Konten dari Pengguna

Pengaruh Molibdenum (Mo) terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Kelapa Sawit

Muhammad Parikesit Wisnubroto
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
1 September 2024 8:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Parikesit Wisnubroto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
A). Jalur biosintesis kofaktor Mo pada tanaman; B) Domain protein dari enzim yang membutuhkan kofaktor Mo. Sumber: Manuel et.al. (2018)
zoom-in-whitePerbesar
A). Jalur biosintesis kofaktor Mo pada tanaman; B) Domain protein dari enzim yang membutuhkan kofaktor Mo. Sumber: Manuel et.al. (2018)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara mengenai kelapa sawit, tentu sudah tak asing lagi di kalangan pelajar maupun khalayak umum. Bahkan perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu sektor yang menyumbang devisa cukup besar bagi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Minyak goreng, sabun dan berbagai keperluan produk sehari-hari manusia bersumber dari minyak sawit mentah atau yang dikenal dengan sebutan CPO (Crude Palm Oil). Pemupukan menjadi salah satu aspek dalam kegiatan budidaya kelapa sawit yang mendorong peningkatan produktivitas, sehingga produksi CPO dapat terpenuhi dengan maksimal. Baik pupuk makro maupun mikro keduanya perlu berada dalam kondisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Namun demikian, beberapa lahan penanaman kelapa sawit berupa lahan-lahan marginal dengan faktor pembatas tertentu, misalnya pH rendah, kelebihan maupun kekurangan salah satu unsur, terutama unsur mikro, dan lain sebagainya. Sebagai contoh unsur mikro molibdenum (Mo). Meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, molibdenum memiliki peran penting dalam proses fisiologis tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Molibdenum adalah salah satu unsur mikro yang diperlukan oleh tanaman, terutama dalam proses fiksasi nitrogen dan sintesis enzim. Molibdenum tersedia di dalam tanah dalam jumlah yang cukup banyak, berkisar 0,2 - 0,6 mg/kg. Unsur ini muncul sebagai salah satu elemen transisi yang langka dibandingkan unsur lainnya. Tanaman menyerap Mo sebagai anion molibdat (MoO42-) yang terlarut dalam larutan tanah. Anion tersebut tidak aktif secara biologis namun membentuk kompleks dengan pterin tertentu, seperti molybdopterin (MPT) yang menghasilkan kofaktor Mo. Kofaktor ini berpartisipasi aktif dalam reaksi enzimatik yang penting pada siklus biogeokimia nitrogen (N), karbon (C), sulfur (S) dan biosintesis hormon. Anwar (2000) pada penelitiannya yang dimuat pada WARTA PPKS menyebutkan Mo merupakan komponen penting dari dua enzim utama pada tanaman, yaitu nitrogenase dan nitrat reduktase. Nitrogenase terdiri atas dua komplek enzim protein terbesar yang memiliki kandungan Fe dan Mo dengan rasio 9:1. Mo juga disebut sebagai elemen penting dalam sistem respirasi serta asimilasi nitrat reduktase. Selain itu, molibdenum juga penting dalam metabolisme fosfor, suatu unsur makro yang sangat krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Sifat tanah dan faktor tanaman sangat mempengaruhi akses tanaman terhadap unsur hara. Pada kasus Mo, ketersediaan MoO42- akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan nilai pH tanah dan akan menjadi sangat menguntungkan bagi tanaman ketika berada pada pH 4 - 5.
ADVERTISEMENT
Kekurangan molibdenum dalam tanah dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan kelapa sawit. Gejala kekurangan molibdenum biasanya diawali dengan munculnya daun muda yang berwarna kekuningan atau klorosis. Seiring waktu, pertumbuhan tanaman dapat terganggu, dan produktivitasnya menurun drastis. Hal ini terjadi Mo memiliki peran krusial dalam biosintesis klorofil. Kahat Mo berdampak pada penurunan aktivitas biosintesis klorofil pada kelapa sawit, sehingga menghambat laju fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur Mo dapat diatasi dengan penambahan pupuk mikro yang mengandung Mo. Selain itu, juga dapat dilakukan penambahan pupuk organik yang mengandung banyak unsur mikro seperti selenium (Se), Mo, Fe, B, dan lain sebagainya yang dibutuhkan oleh kelapa sawit. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2023) dengan judul “Growth Response of Oil Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq) to Administration of Plantmate Organic Fertilizer in Main Nurseries” membuktikan bahwa pemberian pupuk organik dengan kandungan unsur mikro lengkap dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan bobot kering tajuk dan akar bibit kelapa sawit, terutama pada dosis 450 gram/polibag. Kelebihan unsur Mo dapat dikatakan jarang terjadi pada komoditas kelapa sawit. Keracunan Mo biasanya terjadi pada tanah-tanah yang memiliki pH sangat basa. Kondisi tersebut akan mempengaruhi translokasi hara mikro lainnya ke dalam tubuh tanaman, misalnya Fe. Gejala toksisitas molibdenum pada kelapa sawit dapat bervariasi tergantung pada tingkat kelebihan unsur ini. Beberapa tanda umum yang dapat diamati meliputi daun tua yang mengalami klorosis, yaitu perubahan warna daun menjadi kuning atau putih akibat gangguan dalam pembentukan klorofil. Tanda lain yang dapat diamati ialah hambatan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, sehingga tanaman tampak kerdil dan kurang sehat. Dalam kasus yang parah, toksisitas molibdenum dapat menyebabkan nekrosis atau kematian jaringan pada daun, yang ditandai dengan bercak-bercak coklat atau hitam pada permukaan daun. Toksisitas molibdenum pada kelapa sawit dapat berdampak serius pada produktivitas tanaman. Klorosis dan nekrosis pada daun mengurangi kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis, sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Akibatnya, produksi tandan buah segar (TBS) dapat menurun secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa molibdenum, meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Unsur ini harus ada dan kebutuhannya harus terpenuhi bagi kelapa sawit, agar aktivitas metabolisme dalam tubuh tanaman dapat berlangsung normal. Penggunaan molibdenum dalam program pemupukan kelapa sawit harus diperhitungkan dengan cermat. Kebutuhan molibdenum berbeda-beda tergantung pada kondisi tanah dan tanaman. Oleh karena itu, analisis tanah dan jaringan tanaman sangat penting dilakukan sebelum memutuskan dosis aplikasi molibdenum. Dalam sistem pertanian modern, pemupukan presisi yang didasarkan pada kebutuhan spesifik tanaman sangat dianjurkan untuk mengoptimalkan hasil tanpa menyebabkan pencemaran lingkungan.