Konten dari Pengguna

Rak Konvensional ke Platform Digital: Transformasi Perpustakaan di Era Modern

Vicka Yulia Rahma
Mahasiswi program studi Manajemen Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29 April 2025 23:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vicka Yulia Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar ini diambil dari galeri pribadi
zoom-in-whitePerbesar
gambar ini diambil dari galeri pribadi
ADVERTISEMENT
Perpustakaan memiliki peran strategis sebagai pusat informasi dan edukasi dalam mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan serta peningkatan literasi masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 mengenai Perpustakaan, dijelaskan bahwa tujuan dan fungsi perpustakaan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi, baik berupa tulisan, cetakan, maupun rekaman. Individu yang secara aktif menggunakan fasilitas perpustakaan melalui kegiatan membaca akan mengalami perluasan wawasan dan pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat di era digital saat ini, perpustakaan dituntut untuk beradaptasi agar tetap memenuhi kebutuhan masyarakat. Pola layanan perpustakaan yang awalnya bersifat manual kini perlahan bergeser ke arah pemanfaatan teknologi yang lebih praktis dan mampu mengikuti perubahan zaman. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pengelola perpustakaan untuk meningkatkan kualitas layanan melalui manajemen yang berbasis teknologi.
Penerapan manajemen berbasis teknologi dalam pengelolaan perpustakaan menjadi salah satu strategi inovatif guna memaksimalkan seluruh lini layanan. Upaya optimalisasi ini mencakup berbagai bentuk dan pendekatan yang bertujuan untuk menambah efisiensi, meningkatkan kemudahan akses, serta memperbaiki mutu layanan kepada pengguna.
Penerapan Teknologi dalam Layanan Perpustakaan
1. Digitalisasi Koleksi dan Layanan Online
ADVERTISEMENT
Digitalisasi adalah proses mengubah bahan pustaka fisik seperti buku, jurnal, naskah, dan arsip menjadi format digital sehingga dapat diakses secara daring oleh pengguna di mana saja. 
Sebagai contoh, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah menyediakan layanan digital melalui platform e-resources dan iPusnas yang menghadirkan ribuan e-book, jurnal elektronik, dan sumber literasi ilmiah lainnya.
2. Penggunaan Sistem Otomatisasi Manajemen Perpustakaan
Sistem manajemen berbasis otomasi mempermudah aktivitas pengelolaan seperti sirkulasi peminjaman dan pengembalian, katalogisasi, hingga pengelolaan data pengguna. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga mempermudah pengguna dalam menemukan koleksi yang diinginkan. 
Sebagai contoh, banyak perpustakaan di Indonesia telah menerapkan SLiMS (Senayan Library Management System), termasuk Perpustakaan Universitas Semarang (USM). Selama lima tahun terakhir, aplikasi ini terbukti efektif dalam meningkatkan mutu layanan. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan koleksi bahan pustaka mencapai rata-rata 5,18 persen per tahun, dengan jumlah koleksi judul sebanyak 24.421 (38.668 eksemplar).
ADVERTISEMENT
3. Pemanfaatan Chatbot dan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Layanan Pengguna 
Perpustakaan modern mulai memanfaatkan chatbot dan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan layanan yang interaktif. Chatbot mampu merespons pertanyaan terkait koleksi, prosedur peminjaman, jam operasional, dan informasi lain secara otomatis. 
Sebagai contoh, Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah mengembangkan chatbot berbasis AI yang mampu memberikan informasi secara cepat dan efisien tanpa memerlukan interaksi langsung dengan staf perpustakaan.
4. Pemanfaatan Media Sosial sebagai Sarana Interaksi dan Informasi
Media sosial kini juga dimanfaatkan oleh perpustakaan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi terkait koleksi terbaru, kegiatan, dan memberikan pelayanan secara langsung. Melalui platform ini, perpustakaan dapat menjalin komunikasi yang lebih intens dengan pengguna sekaligus memperluas jangkauan layanannya. 
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta aktif menggunakan Instagram untuk membagikan informasi tentang koleksi terbaru, kegiatan perpustakaan, dan layanan lainnya.
Dampak Positif Penerapan Teknologi di Perpustakaan
1. Digitalisasi dan layanan daring memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi tanpa harus mengunjungi perpustakaan secara fisik, menjaga keutuhan dokumen langka, serta menghemat ruang penyimpanan. 
2. Sistem otomasi seperti SLiMS menjadi solusi praktis bagi pengelola dalam mengoperasikan perpustakaan secara mandiri dan efisien. 
3. Chatbot dan AI membantu anggota memperoleh informasi secara cepat sebelum berkunjung, meningkatkan efektivitas pelayanan, dan mengurangi beban kerja staf. 
4. Mengintegrasikan perpustakaan di media sosial dapat memperkuat interaksi, memperluas promosi layanan, serta menjangkau lebih banyak kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dampak Negatif Penerapan Teknologi di Perpustakaan
1. Digitalisasi dan layanan online: Ketergantungan pada informasi sekunder yang tersedia secara digital bisa membuat pengguna mengabaikan sumber utama yang lebih valid dan mendalam. 
2. Sistem otomasi seperti SLiMS: Kurangnya tenaga kerja yang kompeten di bidang teknologi informasi menjadi hambatan dalam mengimplementasikan otomasi secara maksimal. 
3. Chatbot dan AI: Chatbot dan AI generatif berisiko menghasilkan informasi yang kurang akurat, memengaruhi mutu data yang disajikan kepada pengguna. 
4. Integrasi media sosial: Media sosial bisa menjadi jalur penyebaran hoaks, sehingga pustakawan harus berperan aktif dalam meningkatkan literasi media di kalangan pengguna.
Sebagai pilar utama dalam penyediaan akses informasi, perpustakaan mengalami perubahan besar di tengah arus digitalisasi. Pergeseran dari rak buku fisik menuju platform digital mencerminkan kemampuan perpustakaan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan zaman yang semakin kompleks dan cepat. Teknologi seperti digitalisasi koleksi, sistem otomatis, AI, dan integrasi dengan media sosial membawa dampak positif terhadap peningkatan efisiensi, keterjangkauan, serta kualitas layanan. Namun, adaptasi ini juga menghadirkan tantangan yang perlu disikapi, seperti ketergantungan informasi digital, keterbatasan SDM TI, hingga risiko penyebaran informasi yang tidak benar.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, transformasi digital perpustakaan perlu diiringi dengan strategi pengelolaan yang bijaksana dan kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, tenaga pustakawan, serta masyarakat. Penerapan teknologi bukan hanya sekadar mengikuti arus tren, melainkan menjadi langkah nyata dalam membangun layanan perpustakaan yang inklusif, fleksibel, dan tetap menjaga keakuratan informasi. Dengan sinergi dalam peningkatan literasi digital dan penguatan kapasitas sumber daya manusia, perpustakaan di Indonesia akan mampu menjalankan peran vitalnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di era digital ini.