Konten Media Partner

Pemilik Kapal Penyeberangan Tradisional Tolak Kapal Cepat

2 Juni 2019 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Rede dari Kemenhub RI ke PT Pelni untuk pelayaran Probolinggo-Gili Ketapang.
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Rede dari Kemenhub RI ke PT Pelni untuk pelayaran Probolinggo-Gili Ketapang.
ADVERTISEMENT
Pemilik kapal penyeberangan tradisional Gili Ketapang tolak kapal cepat PT Pelayanan Nasional Indonesia (Pelni). Kapal ini diduga akan menggeser penghasilan utama mereka selama ini.
ADVERTISEMENT
Diketahui ada 60 kapal penyeberangan tradisional yang mayoritas milik warga Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kota Probolinggo. Mereka merasa terancam, karena sudah sejak lama warga hanya memanfaatkan kapal tradisional. Kapal cepat jenis KM Gandha ini baru pertama kali ada di wilayahnya.
“Kami sangat menolak bila Kapal besi itu mengangkut penumpang. Kami disini sudah bertahun-tahun mencari nafkah dengan kapal penyebrangan tradisional ini. Kami takut perlahan akan musnah kapal tradisional ini karena adanya kapal besi itu,” kata Kusnan (32), salah satu pemilik Kapal tradisional Gili Ketapang, Minggu (2/6/2019).
Penolakan ini setelah pihak Desa Gili Ketapang memperikan sosialisasi mengenai pengoperasian kapal cepat itu.
“Pak tinggi sudah memberi tahu terkait akan beroprasinya Kapal cepat itu, namun kami semua sepakat menolaknya, kami takut tergeser dan mau kerja apalagi mas,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kapal Penyeberangan Tradisional milik warga Gili Ketapang.
Sementara itu, Kepala Desa Pulau Gili Ketapang, Suparyono menuturkan, bahwa pihaknya masih akan terus mensosialisasikan keberadaan kapal cepat ini kepada warga Gili Ketapang. Terkait adanya penolakan warga, menurut Suparyono lumrah terjadi. Karena persaingan kapal ini jelas ada.
“Kami akan adakan sosialisasi terkait itu mas, meski mereka menolak terkait Kapal cepat itu, kami akan berusaha menjelaskan pada para pemilik Kapal tradisional, disetiap kebijakan pasti ada pro dan kontra,” tuturnya saat dihubungi melalui ponsel.
Selaras dengan Kades, Herman Eko Yulianto, Humas KSOP Probolinggo menjelaskan, bahwa pihaknya akan segera mengatur waktu penyeberangan, supaya kapal tradisional tidak dirugikan.
“Mereka hanya takut disaingi saja, kami akan atur nantinya terkait waktu dan penyebrangannya, supaya tidak timbul perselisihan, dan juga kapal tradisional jumlahnya banyak, sedangkan Kapal cepat ini hanya satu, jadi saya rasa tidak akan menyaingi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT