif luas.